Laporkan Masalah

Impact of Religiously Affiliated Hospital On Interreligious Encounters Toward Interreligious Relation Examining Bethesda koma Panti Rapih and PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta

JEKONIA TARIGAN, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil. (Promotor); Dr. Leonard C. Epafras (Kopromoter)

2023 | Disertasi | DOKTOR INTER-RELIGIOUS STUDIES

Studi ini fokus pada pengalaman pasien dan keluarganya, yang memilih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit berafiliasi keagamaan yang berbeda dengan agamanya, yaitu Bethesda, Panti Rapih dan PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Studi ini bertujuan untuk menunjukkan peran ketiga rumah sakit tersebut dalam menguatkan hubungan antar agama di Yogyakarta. Ekspektasi tersebut tidaklah berlebihan mengingat ketiga rumah sakit tersebut telah melayani masyarakat Yogyakarta selama puluhan bahkan ratusan tahun. Rumah sakit Bethesda misalnya, telah berdiri sejak tahun 1890, sementara PKU Muhamamdiyah dan Panti Rapih masing-masing berdiri pada tahun 1923 dan 1929. Selanjutnya, peran ketiganya dalam menguatkan hubungan antar agama di Yogyakarta menjadi relevan dan penting karena beberapa tahun belakangan banyak kasus intoleransi beragama terjadi di Yogyakarta. Kasus-kasus tersebut terjadi dalam berbagai seting sosial seperti rumah kost, acara keagamaan, rumah ibadah, sekolah, kampus, bahkan pemakaman. Hal ini telah merubah citra Yogyakarta, dari yang sebelumnya dikenal sebagai a City of Tolerance kini berumah menjadi a City of Intolerance. Oleh karena itu ada urgensi untuk mempromosikan sebuah basis baru bagi hubungan antar agama di Yogyakarta. Basis baru tersebut idealnya adalah sebuah organisasi sosial yang kondusif bagi partisipasi publik, toleran terhadap keragaman suku dan agama, memfasilitasi hak-hak sipil, serta dapat menjadi pemasok narasi publik yang mendorong terbangunnya hubungan harmonis antar umat beragama. Sejalan dengan itu, prinsip nondiskriminatif dalam pelayanan rumah sakit, setiap tahun ketiga rumah sakit ini telah melayani puluhan ribu pasien dari berbagai latar belakang agama dan tidak ada kasus intoleransi atau diskriminasi yang dilaporkan. Dengan demikian, ketiga rumah sakit yang tersebut telah memenuhi keempat kategori diatas. Dalam penelitian ini, saya melakukan wawancara mendalam dalam rentang waktu Februari 2021-April 2022 terhadap empat puluh lima informan, yang terdiri dari: 12 pasien/keluarga dari berbagai latar belakang agama kecuali Kristen Protestan yang pernah dirawat di Bethesda; 12 pasien/keluarga dari berbagai latar belakang agama kecuali Katolik yang pernah dirawat di Panti Rapih; dan 9 pasien/keluarga dari berbagai latar belakang agama kecuali Islam, yang pernah dirawat di PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang pelayanan ketiga rumah sakit tersebut, saya juga mewawancarai 3 tokoh agama (1 pendeta Kristen, 1 pastor paroki Katolik, 1 pandita Buddha Maitreya); 1 staf pastoral dari setiap rumah sakit; 1 dokter/ahli jantung, 1 perawat, 1 cleaning service, yang bukan Kristen atau Katolik dari Bethesda dan Panti Rapih. Namun, sehubungan dengan pandemi COVID-19 selama masa penelitian, maka sebagian besar wawancara dilakukan di luar rumah sakit. Dua teori utama disertasi ini berasal dari Peter L. Berger dan R.D. Putnam. Berger berpendapat pluralisme bukan hanya konsep filosofis tetapi juga sebagai pengalaman empiris manusia, di mana orang-orang dengan etnis, agama, pandangan dunia, dan moralitas yang berbeda hidup bersama dan berinteraksi satu sama lain secara damai. Interaksi yang damai itu dapat terwujud jika ada commensality and connubium yang secara harafiah dapat diartikans sebagai makan bersama atau sikap saling menghargai dan percakapan mendalam. Menariknya, Berger berpendapat bahwa fenomena pluralisme terjadi di salah satu institusi yang sangat penting yaitu rumah sakit, karena rumah sakit adalah institusi yang dalam pelayanannya tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap orang yang berbeda suku atau agama tentang kemanusiaan. Sementara itu mengikuti Putnam, rumah sakit berafiliasi keagamaan dipandang sebagai modal sosial keagamaan, yang melalui pelayanannya dapat menghubungkan, menjembatani, bahkan mempererat hubungan antar umat beragama demi terciptanya hubungan antar umat beragama yang harmonis di Yogyakarta.

