Tinjauan Kontribusi Agroforest Terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Hutan :: Sebuah studi di Perkebunan Kopi Kab. Rejang Lebong Propinsi Bengkulu
Mohamad Edwar, Dr.Ir. H. Moch. Sambas S., MSc
2003 | Tesis | S2 KehutananPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran aturan adat dan tata nilai yang berlaku di masyarakat Rejang dalam pemanfaatan lahan hutan serta untuk mengetahui kontribusi agroforest kopi terhadap pendapatan masyarakat desa dan kendala sosial ekonominya. Penelitian ini dilakukan di Desa Keban Agung dan Desa Air Semilang Kecamatan Kepahiang Kabupaten Rejang Lebong dengan pertimbangan desa tersebut merupakan penghasil kopi yang cukup besar dan berbatasan langsung dengan hutan lindung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptip dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan petani kopi serta tokoh masyarakat setempat serta dengan pengisian kuissioner. Jumlah keseluruhan sampel meliputi 60 orang yang diambil secara acak dan dikelompokkan menjadi tiga strata berdasarkan luas lahan kopi yang dimiliki petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kehidupan masyarakat adat di daerah pedalaman Rejang masih sangat dipengaruhi oleh norma dan aturan adat yang berlaku di Sukubangsa Rejang baik dalam berinteraksi antar sesama masyarakat maupun dalam pengelolaan sumber daya alam. Aturan adat merupakan salah satu hukum yang harus dipatuhi oleh masyarakat Rejang baik dalam bermasyarakat maupun dalam pengelolaan sumber daya alam. Sumber pendapatan terbesar masyarakat Desa setempat berasal dari pertanian kopi yang dikelola secara tradisional dan merupakan tumpuan penghasilan bagi masyarakat setempat. Dari hasil perhitungan yang ada, kontribusi agroforest kopi terhadap pendapatan masyarakat desa adalah 60,23 %. Pendapatan perkapita petani kopi di kabupaten Rejang Lebong adalah Rp. 4.052.099,per tahun. Secara ekonomi kehidupan mereka tergolong sejahtera dan berada diatas garis kemiskinan. Fluktuasi harga kopi yang tidak menentu, sulitnya akses pemasaran kopi, murahnya harga kopi serta tidak ada pengakuan lahan oleh para penentu kebijakan di Daerah setempat merupakan beberapa kendala sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
This research is meant to find out the role of customs and etiquettes rules which occur in Rejang society in making use of forest terrain and to find out the coffee agro-forest contributions relating to the forest rural community income and its economic social constrain. This research is carried out in Keban Agung and Air Semilang villages, Kepahiang sub-district, Rejang Lebong regency by means of considering that the villages are great enough coffee producer and directly border on protected forest The method which is applied in this research is descriptive method included qualitative and quantitative. The data collecting is carried out through direct interview with the coffee farmers accompanied by local prominent figures and by filling questionnaires. The whole total of samples includes 60 people which are taken randomly and grouped into three strata based on the large coffee terrain taken by farmers. The research result shows that the customary society life pattern in the countryside region of Rejang are still much influenced by norms and custom rules which occur in Sukubangsa Rejang either in the aspect of interaction among people or in the aspect of natural resource management. The custom rule is one of the laws which must be obeyed by Rejang society either in social interaction or in natural resource management. The greatest income resource of the local rural community comes from coffee agriculture which is managed traditionally and it is the main support for the local society. From 1he given calculating, the contribution of the coffee forest relating to the rural community income is 60, 23%. The income per capita of the coffee farmers in Rejang Lebong regency is Rp. 4.052.099, - per a year. Economically their livings are counted prosperous and are above the poverty line. The coffee value fluctuation which is not certain, the difficult access of coffee marketing, the low-priced of coffee and without terrain acknowledgment by the policy makers in the local region constitute some social economy constrains which are faced by the local society.
Kata Kunci : Hutan, Agroforest, Pendapatan Masyarakat