Laporkan Masalah

Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Laut di Zona Kawasan Antarwilayah Laut Halmahera

YESI TRI WINARNI, Ir. Maritsa Faridatunnisa, S.T., M.Eng.

2023 | Skripsi | S1 TEKNIK GEODESI

Indonesia merupakan salah satu negara maritim di dunia dengan luas wilayah perairan sekitar 6.400.000 km2 atau setara dengan 2/3 dari total luas wilayah . Dengan adanya wilayah laut yang luas, perlu adanya perencanaan pemanfataan ruang laut untuk menghindari tumpang tindih dan memaksimalkan potensi laut yang ada. Salah satu perencanaan pemanfaatan ruang laut yang dilakukan yaitu Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah (RZ KAW) Laut Halmahera. Pada penelitian ini penulis melakukan analisis kesesuaian pemanfaatan ruang laut, yang dapat digunakan sebagai acuan atau opsi dalam penentuan RZ KAW Laut Halmahera. Secara garis besar penelitian ini menganalisis kesesuaian empat zona pemanfaatan ruang laut yang meliputi zona perikanan tangkap, budidaya, pariwisata, dan pelabuhan. Analisis kesesuaian zona perikanan tangkap menggunakan metode penjumlahan hasil klasifikasi klorofil A dan Suhu Permukaan Laut (SPL) yang sesuai dengan kriteria potensi keberadaan ikan. Analisis kesesuaian zona perikanan budidaya metode Keramba Jaring Apung (KJA), dilakukan dengan penjumlahan hasil klasifikasi kedalaman perairan dan kecepatan arus yang sudah sesuai dengan kriteria Dirjen Pengelolaan Ruang Laut. Analisis kesesuaian zona pariwisata menggunakan metode Multi Criteria Evaluation (MCE) yaitu melakukan pembobotan parameter yang berpengaruh terhadap zona wisata bahari (swimming and canoeing). Begitu pula untuk analisis kesesuaian zona pelabuhan juga menggunakan metode MCE sebagai penentuan zona pelabuhan yang sesuai dengan matriks kesesuaian. Pada kegiatan diperoleh hasil pemanfaatan ruang laut yang sesuai yaitu zona perikanan tangkap pelagis yang paling berpotensi memiliki luasan sebesar 4.928,85 km2 untuk musim barat; 4.434,416 km2 musim peralihan I; 11.576,43 km2 untuk musim timur; dan 10.989,58 km2 pada musim peralihan II. Zona perikanan tangkap demersal paling berpotensi memiliki area luasan sebesar 153,57 km2 pada musim barat; 14.953,44 km2 musim timur; dan 0,59 km2 pada musim peralihan II. Zona perikanan budidaya yang paling berpotensi memiliki luasan sebesar 4.754,50 km2 pada musim barat; 4.280,16 km2 musim peralihan I; 8.706,51 km2 musim timur; dan 8.456,19 km2 untuk musim peralihan II. Zona pariwisata yang paling sesuai memiliki nilai indeks kesesuaian wisata sebesar 82,86% yaitu pada musim peralihan I. Terakhir zona pelabuhan memiliki nilai indeks kesesuaian pelabuhan sebesar 96,67% yaitu pada musim barat, peralihan I, dan timur.

Indonesia is one of the largest maritime countries in the world, with an approximate water area of 6.400.000 km2, or equivalent to 2/3 (two-thirds) of the total area. Due to its expansive marine area, it is necessary to plan for the utilization of marine spatial to avoid overlapping and maximize the potential of the existing sea. One of the plans for marine spatial planning carried out by the government is marine spatial planning in the interregional area of Halmahera Sea. In this research, the author analyzes the suitability of marine spatial utilization, which can be used as a reference or option in determining the inter-regional zoning plan for the Halmahera Sea. The outline of this research analyzes the suitability of four marine spatial utilization zones, which include capture fisheries, aquaculture, tourism, and harbor zones.. Analysis of the suitability of capture fisheries zones using the summation method of chlorophyll A and Sea Surface Temperature (SST) classification results by the criteria for potential fish presence. Analysis of the suitability of the aquaculture zone using the Floating Net Cage method is carried out by summing up the results of the classification of water depth and current speed which are under the criteria of the Directorate of Marine Spatial Planning. Analysis of the suitability of the tourism zone using the Multi-Criteria Evaluation (MCE) method, which is weighted parameters that affect the marine tourism zone (swimming and canoeing). The same applies to the harbor zone suitability analysis, which also uses the MCE method to determine the harbor zone by the suitability matrix. The resulting appropriate utilization of marine space is the pelagic capture fisheries zone which has the most potential to have an area of 4.928,85 km2 for the western season; 4.434,416 km2 for the transition season I; 11.576,43 km2 for the eastern season; and 10.989,58 km2 in the transition season II. The most potential demersal capture fisheries zone has an area of 153,57 km2 in the western season; 14.953,44 km2 in the eastern season; and 0,59 km2 in the transition season II. The most potential aquaculture zone has an area of 4.754,50 km2 in the western season; 4.280,16 km2 in transition season I; 8.706,51 km2 in the eastern season; and 8.456,19 km2 for transition season II. The most suitable tourism zone has a tourism suitability index value of 82.86%, namely in the transitional season I. The last harbor zone has a harbor suitability index value of 96.67%, namely in the west, transition I, and east seasons.

Kata Kunci : Rencana Zonasi, Kawasan Antarwilayah Laut Halmahera, Perencanaan Zona Pemanfaatan Ruang Laut,Spatial Planning, The Interregional of Halmahera Sea, Marine Spatial Utilization Zone Planning

  1. S1-2023-425063-abstract.pdf  
  2. S1-2023-425063-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-425063-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-425063-title.pdf