KAJIAN ALOKASI WAKTU KELUARGA PESANGGEM DI PILOT PROYEK SISTEM PENGELOLAAN HUTAN JATI OPTIMAL DI RPH BANYUURIP BKPH TANGEN KPH SURAKARTA

Patria Hadi, Dr.Ir. Moch. Sambar S., MSc

2001 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan hutan jati di pulau Jawa sangat berkaitan dengan masalah sosial ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Perum Perhutani sebagai pengelola hutan di pulau Jawa sejak tahun 1991 bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada telah melakukan ujicoba penerapan Sistem Pengelolaan Rutan Jati Optimal untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Diharapkan lahan andil dapat dimanfaatkan sepanjang daur. Namun dalam perkembangannya banyak lahan andil yang telah ditinggalkan oleh pesanggem. Salah satu pendekatan untuk memahami permasalahan tersebut adalah mengetahui waktu kerja keluarga pesanggem yang dialokasikan untuk kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini berujuan untuk melihat ketersediaan tenaga kerja keluarga pesanggem, distribusi waktu kerja keluarga pesanggem dan pendapatan keluarga pesanggem. Disamping itu, mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi alokasi waktu kerja keluarga pesanggem di lahan andil. Sistem agroforestry yang diprak:tekkan oleh keluarga pesanggem di RPH Banyuurip dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu pola agrosilvopastoral (ASP), pola agrisilvikultur (ASV), dan menerapkan kedua pola tersebut (ASP+ASV). Metoda deskriptif dengan teknik studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Sebagai kasus adalah keluarga pesanggem yang mengelola lahan andil pada pilot proyek sistem pengelolaan hutan jati secara optimal. Analisa regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja keluarga pesanggem di lahan andil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga pesanggem di dukuh Terso masih memiliki waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola lahan andil. Faktor luas lahan andil memberikan respon positif terhadap alokasi waktu kerja keluarga pesanggern di lahan andil pada semua pola pengelolaan. Namun demikian, kesediaan keluarga pesanggern mengelola lahan andil tidak semata-mata karena keterbatasan lahan garapan, dipengaruhi juga oleh motivasi tertentu dan hubungan kerja antara pengelola hutan dan pesanggem. Pola agrosilvopastoral membutuhkan alokasi waktu kerja keluarga pesanggem di lahan andil relatif kecil dan terdistribusi sepanjang tahun dapat digunakan sebagai altematif pemanfaatan waktu luang keluarga pesanggem. Namun demikian perlu disertai dengan hubungan kerja yang saling menguntungkan antara pihak pengelola hutan dan keluarga pesanggem dalam pembangunan hutan.

The success of teak forest establishment in Java is closely related to the social and economical condition of people live in and around the forest. Perhutani, the State Forest Company, in cooperation with Gadjah Mada University has been running a project called the optimal teak forest management system since 1991, to find solution to those problems. In the system forest fanners will given opportunity to cultivate their allotted parcel of forestland along the management cycle of teak. However, during its development, most of the lots were left uncultivated by farmers. It is a rather illogical move for such land-hungry villages. One of the approaches to cognize this problem was by understanding the working time allocation of forest-fanner families in doing their activities. The objectives of this research were, first to know the labor availability among forest-farmer families, their working time distribution and their income. Moreover, the research was purposed to find the factors influencing the working time of forest-farmer families at their lots. Agroforestry system being practiced by forest-farmers of Banyuurip area could be divided into three groups models i.e. agrosilvopasture, agrisilviculture and combination of both. A Descriptive method with case study was used in this research . The objects of this research were forest-farmer families cultivating lots within the project areas. Regression analysis was applied to find the factors having correlation with the forest-fanner families working time devoted to their lots. Results showed that the forest-farmer families still have leisure-time could be made available for cultivation. The size of lots gives positive relationship with the working time of forest-farmer families' on their lots. However, the willingness of forest-farmer families to work. The motivation to work and cultivate the lots is also influenced by a good social relationship between foresters and forest-farmer families. Although the activities are distributed along year, agrosilvopastoral model needs less work-time of forest-farmer families than the other models and distributes along year. This model is promising and can be promoted as long as it comes with improvement of the relationship between foresters of Perhutani and forest-farmers.

Kata Kunci : Pengelolaan Hutan Jati,Alokasi Waktu