Tradisi Lisan Ijeman dalam Masyarakat Jawa: Kajian Antropolinguistik
Icha Latifa Hanum, Dr. Daru Winarti, M.Hum.
2023 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIKMasyarakat Jawa, khususnya di Desa Mertoudan, Kelurahan Mojosongo, Kabupaten Jebres, Kota Surakarta memiliki tata cara pengundangan untuk acara kenduri. Tata cara tersebut dapat dilakukan secara lisan disebut ijeman dan tertulis disebut uleman. Saat ini, uleman lebih banyak dilakukan karena dianggap lebih mudah daripada lisan. Banyak kelompok masyarakat yang mulai menyepakati penggunaan media sosial dan menggunakan teks tertulis untuk menyampaikan undangan. Begitu pula orang Jawa di era modern yang mempraktikkan tata cara baru, sehingga tradisi lisan ijeman terancam punah. Hubungan antara bahasa dan budaya tradisi lisan ijeman perlu dikaji sebagai upaya pemertahanan bahasa. Kajian ini mengungkap struktur, makna, dan integrasi pengajaran ijeman sebagai tradisi lisan masyarakat Jawa dengan kerangka antropolinguistik mengacu pada Sibrani yang berpatokan terhadap tiga parameter, yakni keterhubungan, kebernilaian, dan keberlanjutan. Data penelitian ini berupa transkrip dari sebelas percakapan oleh tiga informan dengan orang yang diundang saat melakukan kegiatan ijeman yang berlangsung pada bulan Desember 2021 di Desa Mertoudan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Data tersebut didukung dengan data sekunder berupa observasi dan wawancara dengan pakar dan praktisi terkait ijeman di desa tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan tradisi lisan ijeman di desa tersebut memiliki struktur serta makna yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran informal sebagai bentuk upaya revitalisasi tradisi lisan. Upaya pemertahanan tersebut dapat menanggulangi kepunahan tradisi lisan ijeman akibat maraknya penggunaan media sosial dalam penyampaian undangan.
Javanese people, especially in Mertoudan Village, Mojosongo Subdistrict, Jebres District, Surakarta City, have procedures for inviting their people to the feast occasion. The procedures can be done verbally called ijeman and written called uleman. Nowadays, uleman endures its existence as considered easier than the oral one. Many community groups have begun to agree on the use of social media and use written text to deliver invitations. Likewise, Javanese in the modern era practice the new procedures, the ijeman oral tradition may become extinct. It is necessary to study the relationship between language and culture of the ijeman oral tradition as language maintenance efforts. This study reveals the structure, meaning, and integration of ijeman teaching as an oral tradition of the Javanese community with an anthropolinguistic framework referring to Sibrani. The research data is in the form of transcripts from the eleven conversations of three informants while carrying out ijeman activities which took place in December 2021 in Mertoudan Village, Mojosongo Village, Jebres District, Surakarta. The data is supported by secondary data in the form of observations and interviews with experts and practitioners related to ijeman in the village. The results of this study indicate that the ijeman oral tradition has a structure and meaning that can be integrated into informal learning as a form of effort to revitalize the oral tradition. This language maintenance effort can prevent the extinction of the ijeman oral tradition due to the widespread use of social media in sending invitations.
Kata Kunci : Tradisi lisan, antropolinguistik, ijeman