Laporkan Masalah

Komunitas Desa dan Kontrol Sosial "Ora Srawung, Rabimu Suwung" (Studi tentang Dinamika Kegiatan Ikatan Pemuda Pemudi Taruna Mandiri di Kalurahan Girikerto, Sleman)

SALSYA YUNIAR KURNIARAIS, Dr. Suharman, M. Si

2023 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Fenomena srawung dalam kelompok pemuda desa di RT 03 dan RT 04 menjadi sebuah nilai kolektivisme. Seiring berjalannya waktu, terjadi adanya penurunan partisipasi dari anggota kelompok pemuda dalam kegiatan sosial yang diselenggarakannya. Akibatnya, muncul sebuah wacana �Ora Srawung, Rabimu Suwung� yang menjadi upaya revitalisasi nilai kolektivisme pemuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika kegiatan organisasi pemuda di RT 03 dan RT 04 Dusun Nganggring sebagai komunitas desa dan juga untuk mengetahui sejauh mana praktik �Ora Srawung, Rabimu Suwung� dilaksanakan di kelompok pemuda tersebut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan sebagai alat analisis adalah teori komunitas kampung dari John Sullivan dan teori modal sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta kajian dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pemuda IPP Taruna Mandiri sebagai komunitas desa masih memegang erat nilai kolektivisme dengan mewujudkan budaya srawung. Beragam bentuk srawung masih dilangsungkan, seperti rapat rutin pemuda, slametan, ronda malam, gotong royong bersih desa, dan acara-acara tertentu yang membutuhkan tenaga lebih. Terdapat pembagian peran berdasarkan gender di dalam srawung. Perempuan memiliki sarana srawung lebih sedikit dibanding laki-laki. Meski demikian, telah terjadi penurunan partisipasi dan antusiasme pemuda yang disebabkan oleh beberapa hal seperti perbedaan gap usia yang jauh, kesibukan di luar dusun, perubahan orientasi kerja, hingga ketidakcocokan dengan sistem yang berlaku. Akibatnya, muncul sebuah kontrol sosial �Ora Srawung, Rabimu Suwung� yang ditujukan bagi pemuda yang tidak aktif melakukan srawung. Hingga kini, kontrol sosial tersebut hanya sebatas gertakan, belum dapat diterapkan secara utuh mengingat adanya perasaan-perasaan kekeluargaan di dalam lingkup dusun itu sendiri. Di sisi lain, kontrol sosial ini tetap akan dilaksanakan oleh satu hingga dua orang tertentu sebagai wujud protes terhadap pemuda yang tidak aktif. Mereka akan tetap melakukan eksklusi secara mandiri, sebab perasaan tidak nyaman yang muncul ketika harus mengajak seluruh anggota kelompok pemuda IPP Taruna Mandiri.

The srawung phenomenon in youth organization in RT 03 and RT 04 has become a collectivism value. Over time, there has been a decline in the participation of youth organization members in their social activities. As a result, a discourse of �Ora Srawung, Rabimu Suwung� emerge which became an effort to revitalize the value of youth collectivism. This study aims to find out how the identity of youth in RT 03 and RT 04 Dusun Nganggring as a village community and also to find out how far the practice of "Ora Srawung, Rabimu Suwung" is carried out in these youth organizations. This research is descriptive qualitative with a phenomenological approach. The theory used as an analysis tool is the village community theory from John Sullivan and social capital theory. Data collection was carried out trough observation, in-depth interviews, and document review. The results of this study show that the IPP Taruna Mandiri as a village community still adheres to collectivism values by embodying the srawung culture. Various forms of srawung are still being held, such as regular youth meetings, slametans, night patrols, village clean-up, and certain events that require more manpower. There is a division of roles based on gender in srawung. Women have fewer srawung facilities than men. However, there has been a decline in youth participation and enthusiasm due to a number of reasons, such as the large age gap, activities outside the hamlet, changes in work orientation, and incompatibility with the prevailing system. As a result, a social control "Ora Srawung, Rabimu Suwung" emerged which was aimed at youth who were not actively involved in srawung. Until now, this social control has only been a bluff, it has not been fully implemented considering the feelings of kinship within the hamlet itself. On the other hand, this social control will still be carried out by one to two certain people as a form of protest against inactive youth. They will continue to carry out independent exclusions, because of the uncomfortable feeling that arises when they have to invite all members of the IPP Taruna Mandiri.

Kata Kunci : Kata Kunci: Kelompok Pemuda, Srawung, Partisipasi, Kolektivisme, Kontrol Sosial

  1. S1-2023-443261-abstract.pdf  
  2. S1-2023-443261-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-443261-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-443261-title.pdf