Laporkan Masalah

PERANAN AKAR BAKAU SEBAGAI PENYANGGA KEHIDUPAN BIOTA LAUT DI KAWASAN REHABILITASI MANGROVE PANTAI PEMALANG - JAWA TENGAH

Erny Pudjirahaju, Dr.Ir. Djoko Marsono

1995 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Akar bakau mempunyai peran yang sangat penting dalam kai tannya deng1 1 an fungsi mangrove sebagai pelindung pantai. Secara fisik, akar bakau mampu mengakumulasi partikelpartikel lempu g, sehingga membentuk substrat yang stabil . . secara biologi, , akar bakau mampu berasosiasi dengan biota laut. Peneli tiaµ ini dilakukan di kawasan mangrove pantai Utara yang termasuk dalam wilayah Desa Pesantren, Kecamatan Ul?jami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Kawasan ini sebelumnya telah mengalami kerusakan akibat eksploitasi yahg melebihi batas, sehingga berdampak abrasi dan intrusi sakpai ke wilayah Kabupaten Tegal dan Brebes. Pada tahun i990, telah dilakukan rehabili tasi oleh Instiper Yogyakarta, dengan menanam bibit bakau menggunakan ja?ak tanam 3 x 0,5 m, yang sampai saat ini telah mencapai panjang sekitar 600 m dengan lebar 200 m. Tujuan peneli ian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rehabilitasi terhadap kerapatan dan keragaman biota laut melalui peran akar bakau sebagai dasar upaya pengembangan dan pelestarian hutan mangrove di kawasan pantai Utara. Cara pengamatart dengan meletakkan petak ukur (PU) 5 x 5 m pada kawasan yang sudah terbagi menj adi 12 unit eksperimental, yaitu 4 umur tanam dan 3 lokasi tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rehabili tasi dengan menanam bibit bakau telah diikuti dengan pertumbuhan api-api sebagai tanaman ikutan. Uj i varian terhadap kerap?tan vegetasi berdasarkan tahun tanam dan lokasi tumbuh, menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf 5%. Hasif analisis korelasi regresi antara kerapatan bakau dengan faktor fisik-kimia habitat menunjukkan bahwa kerapatan bakau mempunyai korelasi posi tif dengan N total (X1), P tersedia (X2), bahan organik (X3), K tersedia (X4?, dan ketebalan lumpur (Xs). Persamaan ini mempunyai nilai R2 0,9961. Hasil pengukuran terhadap parameter akar\ bakau menunjukkan bahwa rata-rata tinggi akar meningkat dari 48,46 cm pada tahun tanam ke 2, menjadi 109,30 cm pada tahun tanam ke 4, sedangkan lebar akar jangkar msningkat dari 36,72 cm pada tahun tanam ke 2 menj adi 83, 12 bm pada tahun ke 4, dan jumlah akar yang menancap meningkat dari 5,67 buah pada tahun tanam ke 2 menjadi 18,52 pada tahun tanam ke 4, yang disebabkan karena pertumb han akar baru di atas akar yang paling tinggi pada pengukuran sebelumnya. Pertumbuhan parameter akar ini ditunjukkan dengan hasil uji varian, yang kesemuanya signifi?an pada taraf 1%. Pengamatan terhadap biota laut telah dij?mpai 22 jenis fitoplankton, 10 jenis zooplankton dan 11 jenis nekton yang berasosiasi dengan akar bakau. Peran gabungan akar bakau dengan biota laut pada setiap unit ek?perimental melalui analisis cluster menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan dan keragaman biota laut, sejalan ?lengan peningkatan parameter akar bakau xi .,. dari tahun k tahun. Pengelompokan habitat juga terjadi berdasarkan lokasi tumbuh yang dimulai dari arah laut ke darat. Hasil persamaan garis regresi antara biota laut dengan parame ,er akar bakau menunjukkan bahwa fitoplankton mempunyai kor?lasi positif dengan lebar akar jangkar (X1), dan jumlah akar yang menancap (X2), sedangkan zooplankton dan nekton be?korelasi positif dengan tinggi akar (X1) dan lebar akar jangkar (X2). Hasil ini ditunjukkan dengan nilai R 2 masi?g-masing adalah 0,9725; 0,9440 dan 0,9894. Hasil analisis persamaan garis regresi antara faktor fisik-kimia habitat terhadap biota laut, menunjukkan bahwa kepadatan f i toplankton berkorelasi posi ti£ dengan faktor bahan organikl (X1), pH (X2), ketebalan lumpur (XJ), dan CO2 (X4), yang! ditunjukkan dengan nilai R2 0,9977. Sedangkan zooplankton berkorelasi positif dengan ketebalam lumpur (X1) dan D.O (X2), dengan nilai R 2 0,9057. Nekton berkorelasi pbsitif dengan ketebalan lumpur (X1), D.O (X2), suhu (?3) dan salinitas (X4), dengan nilai R2 O, 8709. Hasil anal is is regresi di atas menunjukkan bahwa interaksi berbagai faktor lingkungan mempunyai peran yang besar daram pembentukan ekosistem mangrove di pantai Pemalang. I

Mangrove r ots play an important role in relation to its function as protective agents of coastal area. Physically, mangrov roots could be able to accumulate mud particles formihg a stabil substrate. Biologically, these r?ots associate! with a wide s?ectrum of sea biotic organisms. The present study was done in a mangrove area in North Coast of Java within the te.rritory of Pesantren, District of Ul jami, Regency of Pemalang, Central Java. Due to over eJGploitation, this area has been damaged causing abrasio, and intrusion of sea water up to Regency of Tegal and Brebes. In 1990, an attempt has been initiated by INSTIPER Yogyakarta tc- rehabilitate the area by planting mangrotre with spacing of 3 x O. 5 m. Up to the time being, it !has covered 600 m length with a width of 200 m. The objective of the present research was to study density and diversity of sea biotic organisms in the rehabilitated area tthrough the role of mangrove roots, and to provide an imp'ortant basis for the establishment and conservation of1mangrove in north coast of Java. Records were made in a 5 x 5 quadrant in the area which based on planting year (four planting years) and location (three locations) had been split into twelve experimental units. The resultJ showed that planting mangrove in coastal rehabilitation produced a carry over growth of Api-api. Analysis variarnbe of vegetation density classified based on planting yecirs and locations revealed a significant difference at 5% significance level. Correlation and regression analYjsis of mangrove density with some selcted physico-chemical properties of the habitat revealed a positive correl?tion with total nitrogen (X1 ), available P (X2 ), organic matter content cx3 ), available K (X4 ), and mud thickness (xl 5?. Regression equation involving these variables has an R = 0.9961. Measurement of mangrove root showed that the height of mangrove root increased from 48. 46 cm in year two after planting up to 109. 30 cm in year four after planting. The width of basal anchorage area increased from 35.72 cm to 83.12 cm, and the number of anchorage ro9ts increased from 6.57 to 18.50 due to the growing of new roots above tr.e highest root previously recorded. Incre?se in all root parameters were significant at 1% probabili7y level. With respect to sea biotic organisms, 22 phytoplankton species, 10 zooplankton species, and 7 nectons were found associated with mangrove roots. Cluster analysis using root characteristics and sea biotic organisms produced a cluster which indicated that the increase of seal biotic density and diversity parallelled the increase in mangrove root characters with the passing

Kata Kunci : Ilmu Kehutanan,Akar Bakau,Pelindung Biota Laut,Hutan Bakau,Pemalang

  1. Abstract.pdf  
  2. Bibliography.pdf  
  3. Table_of_content.pdf  
  4. Title.pdf