Analisis Hubungan Tingkat Kemiskinan Dan Tingkat Perkembangan Wilayah Di Kabupaten Kulon Progo
LISA RINDIKA, Surani Hasanati, S.Si., M.Sc.
2023 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN WILAYAHKemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2020, Kabupaten Kulon Progo memiliki angka kemiskinan tertinggi bila dibandingkan empat kabupaten/kota lainnya di DIY, yakni sebesar 18,01%. Kemiskinan yang terjadi tak lepas kaitannya dengan perkembangan wilayah. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi tingkat kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo, mengidentifikasi tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Kulon Progo, serta menganalisis hubungan dan tipologi antara tingkat kemiskinan dan tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Kulon Progo. Unit analisis dalam penelitian ini sebanyak 12 kapanewon di Kabupaten Kulon Progo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan analisis data sekunder. Tingkat kemiskinan dan perkembangan wilayah diukur menggunakan analisis faktor, natural breaks, dan analisis spasial. Hubungan dan tipologi antara tingkat kemiskinan dan perkembangan wilayah dilihat melalui uji korelasi Pearson Product Moment, tingkat keselarasan, tipologi wilayah beserta scatter plot, dan analisis spasial. Sementara itu, disusun pula rekomendasi kebijakan pengembangan wilayah berdasarkan tipe wilayah hasil tipologi menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi tingkat kemiskinan, yaitu 4 kapanewon tinggi, 5 kapanewon sedang, dan 3 kapanewon rendah. Sementara itu, tingkat perkembangan wilayah terbagi menjadi 1 kapanewon tinggi, 7 kapanewon sedang, dan 4 kapanewon rendah. Tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Kulon Progo mengalami perubahan dari tahun 2016 ke tahun 2020 yang didominasi oleh 5 kapanewon mengalami kenaikan. Uji korelasi antara tingkat kemiskinan dan 3 faktor dalam tingkat perkembangan wilayah menunjukkan hubungan negatif yang cukup kuat dengan faktor input dan output serta hubungan negatif yang kuat dengan faktor proses. Artinya, semakin tinggi tingkat kemiskinannya, maka akan semakin rendah tingkat perkembangan wilayahnya dan sebaliknya. Sementara itu, rekomendasi kebijakan pengembangan wilayah disusun berdasarkan 4 kuadran wilayah yang dihasilkan, yaitu Kuadran I (wilayah maju), Kuadran II (wilayah berkembang), serta Kuadran III dan IV (wilayah tertinggal).
Poverty is one of the problems that occurs in Kulon Progo Regency. In 2020, Kulon Progo Regency had the highest poverty rate when compared to four other regencies/cities in DIY, which was 18.01%. The poverty that occurs cannot be separated from the regional development. Therefore, the purposes of this reseacrh are to identify the level of poverty in Kulon Progo Regency, identify the level of regional development in Kulon Progo Regency, and analyze the relationship and typology between the poverty and the level of regional development in Kulon Progo Regency. The analysis unit in this research was 12 subdistricts in Kulon Progo Regency. The method used in this research is descriptive quantitative with secondary data analysis. Poverty rates and regional development were measured using factor analysis, natural breaks, and spatial analysis. The relationship and typology between poverty levels and regional development is seen through Pearson Product Moment correlation test, alignment levels, regional typologies with scatter plot, and spatial analysis. Meanwhile, regional development policy recommendations are also prepared based on the type of area resulting from the typology using a SWOT analysis. The results showed that there are variations in poverty level, namely 4 subdistricts in the high classification, 5 subdistricts in the medium classification, and 3 subdistricts in the low classification. Meanwhile, the level of regional development is divided into 1 subdistrict in the high classification, 7 subdistricts in the medium classification, and 4 subdistricts in the low classification. The level of regional development in Kulon Progo Regency has changed from 2016 to 2020, which is dominated by 5 subdistricts has increased. The correlation test between the poverty rate and 3 factors in the regional development rate showed a fairly strong negative relationship with input and output factors and a strong negative relationship with process factors. Which means that the higher the poverty level, the lower the level of regional development, and vice versa. Meanwhile, regional development policy recommendations are prepared based on 4 quadrants of the resulting regions, namely Quadrant I (developed regions), Quadrant II (developing regions), and Quadrants III and IV (underdeveloped regions)
Kata Kunci : tingkat kemiskinan, tingkat perkembangan wilayah, rekomendasi kebijakan pengembangan wilayah,poverty level, regional development level, regional development policy recommendations