Laporkan Masalah

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERANAKAN ONGOLE SEBAGAI SAPI LOKAL DI JAWA TENGAH

RESTIYANA AGUSTINE, Ir. Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM.; Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.; Prof. Dr. Ir. Endang Baliarti, S.U.

2023 | Disertasi | DOKTOR ILMU PETERNAKAN

Peternak rakyat merupakan aktor utama dalam usaha sapi potong. Mereka memiliki peran penting dalam produksi daging sapi di Indonesia. Namun, peternak rakyat memiliki keterbatasan dalam mengembangkan usahanya. Kajian mengenai minat peternak untuk mengembangkan usaha di tengah keterbatasan yang dihadapi perlu dilakukan. Pada pengembangan usaha peternakan sapi potong, sapi lokal mendapatkan perhatian khusus dari program peningkatan populasi sapi dari Pemerintah. Salah satunya adalah Program Swasembada Daging Sapi yang bertujuan untuk mencapai swasembada jangka panjang berbasis sapi lokal untuk memenuhi permintaan penduduk akan daging sapi. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan sapi lokal yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Sapi lokal berperan dalam kehidupan peternak, seperti sebagai sumber pendapatan tunai, fungsi investasi, dan fungsi sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan usaha peternakan berbasis sapi PO sebagai sapi lokal yang mempertimbangkan kondisi peternak rakyat sebagai aktor utama dalam pemeliharaan sapi PO. Sebanyak 287 peternak terlibat sebagai responden dalam survey dan 36 pemimpin kelompok ternak terlibat sebagai responden dalam analisis hierarki proses (AHP). Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blora, Grobogan, Kebumen, Klaten, dan Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Analisis statistik deskriptif, AHP, analisis regresi logistik biner digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak menghadapi beberapa keterbatasan dalam mengembangkan usaha sapi potong, baik keterbatasan berdasarkan keadaan umum wilayah maupun keterbatasan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi peternak. Keterbatasan berdasarkan keadaan umum wilayah, antara lain terbatasnya ketersediaan hijauan pakan ternak, rendahnya partisipasi generasi muda dalam menjalankan usaha peternakan sapi potong, skala kepemilikan sapi potong yang rendah, dan rendahnya tingkat partisipasi peternak dalam kelembagaan. Adapun keterbatasan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi peternak, terutama pada peternak sapi PO, antara lain kepemilikan lahan yang rendah dan pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan peternak yang bukan pemelihara sapi PO. Usia peternak dan pendapatan per bulan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap minat peternak untuk menambah populasi sapi yang dipelihara. Semakin bertambah usia peternak maka probabilitas minat untuk mengembangkan usaha akan semakin berkurang. Peternak dengan pendapatan > Rp 1.000.000,00 hinga Rp 3.000.000,00 per bulan memiliki probabilitas minat untuk meningkatkan usaha dengan menambah populasi sapi potong. Strategi pengembangan usaha peternakan yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian, antara lain mengatasi keterbatasan hijauan pakan ternak dengan pemanfaatan hijauan pakan lokal dan pengolahan pakan yang berasal dari limbah pertanian; menarik minat generasi muda untuk mengembangkan usaha peternakan dengan melibatkan mereka dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat dalam pengembangan usaha peternakan, usaha peningkatan kepemilikan ternak melalui jaringan usaha, seperti crowdfunding, untuk menghimpun modal usaha dengan dukungan investasi dari masyarakat; meningkatkan kualitas program-program pada kelembagaan peternakan untuk menarik partisipasi peternak secara aktif; menyusun program-program yang berkaitan dengan reproduksi sapi betina; dan kepastian harga jual dimana sapi PO dihargai sebagai bibit.

Smallholder farmers are the main actors in the beef cattle business. They have an essential role in beef production in Indonesia. However, they need to improve in developing their business. Studies regarding the interest of farmers in developing their businesses amidst the limitations they face need to be carried out. Local cattle receive special attention from the government's program to develop the beef cattle farming business. One of them is the Beef Self-Sufficiency Program which aims to achieve local cattle-based long-term self-sufficiency to meet the population's demand for beef. Peranakan Ongole (PO) cattle are locally found in Central Java Province. Local cattle play an essential role in the farmers' livelihood, such as a source of cash income, investment, and socio-cultural function. This study aims to determine the strategy for the PO cattle development business, considering the condition of smallholder farmers as the leading actor in maintaining PO cattle. Two hundred eighty-seven beef cattle farmers were involved in the survey, and 36 farmer leaders were involved as respondents in the analysis hierarchy process (AHP). The research was conducted in Blora, Grobogan, Kebumen, Klaten, and Rembang regencies, Central Java Province. Descriptive statistical analysis, AHP, and binary logistic regression analysis were used in this study. The study results show that farmers need more support in developing the beef cattle business based on the region's general conditions and the socio-economic characteristics of the breeders. Limitations based on the general condition of the region include: the limited availability of forage for livestock, low participation of the younger generation in running beef cattle farming businesses, low scale of ownership of beef cattle, and low level of farmer participation in institutions. The limitations based on the socio-economic characteristics of breeders, especially PO cattle breeders, include low land ownership and less experience than breeders who are not PO cattle keepers. The farmer's age and monthly income influence the farmer's interest in increasing the cattle population he keeps. As the age of the breeder increases, the probability of interest in developing a business will decrease. Farmers with income > IDR 1,000,000.00 to IDR 3,000,000.00 per month, have a probability of interest in increasing their business by increasing the beef cattle population. Livestock business development strategies that can be recommended based on research results include overcoming the limitations of forage by utilizing local forage and processing of feed derived from agricultural waste; attracting the interest of the younger generation to develop livestock businesses by involving them in creating valuable innovations in the development of livestock businesses, efforts to increase livestock ownership through business networks, such as crowdfunding, to raise business capital with investment support from the community; improve the quality of programs in animal husbandry institutions to attract the active participation of breeders; arrange programs related to the reproduction of cows; and the certainty of a selling price where PO cattle are valued as breeding stock.

Kata Kunci : Kebijakan pembangunan peternakan, Pembangunan pedesaan, Peternak rakyat, Sapi lokal

  1. S3-2023-450350-abstract.pdf  
  2. S3-2023-450350-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-450350-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-450350-title.pdf