Mengutamakan yang (Di)lemah(kan): Studi atas Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) sebagai Environmentalisme Muslim
IMAN PERMADI, Dr. Zainal Abidin Bagir
2023 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYATren percakapan akademisi Muslim dalam merespon fenomena alam kian meningkat. Banyak di antaranya yang menegaskan signifikansinya terhadap krisis lingkungan mutakhir. Meskipun diskursus tentang "Green Islam" mampu menstimulasi banyak pihak untuk "menghijaukan" keIslamannya, ia tidak mampu menginisiasi perubahan lebih jauh. Mengingat bahwa krisis lingkungan bukan hanya persoalan krisis spiritual melainkan juga struktural, perhatian besar akademisi Muslim tersebut masih hanya fokus pada produksi ekoteologi sehingga belum mampu memberi pengaruh pada perubahan yang holistik. Artikel ini menelisik Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) sebagai bagian dari environmentalisme kolaboratif yang berorientasi pada keadilan sosial-ekologis di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan empiris dan literatur komparatif tentang "Green Islam" dan environmentalisme Muslim, tesis ini mengajukan dua pertanyaan utama tentang proses kontekstualisasi teologi Al Maun atas fenomena lingkungan di dalam KHM dan Muhammadiyah, serta bagaimana signifikansinya di level praksis. Dengan meggunakan analisis kritis Anna Gade dalam bagaimana environmentalisme Muslim membaca Al-Qur'an sebagai landasan gerakan, penelitian ini menemukan sebuah varian environmentalisme Muslim yang menjadi bagian dari environmentalisme progresif. Tesis ini mengungkapkan bahwa KHM adalah varian gerakan lingkungan Muslim-progresif yang memulai dengan rekontekstualisasi sumber-sumber tradisi keIslaman atas fenomena alam. Meski begitu, urgensi dalam kompleksitas environmentalisme di Indonesia, dalam hal ini KHM, ialah kemapanan ekosistem produksi pengetahuan dan logistik agar mendorong improvisasi pendekatan alternatif dan dapat menemui sasaran perubahan yang terukur.
Muslim publication in responding to natural phenomena is manifold. Although the discourse on "Green Islam" asserts the significance to the latest environmental crises and was able to stimulate many Muslims to "green" their Islam, it was unable to initiate further changes. The environmental crisis is not only a spiritual crisis but also a structural one, but the Muslim academics' great concern remains focused on the production of eco-theology so that it has not been able to influence holistic change. This article examines the Muhammadiyah Green Cadre (Kader Hijau Muhammadiyah or KHM) as part of a collaborative environmentalism with the vision of socio-ecological justice in Indonesia. Through an empirical and comparative literature on "Green Islam" and Muslim environmentalism, this thesis asks two main questions about the process of contextualizing Al Maun theology over environmental phenomena within KHM and Muhammadiyah, as well as how they are significant at the praxis level. In addition, this participatory observation research makes use of Anna Gade's critical analysis of how Muslim environmentalism employs references to the Al-Qur'an. It also looks at certain Muslim environmentalisms as part of progressive environmentalism. This thesis reveals that KHM is a variant of Muslim-progressive environmentalism that began with the recontextualization of the sources of Islamic traditions over natural phenomena. Even so, the urgency in the complexity of environmentalism in Indonesia, in this case KHM, is the establishment of a knowledge production and logistics ecosystem in order to encourage the improvisation of alternative approaches and be able to meet measurable targets of change.
Kata Kunci : Environmentalisme Muslim, Teologi Al Maun, Muhammadiyah