Laporkan Masalah

Proses Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT): Kasus Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Pada Program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (TJSL) PT. Pertamina PHE Jambi Merang

NANANG YULIYAPRANATA, Bahruddin, S.SOS., M.SC., PH.D.

2023 | Tesis | MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Pendekatan pemberdayaan sudah banyak mewarnai keberhasilan pembangunan dalam masyarakat. Pemberdayaan bisa dilakukan ke berbagai karakteristik masyarakat, seperti di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Pemberdayaan sebagai strategi dalam pembangunan juga dilakukan kepada Komunitas Adat Terpencil (KAT) sebagai sebuah kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, memiliki interaksi terbatas, homogen, sumber penghidupan bergantung pada sumber daya alam dan memiliki akses pelayanan terbatas. Komunitas Adat terpencil (KAT) seperti masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) adalah sekelompok masyarakat minoritas yang kehidupannya terbelakang dan tidak percaya diri. Mereka merupakan komunitas yang kecil, homogen, ketergantungan pada alam sangat tinggi, hubungan sosial hanya dengan kerabat terdekat, tertutup, menggunakan peralatan sederhana, serta terbatas dalam mendapatkan layanan sosial. Komunitas SAD pada umumnya berpegang teguh kepada adat dan budaya yang didapatkan dari nenek moyangnya, dan cenderung hidup tertutup, dalam artian kurang bisa menerima atau menyesuaikan diri terhadap budaya yang berasal dari luar kelompok mereka. Hal menarik adalah, terjadinya perubahan kehidupan lebih baik yang dialami masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) setelah dilakukannya pemberdayaan. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus merupakan jenis penelitian yang digunakan dan berlokasi di Dusun VII Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Unit analisis data yakni program pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. Pertamina PHE Jambi Merang, dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan dilakukan dengan sengaja khususnya yang bisa memberikan informasi mengenai fokus penelitian. Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan data dan kemudian diolah dengan disajikan dalam bentuk narasi sehingga mudah dipahami. Proses pemberdayaan pada masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) terdiri dari tiga fase yaitu penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayaan. Pada fase penyadaran, cara yang dianggap ampuh adalah melalui penyadaran pendidikan pada anak-anak untuk membuka interaksi kepada masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) sementara, pendekatan yang paling efektif dalam proses interaksi adalah dengan pendekatan pertemanan. Pada fase peningkatan kapasitas, dibagi kedalam tiga ranah yakni kepada individu, kelembagaan dan membangun jaringan. Peningkatan kapasitas dikemas dalam bentuk proses belajar, di mana proses tersebut bukan bersifat menggurui melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama. Sedangkan yang terakhir yaitu adanya upaya pendayaan, fase ini dilakukan dengan membantu masyarakat untuk memperoleh administrasi kependudukan agar mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan oleh pemerintah setempat, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses monitoring dan evaluasi program rutin setiap tahunnya, sehingga dapat mengetahui perkembangan dan kendala yang dihadapi oleh setiap program serta melihat pencapaian program-program pemberdayaan berdasarkan indikator dalam SDGs.

The empowerment approach has colored the success of development in society. Empowerment can be done to various characteristics of society, such as in urban and rural areas. Empowerment as a strategy in development is also carried out for Remote Indigenous Communities (KAT) as a group of people who live in remote areas, have limited interaction, are homogeneous, their livelihood depend on natural resources and have limited access to service. Remote Indigenous Communities (KAT) such as Suku Anak Dalam (SAD) community are a minority group whose lives are backward and insecure. They are a small, homogeneous community, highly dependent on nature, social relation only with closest relative, closed, using simple tools, and limited in obtaining social service. The SAD community generally adheres to the custom and culture they got from their ancestors, and tends to live in a closed life, in the sense that they are less able to accept or adapt to cultures that come from outside their group. The interesting thing is that there has been a change in life for the better experienced by the Suku Anak Dalam (SAD) community after the empowerment was carried out. Qualitative research with a case study approach is a type of research used and located in Dusun VII, Muara Medak Village, Bayung Lencir District, Musi Banyuasin Regency, South Sumatra Province. The data analysis unit is the empowerment program carried out by PT. Pertamina PHE Jambi Merang, with data collection techniques using interviews and documentation. The determination of informants was carried out deliberately, especially those who could provide information regarding the focus of the research. Data analysis was carried out by collecting data, classifying data and then processing it by presenting in narrative form so that it is easy to understand. The process of empowering the Suku Anak Dalam (SAD) community consists of three phases, namely awareness raising, capacity building and empowerment. In the awareness phase, the way that is considered effective is through raising awareness of education in children to open interactions with the Suku Anak Dalam (SAD) community while the most effective approach in the interaction process is the friendship approach. In the capacity building phase, it is divided into three domains namely individuals, institutions and building networks. Capacity building is packaged in the form of a learning process, where the process is not patronizing but fosters a spirit of learning together. While the last one is empowerment efforts, this phase is carried out by helping the community to obtain population administration in order to get attention in the development process by the local government, encouraging active participation of the community in the routine program monitoring and evaluation process every year, so that they can find out the developments and constraints faced by each program and see the achievements of empowerment programs based on the indicators in the SDGs.

Kata Kunci : Kata kunci: Pemberdayaan, Komunitas Adat Terpencil (KAT), Suku Anak Dalam (SAD).

  1. S2-2022-471552-Abstract.pdf  
  2. S2-2022-471552-Bibliography.pdf  
  3. S2-2022-471552-TableofContent.pdf  
  4. S2-2022-471552-Title.pdf