Perkembangan Kecamatan Tallunglipu Sebagai Wilayah Peri-Urban di Toraja Utara
SARAH MEMBALA, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisiono, MUP., M.Sc., Ph.D.; Isti Hidayati, S.T., M.Sc., Ph.D.
2023 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAPenelitian yang sudah ada umumnya melihat periurbanisasi sebagai suatu gejala spasial yang terjadi di kota-kota besar, di mana dalam perkembangannya menimbulkan permasalahan pembangunan di wilayah peri-urbannya. Gejala periurbanisasi tidak hanya dialami kota metropolitan saja tetapi juga dapat terjadi di kota-kota kecil dan ditengarai terjadi di Kecamatan Tallunglipu sebagai wilayah peri-urban Kota Rantepao, Toraja Utara. Jika gejala periurbanisasi tersebut dibiarkan berkembang tanpa perencanaan yang tepat, maka dapat menimbulkan tantangan baru dalam perkembangan peri-urban Kecamatan Tallunglipu. Akibatnya, akan muncul permasalahan baru yang lebih kompleks dikemudian hari. Periurbanisasi di kota kecil, seperti yang terjadi di Kecamatan Tallunglipu, ditengarai memiliki karakteristik yang berbeda dengan kota-kota besar. Hal ini perlu mendapat prioritas yang memadai, sehingga dapat merumuskan perencanaan dan pengembangan wilayah yang tepat. Penelitian ini didasarkan pada analisis data sekunder dan data primer tahun 2010 dan 2020. Analisis data menggunakan metode analisis statistik deskriptif, analisis overlay, dan analisis deskriptif kualitatif. Karakteristik perkembangan peri-urban di Kecamatan Tallunglipu menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat perubahan fisik, sosial, dan ekonomi, maka semakin tinggi sifat kekotaan yang muncul, sebaliknya semakin rendah tingkat perubahannya, maka eksistensi kedesaan semakin nyata. Karakteristik tersebut diklasifikasikan dengan membangun tipologi berdasarkan tingkat perkembangannya yaitu: (1) karakteristik perkembangan tinggi pada aspek fisik, sosial dan ekonomi, (2) perkembangan tinggi pada aspek fisik dan sosial namun rendah pada aspek ekonomi, (3) perkembangan tinggi pada aspek sosial namun rendah pada aspek fisik dan ekonomi, (4) perkembangan tinggi pada aspek fisik namun rendah pada aspek sosial dan ekonomi, (5) perkembangan rendah pada aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Pola perkembangan juga menunjukkan bahwa perluasan lahan tidak terkonsentrasi pada area tertentu tetapi meloncat (leapfrog) dan memanjang (ribbon). Perkembangan wilayah peri-urban di Kecamatan Tallunglipu dipengaruhi oleh faktor kebijakan pemerintah daerah, batasan fisik wilayah, keberadaan infrastruktur jalan utama, ketersediaan fasilitas pelayanan umum, dan keberadaan sarana prasarana pendukung adat. Tipologi peri-urban berdasarkan karakteristik tingkat perubahan dapat memberi informasi bagi pemerintah terhadap pola pemanfaatan lahan perkotaan di wilayah peri-urban. Wilayah peri-urban dengan persentase lahan pertanian yang cukup banyak perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya penurunan produktivitas pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya proses densifikasi permukiman yang disebabkan oleh gejala urban sprawl. Pemerintah dalam hal ini dapat mengantisipasi dampak negatif lingkungan dan menyusun tindakan-tindakan pencegahan agar densifikasi permukiman dapat dibatasi dan disesuaikan dengan daya tampung dan daya dukung wilayah.
Previous research often perceived peri-urbanization as a spatial phenomenon that occurs in big cities, which creates problems for suburban areas. Symptoms of peri-urbanization are not only experienced in metropolitan cities but can also occur in small towns, as is suspected to have occurred in Tallunglipu District, a peri-urban area of Rantepao City, North Toraja. If the symptoms of peri-urbanization are allowed to develop without proper planning, they can create new challenges in the peri-urban development of Tallunglipu District. As a result, new, more complex problems will emerge in the future. Peri-urbanization in small towns, such as what happened in Tallunglipu District, is suspected to have different characteristics from that in big cities. This needs to receive adequate priority to formulate appropriate regional planning and development. This research is based on the analysis of secondary and primary data for 2010 and 2020. Data analysis uses descriptive statistical analysis methods, overlay analysis, and qualitative descriptive analysis. The characteristics of peri-urban development in Tallunglipu District show that the higher the level of physical, social, and economic changes, the higher the urban character that appears; conversely, the lower the level of change, the more it appears as a rural area. These characteristics are classified by building a typology based on the level of development, namely: (1) high development in physical, social, and economic aspects; (2) high development in physical and social aspects but low in economic aspects; (3) high development in social aspects but low in physical and economic aspects; (4) high development in physical aspects but low on social and economic aspects; and (5) low development in physical, social, and economic aspects. The pattern of development also shows that land expansion is not concentrated in certain areas, but rather forming a leapfrog pattern and the ribbon pattern. The development of peri-urban areas in Tallunglipu District is influenced by local government policy, natural limitations, main road infrastructure, the availability of public service, and the existence of cattle markets. Peri-urban typology based on the characteristics of the level of changes can provide information for the government on urban land use patterns in peri-urban areas. Peri-urban areas with a large percentage of agricultural land should be preserved to prevent the conversion of agricultural land to non-agriculture. Findings of this study also indicate how urban sprawl is causing a process of settlement densification. The government in this case can anticipate negative environmental impacts and develop preventive measures to limit settlement to not exceed the carrying capacity of the area.
Kata Kunci : perubahan fisik, perubahan sosial, perubahan ekonomi, periurbanisasi, peri-urban, kota kecil.