STUDI PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN Acacia mangium Willd. DALAM RANGKA MANAJEMEN KEBUN-BENIH, UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH
Rina Laksmi Hendrati, Dr.Ir. H. Moch. Naiem, M.Agr
2001 | Tesis | S2 Ilmu KehutananBeberapa kebun benih semai Acacia mangium yang teloh ditanam di Indonesia, merupokan moteri dengon famili-famili yang mempunyai nilai tinggi untuk diombil bijinyo don disebarkan bagi penonoman berskala besar. Penelition ini dilokukan dengon tujuan untuk mempelajari variasi produksi bunga/benih Acacia mangium di kebun benih, dalom hal: potensi produksi bungo don buah dihubungkan dengon: efek umur don penjarangan, efek indeks isolosi terhadap pohon-pohon tetangga, nilai heritabilitas serta kontribusi pembungaan famili don individu. Penelitian ini juga mempelajari karakter biji yang diproduksi di kebun benih dalam hal ukuran benih, viabilitas benih beberapa famili di 3 lokasi persemaian, viabilitas benih dengan indeks isolasinya, don viabilitas di laboratorium dari biji-biji yang berasal dari tajuk atas don bawah. Estimasi produksi biji di kebun benih Wonogiri Jawa Tengah juga dilakukan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan kategori bunga/buah, setiap bulan, pada seluruh pohon di semua lokasi (0-kosong, 1-sedikit, 2-sedang, 3- banyak). Pengujian perkecambahan di persemaian dilakukan dengan media pasir don di laboratorium dengan petridis bermedia kertas. lndeks isolasi dihitung dengan membuat plot !ingkaran berpusat pada pohon terukur dengan menggunakan radius tertentu. Ukuran biji didapatkan dengon menghitung jumlah biji per-gram dengan ulangan. Perhitungan estimosi produksi dilakukan dengan menghitung bunga/buah secara rinci pada sampel cabang dari 150 pohon sampel selama 5 kali observasi dengon selang waktu 4 bulan. Data diameter don tinggi pohon juga dikumpulkan. Hasil yang didapatkan memberikan gambaran berbagai hal, yakni: indeks isolasi berpengaruh terhadap tingkat kategori bunga/buah. Tidak semua kebun benih berbeda nyota dalam hal pembungaan, pembuahan maupun nilai regresi isolasinya. Radius 12 m merupakan jarak terbaik untuk menghitung indeks isoiasi pohon. Tingkat kotegori bunga/buah lebih tinggi pada indeks isolasi kecil don menurun pada indeks isolasi besar. Dalam hubungann????a dengan penjarangan akhir, terdapat perbedaan yang nyata baik dalam persen jumlah pohon yang berbunga/berbuah yang berkisar antara 30-60% pada tahun 1997 menjadi 90-100% pada tahun 2000, maupun pada rota-rota tingkat kategori berbunga/berbuah dari 1,5 pada tahun 1997, menjadi sekitar 2,5 per-famili pada tahun 2000.Heritabilitas pembungaan/pembuahan berkisar antaro 0,2 - 0,3 untuk heritabilitas individu, don 0,25 - 0,35 untuk heritabilitas famili. Kontribusi pembungaan/pembuahan dari famili-famili bias pada bulan Februari don merata pada bulan Mei, untuk kebun benih Group C. (Am006). Hal ini diperkuat dengan hasil dari kontribusi pembungaan/pembuahan dari pohon-pohonnyo. Hosil studi karakter biji menunjukkan adanya perbedaan viabilitas yang nyata antar famili. 0idapatkan famili-famili dengan viabilitas yang cenderung tinggi maupun familifamili dengan viabilitas yang cenderung rendoh di ketiga lokosi pengujian. Nilai optimal perkecambohon diperoleh pada nilai indeks isolosi 2-2,5, yang menggambarkan luas plot 452 m2 dengan jumlah pohon 8-9. Sehingga untuk kebun benih 1 ha, jumlah pohon yang disarankan adalah 177-200 dengan kisaran jarak 7x7 m sampai 7,5x7,5 m. Ukuran biji berbeda secara nyota antara duo provenan (PNG don Queensland) pada kebun benih desain sub-line, tetapi tidak berbeda nyata pada kebun benih desain satu-populasi. Pengujian di laboratorium baik dalam hal ukuran biji maupun vigoritas tidok menunjukkan perbedaan yang nyato diantara biji-biji dari tajuk atas don tajuk bawah. Perhitungan estimasi produksi biji, menunjukkan adanya hubungon antara ukuran pohon (diameter), dengon produksi buoh. Perkiraan perhitungon produksi biji di kebun benih Wonogiri (Am009) Jawa Tengah (965 pohon/3,53 Ha) untuk tiap bulan pengamatan berkisar ontara 51,3 - 414,4 kg .. Perhitungan pada bulan Agustus 1999 menunjukkan dapat dikoleksinya 88,87 % dari total produksi biji, dengan hanya memanen pohon-pohon berkategori 3 sejumlah 49 ,7 4 % dari total jumlah pohon yang ada.
