Hubungan Kohesi Sosial dengan Kecemasan pada Lansia dengan Hipertensi di Kelompok Prolanis Klinik Korpagama Sleman

ESTIKA PALUPI NUR A, Ema Madyaningrum, S. Kep., Ns.,M.Kes.,Ph.D. ; Dwi Harjanto, S.Kp., M.Sc.

2023 | Skripsi | S1 ILMU KEPERAWATAN

Latar Belakang: Populasi lansia secara global mencapai 727 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 1,5 miliar pada tahun 2050. Jumlah lansia yang terus bertambah akan meningkatkan risiko kecemasan karena munculnya penyakit kronis. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor sosial. Faktor sosial dapat berupa kohesi sosial. Kohesi sosial dapat mencerminkan sumber daya di lingkungan tempat tinggal termasuk penyedia dukungan, norma timbal balik, partisipasi, dan ikatan sosial masyarakat. Pada saat yang sama akan memunculkan perasaan saling memiliki sehingga dapat meningkatkan kesehatan mental. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan kohesi sosial dengan kecemasan lansia hipertensi di kelompok Prolanis Klinik Korpagama Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara wawancara tatap muka dengan metode kuesioner pada Februari 2023. Responden penelitian ini adalah lansia anggota prolanis Klinik Korpagama berjumlah 65 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan kuesioner PNSC-BF (Percieved Neighborhood Social Cohesion-Brief Form) dan GAS-25 (Geriatric Anxiety Scale). Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan Uji Spearman Rank Hasil: Nilai rata-rata kohesi sosial lansia 54.63. Lansia yang tidak mengalami kecemasan sebesar (90.8%), lansia yang mengalami kecemasan sebesar (9.2%). Hubungan kohesi sosial dengan kecemasan mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.748 Artinya terdapat hubungan kuat antara kohesi sosial dengan kecemasan Kesimpulan: Kohesi sosial berbanding terbalik dengan kecemasan yang dialami lansia. Lansia yang memiliki kohesi sosial tinggi cenderung tidak mengalami kecemasan, dibandingkan dengan lansia yang mempunyai kohesi sosial rendah.

Background: The global elderly population reaches 727 million people and is expected to continue to increase to 1.5 billion by 2050. The growing number of elderly people will increase the risk of anxiety due to the emergence of chronic diseases. One of the factors that influence anxiety is social factors. Social factors can be social cohesion. Social cohesion can reflect resources in the neighborhood including support providers, norms of reciprocity, participation, and community social ties. At the same time, it will bring out a feeling of belonging to each other so that it can improve mental health. Research objective: To determine the relationship between social cohesion and anxiety in the elderly with hypertension in the Korpagama Clinic Prolanis group, Sleman Regency, Yogyakarta. Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional design. Data collection was carried out by face-to-face interviews using the questionnaire method in February 2023. Respondents to this study were elderly members of the Korpagama Clinic prolanis totaling 65 people who had met the inclusion criteria. This study used the PNSC-BF (Percieved Neighborhood Social Cohesion-Brief Form) and GAS-25 (Geriatric Anxiety Scale) questionnaires. Data analysis techniques using descriptive statistics and Spearman Rank Test. Results: The average value of elderly social cohesion is 54.63. The elderly who did not experience anxiety were (90.8%), the elderly who experienced anxiety were (9.2%). The relationship between social cohesion and anxiety gets a correlation coefficient (r) of -0.748 This means that there is a strong relationship between social cohesion and anxiety Conclusion: Social cohesion is inversely related to anxiety experienced by the elderly. Elderly who has high social cohesion tend not to experience anxiety, compared to the elderly who have low social cohesion.

Kata Kunci : Kohesi Sosial, Kecemasan, Lansia, Hipertensi, Prolanis