Inovasi Sosial dalam Skema Perhutanan Sosial di KPH Yogyakarta
TRI SULISTYATI W., Prof. Dr. Muhadjir Muhammad Darwin, M.P.A.; Prof. Dr. Ahmad Maryudi, M.For.; Dr. Evita Hanie Pangaribowo, M.IDEC.
2023 | Disertasi | DOKTOR KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan inovasi sosial dalam skema Perhutanan Sosial (PS) oleh masyarakat di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta, mengidentifikasi aktor yang terkait dengan pengembangan inovasi sosial, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi sosial, serta mengetahui kontribusi inovasi sosial bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Penelitian menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus dan metode kuantitatif berupa survei. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 hingga bulan April 2021 di wilayah KPH Yogyakarta. Unit analisis penelitian ini yaitu inovasi yang dilakukan oleh peserta program PS pada KT HKm Mandiri di RPH Sermo Kulon Progo, Koperasi Noto Wono di RPH Mangunan Bantul, dan KT HTR Jati Lestari di RPH Semanu Gunung Kidul. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap 33 narasumber kunci yang dipilih dengan snowball sampling untuk mendapatkan data jejaring sosial serta 90 orang peserta skema PS yang dipilih dengan purposive sampling untuk mendapatkan data sosial ekonomi rumah tangga. Data jejaring sosial diolah dan dianalisis menggunakan perangkat ATLAS.ti 8, UCINET dan NetDraw, sedangkan data rumah tangga diolah dan dianalisis menggunakan Ms Excel dan SPSS 26. Hasil analisis data primer dilengkapi dengan data sekunder disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai aktor dari LSM, lembaga pemerintah, maupun komunitas berperan dalam perkembangan inovasi sosial pada skema HKm, HTR, dan Kerjasama baik sebelum dan sesudah adanya skema PS. Aktor yang mempengaruhi kelompok sesudah adanya skema PS berkembang lebih luas daripada sebelum adanya skema PS. Keberhasilan inovasi sosial dipengaruhi oleh faktor internal kelompok berupa kepemimpinan, partisipasi anggota, serta faktor eksternal berupa potensi wilayah dan dukungan sarana prasarana. Skema PS membuka ruang bagi kelompok untuk melakukan inovasi sosial dengan membangun jaringan bersama pemangku kepentingan terkait. Inovasi sosial yang dilakukan oleh kelompok memberikan kontribusi bagi kesejahteraan anggota baik berupa material (pendapatan) maupun non-material (kemampuan dan pencapaian). Penelitian ini menunjukkan pentingnya fasilitasi dari berbagai pihak bagi kelompok setelah memperoleh izin PS.
This study aims to determine the process of social innovation (SI) development in the Social Forestry (SF) scheme in the Yogyakarta Forest Management Unit (FMU), identify actors associated with the development of SI, determine the factors influencing SI, and determine the contribution of SI for the forest-dependent community. The research employed qualitative methods such as case studies and quantitative methods such as surveys. The research was conducted from November 2020 to April 2021. The unit of analysis for this research was the innovations carried out by SF scheme participants at KT HKm Mandiri at Kulon Progo, Noto Wono Cooperative at Bantul, and KT HTR Jati Lestari at Gunung Kidul Yogyakarta. Data were collected through interviews with 33 key informants selected by snowball sampling to obtain social network data and 90 SF participants chosen by purposive sampling to get household socio-economic data. Social network data was analyzed using ATLAS.ti 8, UCINET, and NetDraw, while household data were analyzed using Ms. Excel and SPSS 26. The results of primary data analysis combined with secondary data are presented descriptively. The results showed that various actors from NGOs, government institutions, and communities played a role in the development of SI in the HKm, HTR, and Cooperation schemes both before and after the SF permit. Actors influence the group after the SF permit developed more broadly than before. The success of SI was influenced by internal group factors (leadership and member participation) and external group factors (regional potential and infrastructure support). The SF scheme allows groups to carry out SI by building networks with multi-stakeholders. SI contributes to community well-being in the form of material (income) and non-material (ability and achievement). This study shows the importance of multi-stakeholder facilitation for the community after obtaining an SF permit.
Kata Kunci : inovasi sosial, jaringan sosial, perhutanan sosial, kesejahteraan, pengelolaan hutan, social innovation, social network, social forestry, well-being, forest management