Laporkan Masalah

AKSESIBILITAS TEMPAT IBADAH BAGI PENYANDANG DISABILITAS FISIK DI KOTA PADANG (Persepsi Pengurus Masjid dan Aspirasi Penyandang Disabilitas terkait Aksesibilitas Masjid sebagai Ruang Publik)

RIAN FAUZI, Dr. Fina Itriyati

2023 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

ABSTRAK Penyandang disabilitas merupakan manusia yang memiliki kesamaan hak, kesamaan perlakuan serta kesamaan derajat secara umum. Persamaan derajat dalam akses beribadah belum sepenuhnya diperoleh penyandang disabilitas terutama dalam akses tempat ibadah masjid yang berada di Kota Padang. Dari total jumlah 1.425 masjid dan mushola di Kota Padang, hanya dua masjid yang dapat dikategorikan masjid yang menyediakan akses terhadap penyandang disabilitas. padahal bagi masyarakat Padang, masjid tidak hanya sebagai wujud kecintaan terhadap Tuhan, akan tetapi juga sebagai ruang publik. fenomena ini tidak terlepas dalam hubungan bagaimana disabilitas dipahami dan cara penyandang disabilitas diperlakukan. Pandangan-pandangan pengambil kebijakan masjid perlu digali untuk menjelaskan fenomena ini. Tesis ini mengeksplorasi persepsi pengurus masjid terkait aksesibilitas sosial dan fisik tempat-tempat ibadah masjid bagi penyandang disabilitas muslim di Kota Padang untuk melihat persepsi dan aspirasi penyandang disabilitas terkait inklusi sosial di masjid sebagai ruang publik. Dengan kerangka analisis pertama dari teori rekognisi dari Axel Honneth dan teori kedua, critical disability theory dari David L. Hosking. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan kritis dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi lapangan. Temuan dari tesis ini dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, bahwa hampir semua masjid yang berada di Kota Padang tidak aksesibel bagi penyandang disabilitas. Akan tetapi pengurus masjid di Kota Padang tidak bermaksud mengucilkan para penyandang disabilitas dengan kondisi masjid yang belum menyediakan aksesibilitas. Hal ini tidak terlepas dari cara pandang model medis yang menganggap penyandang disabilitas sebagai individu yang sakit dan tidak punya kewajiban untuk melaksanakan ibadah di masjid sehingga kebutuhan akan akses tempat ibadah semacam ini terabaikan. Selain itu patologis sosial semacam ini terjadi tidak terlepas juga dari beberapa faktor yang terjadi karena misrecognition terhadap penyandang disabilitas diantaranya: keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap penyandang disabilitas, terutama pengurus masjid yang bertanggung jawab terhadap penyediaan fasilitas kebutuhan jamaah masjid. Selain itu kurangnya sosialisasi aturan pendirian bangunan ramah disabilitas terhadap pengurus masjid padahal Kota Padang telah memiliki peraturan daerah yang mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas. Kedua, Sementara dari sisi penyandang disabilitas sendiri merasa penyangkalan hak-hak mereka terhadap akses tempat-tempat ibadah merupakan salah satu bentuk diskriminasi. Sehingga terjadi apa yang disebut sebagai Unintentional exclusion atau eksklusi yang tidak disadari oleh mereka yang non difabel. Walaupun tidak bermaksud melakukan pengucilan tetapi dengan kondisi masjid yang tidak aksesibel dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap disabilitas sehingga mereka merasa dieksklusi dari lingkungan sosial mereka. Karena bagaimanapun masjid bagi masyarakat Kota Padang merupakan public sphere yang rekognisi individu dalam masyarakat direpresentasikan dalam kehadiran mereka dalam ruang publik masjid. Kata kunci: Aksesibilitas Tempat Ibadah, Pandangan Pengurus Masjid dan Penyandang Disabilitas terkait Aksesibilitas Masjid.

ABSTRACT Persons with disabilities are human beings who have equal rights, treatment, and degrees in general. Equality in access to worship has not been fully obtained by persons with disabilities, especially in access to mosques in Padang. Out of a total of 1,425 mosques and prayer rooms in Padang, only two mosques can be categorized as mosques that provide access for persons with disabilities. Whereas for the people of Padang, the mosque is not only a form of love for God, but also as a public space. This phenomenon is inseparable from the relationship between how disability is understood and how persons with disabilities are treated. The views of mosque policy makers need to be explored to explain this kind of phenomenon. This thesis explored the perceptions of mosques administrators regarding the social and physical accessibility of worship places or mosque for people with disabilities in Padang in order to see the perceptions and aspirations of people with disabilities regarding social inclusion in the mosque as a public space. With the first analytical framework of recognition theory from Axel Honneth and the second theory, critical disability theory from David L. Hosking. In addition, the method used in this study was a qualitative method with a critical approach with data collection techniques of in-depth interviews, field observations and documentation. The findings of this thesis were divided into several parts. First, that almost all mosques in Padang are not accessible for persons with disabilities. However, the mosque management do not intend to isolate persons with disabilities for the condition that the mosque does not yet provide accessibility. The caused cannot be far from the perspective of the medical views which considers persons with disabilities as individuals who are sick and have no obligation to carry out their worship at the mosque, so that they thought there is no need the worship places accessibility for them. Besides, the social pathology of this kind of thing happens regardless of several factor happened because misrecognition towards persons with disabilities including: the society has limited knowledge about persons with disabilities, especially mosque management who are responsible for providing facilities for the mosque needs. In addition, there is a lack of socialization of the rules for constructing disability-friendly buildings for mosque management, even though Padang government already has regional regulations that accommodate the needs of persons with disabilities. Second, meanwhile, from the perspective of persons with disabilities, they feel that denying their rights to access the worship places is a form of discrimination. So that, it is known as Unintentional Exclusionwhich is not realized by those who are not disabled. Even though they do not mean to isolate them, the condition of the mosque is inaccessible and there is a lack of public awareness of disabilities so that they feel excluded from their social environment. Thus, after all the mosque for the Padang society is public sphere whose individual recognition in society which is represented in their presence in the public space of the mosque. Keywords: Accessibility of Worship Places, Views of Mosque Management and Persons with Disabilities regarding Mosque Accessibility.

Kata Kunci : Aksesibilitas Tempat Ibadah, Pandangan Pengurus Masjid dan Penyandang Disabilitas terkait Aksesibilitas Masjid./Accessibility of Worship Places, Views of Mosque Management and Persons with Disabilities regarding Mosque Accessibility.

  1. S2-2023-466987-abstract.pdf  
  2. S2-2023-466987-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-466987-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-466987-title.pdf