TRANSISI ENERGI TERBARUKAN DALAM NEGARA BERKEMBANG: KASUS PEMBANGUNAN PLTA SKALA KECIL SWASTA DI INDONESIA
Diwangkara Bagus Nugraha, Prof. Stein Oluf Kristiansen; Bowo Setiyono, S.E., M.Com., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Deendarlianto, S.T., M.Eng.
2022 | Tesis | Magister ManajemenNegara-negara berkembang sedang bertransisi menuju energi yang lebih bersih. Indonesia memiliki potensi tenaga air yang sangat besar, namun pemanfaatannya masih minim karena lambat dalam mencapai target energi terbarukan. Dalam perencanaan listrik negara sepuluh tahun, pembangkit listrik tambahan baru akan berasal dari tenaga air, dan sebagian besar dialokasikan untuk pengembang swasta. Oleh karena itu, penting untuk memahami tantangan pemanfaatan potensi tenaga air skala kecil di Indonesia dan mengusulkan cara untuk meningkatkan investasi dalam pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala kecil. Penelitian ini mengambil pendekatan sosio-teknis menggunakan teori pemangku kepentingan dan kelembagaan untuk mengeksplorasi mengapa PLTA skala kecil kurang dimanfaatkan dan bagaimana meningkatkan investasi PLTA skala kecil di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur dengan para pemangku kepentingan dalam bisnis PLTA Indonesia, seperti pemerintah, perusahaan utilitas, pengembang swasta, dan pemodal. Temuan menunjukkan bahwa kondisi kelembagaan, keputusan masa lalu, atribut pemangku kepentingan, dan posisi dalam jaringan pemangku kepentingan mempengaruhi interaksi di pasar tenaga air. Pasar kelistrikan Indonesia yang diatur secara ketat, prioritas energi yang terjangkau, dan ketergantungan pada batu bara telah menimbulkan tantangan dalam meningkatkan investasi swasta di pembangkit listrik tenaga air skala kecil di Indonesia, seperti konflik kepentingan antar pemangku kepentingan dalam pembangunan terbarukan, preferensi untuk harga energi terbarukan yang rendah, sentralitas dan keterbatasan sumber daya perusahaan utilitas (PLN), lapangan permainan yang tidak seimbang antara industri fosil dan terbarukan, dan kurangnya kompetensi pengembang, pemodal lokal, dan pemangku kepentingan daerah. Akhirnya, studi ini menyarankan kepemimpinan yang kuat dalam menyeimbangkan trilema energi daripada berfokus pada keterjangkauan, tender yang transparan dan kompetitif, insentif untuk energi terbarukan, memenuhi permintaan pemangku kepentingan akan keberlanjutan, dan reformasi pasar listrik untuk mendorong investasi pembangkit listrik tenaga air skala kecil.
Emerging economies are transitioning towards cleaner energy. Indonesia has vast hydropower potential, but its utilization is minimal as it is slowly progressing in achieving its renewable energy target. In the country's ten-year electricity planning, the new additional power plant will come from hydropower, and most of them are allocated to private developers. Hence, it is essential to understand the challenge of utilizing Indonesia's small-scale hydropower potential and propose a way to boost investment in small-scale hydropower. This research takes a socio-technical approach using stakeholder and institutional theory to explore why small-scale hydropower is underutilized and how to boost small-scale hydropower investment in Indonesia. The data is collected using semi-structured interviews with stakeholders in Indonesia's hydropower business, such as the government, utility companies, private developers, and financiers. The findings show that institutional conditions, past decisions, stakeholders' attributes, and position in the stakeholder's network influence the interaction in the hydropower market. Indonesia's heavily regulated electricity market, prioritization of affordable energy, and dependency on coal have led to challenges in boosting private's investment in small-scale hydropower in Indonesia, such as conflicting interest among stakeholders in renewable development, preference for low renewable energy prices, centrality and limited resource of the utility company (PLN), the unlevel playing field between fossil and renewable industry, and lack of competency of developers, local financiers, and regional stakeholders. Finally, the study suggests a strong leadership in balancing energy trilemma rather than focusing on affordability, transparent and competitive tender, incentive for renewable energy, tapping stakeholder's demand for sustainability, and electricity market reform to boost small-scale hydropower investment.
Kata Kunci : Energi terbarukan, teori pemangku kepentingan (stakeholder theory), teori kelembagaan (institution theory), Indonesia, keberlanjutan (sustainability), pasar listrik