Tipologi Ruang Terbuka Di Kawasan Hutan Lindung Bukit Kucing Kota Tanjung Pinang Berbasis Konsep Ekowisaata

WILIAM, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D.

2022 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTUR

Kawasan Hutan Lindung Bukit Kucing merupakan kawasan yang terletak di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kota Tanjung Pinang hanya memiliki 11,08% RTH sehingga pemerintah Kota Tanjung Pinang masih memiliki kewajiban untuk membayarhutang RTH sebesar 8.92% untuk memenuhi target 20% yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota Tanjung Pinang tahun 2014 - 2034. Penyumbang utama RTH Kota Tanjung Pinangadalah Hutan Lindung Bukit Kucing yang berada tepat di jantung kota. Kawasan tersebutmemiliki hutan lindung yang diterapkan sebagai kawasan edu-ekowisata di mana hutan tersebut merupakan hutan semi terbuka yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Saat ini,penerapan Edu-ekowisat memunculkan banyak kontroversi dari masyarakat, sebab penerapan Eduekowisata dipandang belum maksimal. Penerapan Edu-ekowisata pada ruang kawasan tersebut juga masih kurang konsisten dan belum mampu menarik minat wisatawan. Terdapat juga banyak lahan atau ruang terbuka yang tersebar, di mana sebagian berbatasan langsung dengan Hutan Lindung Bukit Kucing. Ruang terbuka yang tersebar seharusnya dapat memicu berbagai pemanfaatan ruang dan fungsi oleh masyarakat sehingga dapat dikembangkan menjadi bagian dari Hutan Lindung Bukit Kucing maupun kebutuhan ekowisata. Letak Hutan Lindung Bukit Kucing yang strategisdengan dikelilingi oleh permukiman warga seharusnya membentuk sebuah ruang terbuka yang memiliki berbagai fungsi dan aktivitas yang dapat menjadi daya tarik wisatawan. Untuk itu, diperlukan identifikasi terkait tipologi ruang dan keterkaitan edu-ekowisata pada kawasan Hutan Lindung Bukit Kucing. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan rasionalistik kualitatif, yaitu pendekatan yang bertolak dari kerangka teori penelitian terdahulu serta teori dan hasil dari pemikiran pakar, kemudian disusun mengarah pada sesuatu yang mengandung problematik yang diteliti. Terdapat tiga tahap pelaksanaan penelitian, yaitu tahap awal yang bertujuan menemukan tipologi ruang terbuka di kawasan Hutan Lindung Bukit Kucing dengan menggunakan teori perancangan kota. Tahap berikutnya dapat dilanjutkansetelah berhasil menemukan tipe tipologi ruang terbuka di Kawasan Hutan Lindung Bukit Kucing. Tahap tersebut bertujuan menemukan kesesuaian antara tipologi ruang terbuka dengan konsep ekowisata. Tahap terakhir adalah membuat arahan perancangan sesuai penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 tipe Tipologi Ruang, yaitu: (1) Lahan Hijau yang merupakan area maupun jalur dalam kota yang fungsinya bersifat terbuka; (2) Perkarangan, umumnya dapat dikenali dengan beberapa karakter, seperti posisi pada sekitar rumah maupun tempat tinggal dan memiliki bentuk serta fungsi yang beraneka ragam; (3) Plaza, dasarnya memiliki hubungan dengan lapangan yang mencerminkan tempat terbuka untuk umum di kota; (4) Taman,umumnya dipahami masyarakat sebagai area yang berisi komponen material keras serta lunak yang saling mendukung antara satu dengan yang lain; dan (5) Hutan Lindung, kawasan hutan yang ditetapkan pemerintah maupun kelompok masyarakat untuk dilindungi fungsi ekologis agar tetap terjaga. 5 tipe tersebut memiliki hubungan masing-masing terkait konsep Edu-ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan hijau hanya memiliki karakteristik nature based dan ecologically sustainability, berbeda dengan perkarangan yang memiliki karakteristik nature based, ecologically sustainability, dan environmentally educative serta memiliki aktivitasberupa ruang edukasi dan rekreasi. Tipologi ruang terbuka dengan tipe plaza sama sekalitidak memiliki unsur edu-ekowisata, berbeda dengan taman yang memiliki semua karakteristik edu-ekowisata serta memiliki aktivitas dan fungsi rekreasi. Taman juga masuk ke dalam jenis ekowisata alam, sedangkan Hutan Lindung Bukit Kucing memenuhi semua kriteria kesesuaian eduekowisata, kecuali sebagai ekowisata budaya.

The area of Bukit Kucing Protected Forest is located in Tanjung Pinang City, Riau Islands. Tanjung Pinang City only has 11.08% of green open space that cause Tanjung Pinang City government still has obligation to pay the green open space commitment of 8.92% to meet the 20% target in accordance with the Tanjung Pinang City Spatial Planning of 2014 - 2034. The main contributor to the green open space of Tanjung Pinang City is the Bukit Kucing Protected Forest which is located center of the city. The area has a protected forest which is applied as an edu-ecotourism area where the forest is a semi-open forest that can be visited by the community. Currently, the application of Edu-ecotourism raises a lot of controversy from the community, because the implementation of Edu-ecotourism is seen as not being optimal. The application of edu-ecotourism to the regional space is also still not consistent and has not been able to attract tourists. There are also many scattered lands or open spaces, some of which are directly adjacent to the Bukit Cat Protection Forest. The spread of open space should be able to trigger various uses of space and functions by the community that it can be developed as part of the Bukit Kucing Protected Forest as well as ecotourism needs. The strategic location of the Bukit Kucing Protection Forest surrounded by residential areas should form an open space that has various functions and activities that can attract tourists. For this reason, identification is needed regarding spatial typology and eduecotourism link in the Bukit Kucing Protection Forest area. The research method used is a qualitative rationalistic approach, which is an approach that departs from the theoretical framework of previous research as well as theories and results from expert thinking, then arranged to lead to something that contains the problematic under study. There are three stages of research implementation, namely the initial stage which aims to find a typology of open space in the Bukit Kucing Protected Forest area by using Urban design theory. The next stage can be continued after successfully finding the type of open space typology in the Bukit Kucing Protected Forest Area. This stage aims to find a match between the typology of open space and the concept of ecotourism. The last stage is to make design directions according to the research carried out. The results showed that there are 5 types of Spatial Typology, namely: (1) Green Land which is an area or pathway in the city whose function is open; (2) The yard, generally can be identified by several characters, such as the position around the house or residence and has various forms and functions; (3) Plaza, basically has a relationship with a field that reflects a place open to the public in the city; (4) Parks are generally understood by the community as areas that contain components of hard and soft materials that support each other; and (5) Protected Forest, a forest area designated by the government or community groups to protect its ecologicalfunctions in order to maintain it. The 5 types have their respective relationships related to the concept of Edu-ecotourism. The results showed that green land only has the characteristics of nature based and ecologically sustainability, in contrast to the yard which has the characteristics of nature based, ecologically sustainability, and environmentally educative and has activities in the form of educational and recreational spaces. The typology of open space with the plaza type does not have an edu-ecotourism element at all, in contrast to a park which has all the characteristics of edu-ecotourism and has recreational activities and functions. The park is also included in the type of natural ecotourism, while the Bukit Cat Protection Forest meets all the criteria for edu-ecotourism suitability, except as cultural ecotourism.

Kata Kunci : Tipologi, Ruang Terbuka, Hutan Lindung, Ekowisata, Perancangan Kota