ABSTRACT Some Acacia mangium seedling seed orchards (SSOs) which have been established in Indonesia are high potential materials for seed collection for large scale plantations. The researches were held to study flower/fruit production variation in SSOs in terms of: production potency for flowering/fruiting in relation to; age and thinning effect, isolation effect of the neighboring trees, heritability values, and flowering contributions of the families and individual trees. The observation was also heid to study the seed characters produced in SSOS in terms of seed size, seed viability's of several families on several nursery locations, seed viability in connection with isolation index, and laboratory's viability of seed from the upper and lower-part of the crown. Finally, calculations to estimate the seed production in Wonogiri SSO were also done. The studies were held by observing categories of flowering/fruiting monthly, for the whole trees in ali SSOs (0-none, 1-few, 2-medium, and 3-much). Germination tests were held in the nurseries using sand as a medium and in a laboratory by using petridishes with paper medium. The Isolation index was obtc,ined by making circle plots using certain radius centered on the measured trees. The seed sizes were measured by counting the total number of seeds per-gram repeatedly. Seed production estimation were done by counting in detail t????e flowers/fruits of the sample branches of 1 50 sample trees taken from 5 observations with 4 months interval. Data of diameter and height were also collected for tree size criteria. The results revealed that: Isolation influences the flowering/fruiting categories. l'\Jot all SSOs were significantly different for flowering/ fruiting, and for the isolation regression value. Isolation index with 12m radius has the best result. The flowering/fruiting categories are higher on low isolation index, and lower by the increasing of the isolation value. There was increasing values in relation to the last roguing both on the percentage of flowering tree per-family ranging from 30-60% in 1997 to 90-100 % in 2000, and the average of flowering/fruiting category of families from 1.5 in 1997 to about 2.5 in 2000. Heritability values ranged from 0.2-0.3 for individual heritability and 0.25- 0.35 for family heritability. Bias family-contribution appeared in February and even family-contribution in May for South Kalimantan SSO Group C (Am006). The treecontribution figure also showed the same results. Study on seed characters showed some r€sults: Seed viability showed significant difference among families. Some families consistent with high viability, and certain others with lower viability at 3 trial sites .. There appeared optimum viability on a certain range of isolation index, and that was 2-2.5, describing the circle plot with an area of 452 m2 with 8-9 trees. So for SSO having an area of 1 ha, it is suggested to have 177-200 trees with spacing 7x7 m up to 7 .5x7 .5 m. The significant difference on seed size was revealed between provenance PNG and Queensland for SSO designed sub-lines, but not for SSO designed one-population. There were no significant differences either on size or viability, for seeds collected from the upper and lower-part of the crown. From estimation of seed production, it was observed that there was a relation between tree size (diameter) and seed production. Monthly estimations held in Wonogiri SSO (965 trees/3.53 Ha}, resulted in seed productions ranging from 51.3 - 4 l 4.4 kg. Estimation done in August-1999, showing the possibility to collect 88.87 % seeds of the total production, just by harvesting trees having category 3, which is 49.74 % of the total trees.
Kata Kunci : Manajemen Hutan,Kebun Benih Akasia