Laporkan Masalah

KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA BERBASIS KESADARAN KOMUNITAS LOKAL (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo)

NOVIA TENSIANI, Dr. M. Falikul Isbah

2023 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

INTISARI Perbedaan keyakinan agama menjadi hal yang terjadi di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan agama yang diyakini oleh masyarakat. Keyakinan yang berbeda ini dapat menimbulkan konflik apabila tidak ditangani dengan baik. Hubungan antarumat beragama yang terjalin dengan baik menjadi suatu yang perlu dilakukan oleh setiap orang. Toleransi menjadi kunci dari pluralisme yang ada dengan terbentuknya sikap saling menghargai menjadi hal yang sangat dibutuhkan demi terciptanya kohesi sosial di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kerukunan Antarumat Beragama Berbasis Kesadaran Komunitas Lokal (Dusun Tegalsari, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo) dengan berfokus pada kesadaran komunitas lokal yang dapat membentuk kerukunan antarumat beragama dan menganalisis praktik doa bersama antarumat beragama di dalam ruang ketiga pada ritual tradisi keagamaan di masyarakat Dusun Tegalsari. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Mead, Trialetics of Spatiality (Teori Ruang Ketiga) dari Edward Soja, dan Interfaith Dialogue. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu dengan adanya praktik doa bersama yang dilakukan antarumat beragama Islam, Katolik, dan Kristen membentuk masyarakat yang toleran. Masyarakat yang mempunyai sikap toleransi ini tercipta dikarenakan adanya dialog antaragama (interfaith dialogue) yang dilakukan oleh umat Islam, Katolik, dan Kristen. Masyarakat menggunakan Interfaith Dialogue dalam berinteraksi sehingga memberikan pemaknaan terhadap pikiran dan membentuk konsep diri masyarakat di Dusun Tegalsari. Praktik hubungan antarumat beragama ini terjadi di ruang ketiga bersamaan dengan sosial budaya tradisi Jawa. Keberadaan ruang ketiga ini menjadi ruang bagi kehidupan masyarakat untuk dapat hidup berdampingan sehingga dapat membentuk kerukunan antarumat beragama berbasis kesadaran komunitas lokal di Dusun Tegalsari. Kata kunci: Toleransi, Interfaith Dialogue, Interaksionisme Simbolik, Third Space

ABSTRACT Differences in religious beliefs are common in society. This is related to the religion that is believed by the community. Different religious beliefs can lead to conflict if not handled properly. Interfaith relations that are well established need to be carried out by everyone. Tolerance is the key to existing pluralism. So that mutual respect is formed and the creation of social cohesion in society. The purpose of this study was to analyze Interreligious Harmony Based on Local Community Awareness (Tegalsari Village, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo). The focus of the research is local community awareness that can form inter-religious harmony and analyzes the practice of inter-religious prayer together in the third space in the rituals of the community's religious traditions in Tegalsari Village. The data obtained in the study were analyzed using the theory of Symbolic Interactionism from Herbert Mead, Trialetics of Spatiality (Thirdspace Theory) from Edward Soja, and Interfaith Dialogue. The method used in this study is qualitative with a phenomenological approach. Researchers used data collection techniques in-depth interviews, observation, and documentation. The result of this study is that the practice of praying together among Muslim, Catholic and Christian believers forms a tolerant society. Tolerance in society is created because of interfaith dialogue conducted by Muslims, Catholics and Christians. The community interacts using the Interfaith Dialogue so that it gives meaning to thoughts and shapes the self-concept of the people in Tegalsari Village. The practice of inter-religious relations occurs in the third space along with the social and cultural traditions of Java. The existence of the third room is a space for people's lives to coexist. Then formed inter-religious harmony based on local community awareness in Tegalsari Village. Keywords: Tolerance, Interfaith Dialogue, Simbolic Interaction, Third Space

Kata Kunci : Toleransi, Interfaith Dialogue, Interaksionisme Simbolik, Third Space

  1. S2-2023-466984-abstract.pdf  
  2. S2-2023-466984-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-466984-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-466984-title.pdf