Pengelolaan Hutan Lindung Berbasis masyarakat Adat (Kasus Kelompok Hutan Lindung Gunung Sirimau, Provinsi Maluku).

EVELIN PARERA, Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc.;Ir. Dwiko Budi Permadi , S.Hut., M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Sumardi, M.For.Sc.

2023 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEHUTANAN

Sebelum ditetapkan sebagai hutan lindung oleh Negara pada tahun 1996, Kelompok Hutan Lindung Gunung Sirimau (KHLGS) telah dikelola oleh masyarakat adat dan diklaim sebagai hutan adat. Setelah penetapan hutan sebagai hutan lindung pada tahun 1996 oleh negara, hutan lindung dikelola oleh pemerintah. Kompleksitas pengelolaan hutan lindung karena peralihan kewenangan pemangku kepentingan. Tujuan penelitian ini adalah 1). Identifikasi kondisi biogeofisik dan sosial ekonomi masyarakat adat di sekitar hutan lindung; 2). Analisis pemangku kepentingan dan peranannya, pelibatan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan lindung serta penyelesaian konflik antar pemangku kepentingan.; 3). Identifikasi pengelolaan hutan lindung oleh masyarakat adat; 4) Rumusan strategi pengelolaan hutan lindung berbasis masyarakat adat. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed Method. Teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalama dan observasi. Analisis data secara deskriptif untuk analisis kondisi biogefisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat adat. Analisis stakeholder untuk analisis pemangku kepentingan dan A SWOT untuk prioritas strategi pengelolaan hutan lindung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi biogeofisik KHLGS digambarkan oleh kerapatan vegetasi didominasi oleh kerapatan rendah pada hutan lahan kering primer (kurangdari =24,62), hutan lahan kering sekunder (kurang dari=30,32) dan semak belukar (kurang dari=34,87). Keragaman jenis vegetasi sedang (kurang dari=1,0-3,322). Perubahan tutupan dengan adanya pertanian lahan kering dan pemukiman), jenis tanah didominasi jenis dystropepts berkarakteristik rentan kekeringan. Jenis batuan didomiasi oleh jenis batuan vulkanik yang rapuh. Topografi didominasi topografi agak curam dan kelerengan 15-25%. Bentang alam terbentuk dari hasil erosi yang menjadi endapan pada hilir sungai dan kaki bukit/gunung. Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir tergolong tinggi (320,27 mm/bulan). Karakteristik sosial ekonomi masyarakat didominasi oleh masyarakat berumur produktif dan tingkat pendidikan menengah. Pendapatan masyarakat didominasi oleh masyarakat yang berpendapatan < UMR. Budaya masyarakat berkembang dalam hal pengetahuan namun budaya pengelolaan hutan lindung masih tradisional. Pemangku kepentingan yang terlibat dari instansi pemerintah dan non pemerintah. Pengelolaan hutan lindung oleh masyarakat adat secara tradisional (etnoforestry) dalam bentuk soa, sistem dusung (agroforestry tradisional, pemanfaatan air, pemungutan hasil hutan bukan kayu (nira) dan perlindungan dan pemeliharaan sumber-sumber air. Prioritas strategi pengelolaan hutan lindung secara kolaboratif adalah memanfaatkan kawasan hutan lindung secara optimal untuk meningkatkan nilai sosial, ekonomi yang berdampak kepada ekologi hutan lindung dengan revitaslisasi dusung (agroforestry tradisional).

Before being designated as a protected forest by the State in 1996, the Mount Sirimau Protected Forest Group (KHLGS) had been managed by indigenous peoples and claimed as a customary forest. After the designation of the forest as a protected forest in 1996 by the state, protected forests were managed by the government. The complexity of managing protected forests is due to the transfer of stakeholder authority. The aims of this research are 1). Identification of biogeophysical and socio-economic conditions of indigenous peoples around protected forests; 2). Stakeholder analysis and their roles, involvement of indigenous peoples in the management of protected forests and conflict resolution between stakeholders; 3). Identification of protected forest management by indigenous peoples; 4) Formulation of a strategy for managing protected forests based on indigenous peoples. The research method used is the Mixed Method. Primary data collection techniques through in-depth interviews and observation. Descriptive data analysis for analysis of biogeophysical, social, economic and cultural conditions of indigenous peoples. Stakeholder analysis for stakeholder analysis and A'SWOT for strategic priority management of protected forests. The results showed that the KHLGS biogeophysical conditions were described by vegetation density dominated by low-density primary dryland forest (less than equal =24.62), secondary dryland forest (less than equal =30.32), and shrubs (less than equal =34.87) Moderate diversity of vegetation types (H'=1.0-3.322). Changes in cover with the presence of dry land agriculture and settlements), soil types dominated by dystropepts with drought-prone characteristics. The rock type is dominated by fragile volcanic rock types. The topography is dominated by rather steep topography and a slope of 15-25%. The landscape is formed from the results of erosion which becomes sediment in the downstream rivers and foothills/mountains. The average rainfall for the last 10 years is high (320.27 mm/month). The socio-economic characteristics of the community are dominated by people of productive age and secondary education level. Community income is dominated by people with income <UMR. Community culture develops in terms of knowledge but the culture of protected forest management is still traditional. Stakeholders involved from government and non-government agencies. Traditional management of protected forests by indigenous peoples (ethnoforestry) in the form of soa, hamlet systems (traditional agroforestry, water utilization, collection of non-timber forest products (sap) and protection and maintenance of water sources. The strategic priority for collaborative protected forest management is to utilize protected forest areas optimally to increase social and economic values that impact the protected forest ecology by revitalizing hamlets (traditional agroforestry).

Kata Kunci : Hutan Lindung, Pengelolaan, Berbasis, Masyarakat Adat: Protection Forest, Management, Based, Indigenous Peoples