This study focuses on the experiences of patients and their families, with particular religious background but choose to get healthcare services at religiously affiliated hospitals that are different from their religion, namely Bethesda, Panti Rapih and PKU Muhammadiyah Yogyakarta. This study aims to show the role of the three hospitals in strengthening interreligious relations in Yogyakarta. This expectation is not excessive considering that the three hospitals have served the people of Yogyakarta for tens or even hundreds of years. Bethesda Hospital has been established since 1890, while PKU Muhamamdiyah and Panti Rapih were established in 1923 and 1929. The role of religiously affiliated hospitals in strengthening interreligious relations in Yogyakarta has become relevant and pivotal because in recent years many cases of religious intolerance have occurred in Yogyakarta. These cases occurred in various social settings such as boarding houses, religious events, houses of worship, schools, campuses, even to the cemetery. This has resulted the image changing of Yogyakarta from what has been known as the City of Tolerance to the City of Intolerance. Such a situation raises the urgency to promote a new base of interreligious relations in Yogyakarta. However, the new base should ideally be a social an organization that is conducive to participation, simultaneously tolerant toward ethno-religious diversity, facilitate civility and pluralism and can be supplier of public narrative that encourage to build harmonies interreligious relations. Meanwhile, regarding the non-discriminative principle of hospital service, every year these three hospitals serve tens of thousands of patients from various religious backgrounds and no case of intolerance or discrimination reported. Thus, these three religiously affiliated hospitals have fulfilled all four categories. In conducting this research, I did in-depth interviews from February 2021-April 2022 with forty-five informants consisting of: 12 patients/families from various religious backgrounds except Christian Protestant who have been treated at Bethesda; 12 patients/families from various religious backgrounds except Catholics who have been treated at Panti Rapih; and 9 patients/families from various religious backgrounds except Islam, who have been treated at PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Furthermore, to get better picture of the hospital history and its service, I also interviewed 3 religious leaders (1 Protestant priest, 1 Catholic parish priest, 1 Buddhist priest); 1 pastoral care staff from each hospital; 1 doctor/cardiologist, 1 nurse, 1 cleaning service, who are not Christian or Catholic from Bethesda and Panti Rapih. Unfortunately, regarding the COVID-19 pandemic during the time of my research, most of my interviews were conducted outside the hospital, with informants who have been hospitalized in one of these three hospitals. Two main theories of this dissertation come from Peter L. Berger and R.D. Putnam. Berger argues pluralism is not only a philosophical concept but also as a human empirical experience of social situations in which people with different ethnicities, religions, worldviews, and moralities live together peacefully and interact with each other amicably. The peaceful and amicable interaction can be realized if there is commensality and connubium or eating together and dinner conversation /pillow talk. Interestingly, Berger argue that the phenomenon of pluralism is happen in one crucially important institution which is hospital, because in terms of attitude, hospital is an institution which is in its service should practice no discrimination toward people from different ethnicity or religion regarding humanity. Finally, following Putnam, religiously affiliated hospital as religious social capital, through their social service may linking, bridging, even bonding interreligious relation to create harmonious interreligious relation in Yogyakarta.

Kata Kunci : Rumah sakit berafiliasi kegamaan, Bethesda, Panti Rapih, PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Perjumpaan, Antar-agama, Menguatkan, Hubungan, Harmonis, Pluralisme, Religiously affiliated hospital, Bethesda, Panti Rapih, PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Encounter, Inte

  1. S3-2023-437780-abstract.pdf  
  2. S3-2023-437780-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-437780-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-437780-title.pdf