Perilaku Merokok pada Remaja Perempuan di Kecamatan Sampang, Madura
DIAH WIJAYANTI SUTHA, Prof.Dra.RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D; Dr.Dra. Retna Siwi Padmawati., MA.
2023 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATANLatar belakang: Remaja merupakan sasaran utama produk rokok/tembakau. Dipandang dari segi budaya, perilaku merokok pada perempuan masih dianggap tabu untuk dilakukan di Indonesia terutama di wilayah yang agamis. Sebagian besar masyarakat mengganggap bahwa merokok itu wajar jika dilakukan oleh laki-laki, sementara bagi perempuan hal tersebut adalah sesuatu perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja perempuan di Kecamatan Sampang, Madura. Metode penelitian: penelitian ini menggunakan multimethod, ada dua penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam untuk menggali dinamika perilaku merokok di kalangan pelajar terutama pelajar perempuan. Penelitian ini melibatkan 955 pelajar pada penelitian kuantitatif dan 11 pelajar perempuan yang memiliki perilaku merokok pada penelitian kualitatif. Hasil: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel sikap dengan perilaku merokok yang ditandai dengan p value sebesar 0,000 (P<0,05). Hubungan antara variabel norma subjektif dengan perilaku merokok menunjukkan p value sebesar 0,000 (P<0,05) yang bermakna terdapat hubungan antara norma subjektif dengan perilaku merokok. Hubungan antara variabel PBC dengan perilaku merokok menunjukkan p value 0,000 (P<0,005) yang bermakna ada hubungan antara variabel PBC dengan variabel perilaku merokok. Hubungan antara intensi dengan perilaku merokok menunjukkan p value sebesar 0,002 (P<0,005) yang menunjukkan ada hubungan anatara variabel intensi dengan variabel perilaku merokok. Remaja yang memiliki intensi lemah kuat terhadap perilaku merokok berpeluang dua kali untuk melakukan perilaku merokok dibanding dengan remaja yang memiliki intensi lemah terhadap perilaku merokok setelah dikontrol oleh varibael sikap, PBC, dan norma subjektif (95% CI, OR=0,065; 2,231). Remaja dengan norma subjektif mendukung perilaku merokok berpeluang empat kali untuk melakukan perilaku merokok setelah dikontrol oleh variabel intensi, sikap, dan PC (95% CI, OR1,674; 10,459). Pada analisis kualitatif penelitian ini melaporkan bahwa remaja perempuan melihat merokok sebagai teman terdekat mereka, membebaskan mereka dari beban berat pikiran dan kekhawatiran mereka. Rasa ingin tahu, tekanan teman sebaya, status merokok orang tua, masalah keluarga, dan masalah percintaan adalah beberapa pemicunya. Merokok adalah praktik perilaku yang dirasakan remaja perempuan secara mandiri berdasarkan persepsi mereka sendiri. Adanya stigma negatif masyarakat terhadap perokok perempuan turut membentuk makna bagi remaja perempuan perokok. Perempuan memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi daripada laki-laki, oleh karena itu program pencegahan merokok perlu mengatasi perspektif remaja tentang perilaku merokok dalam kaitannya dengan masalah kesehatan dan sosial. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja perempuan menganggap merokok sebagai 'sahabat mereka', membebaskan mereka dari stres, kekhawatiran, dan tekanan. Sebagian besar remaja perempuan menganggap merokok sebagai perilaku yang tidak sering dilakukan oleh perempuan, dan masih dianggap buruk oleh masyarakat sekitar (stigma negatif). Keingintahuan dan tekanan teman merupakan faktor yang paling berkontribusi terbentuknya niat untuk merokok remaja perempuan. Peneliti merekomendasikan agar semua pihak bergotong royong untuk mengembangkan program pencegahan merokok dengan mempertimbangkan perspektif remaja tentang kebiasaan merokok dalam kaitannya dengan masalah kesehatan, sosial, dan agama, karena hal ini dapat meningkatkan efektivitas program yang ditujukan untuk remaja perempuan nantinya.
Background: The problem of smoking is a global problem that is still a concern today, and youth is the main target of cigarette/tobacco products. From a cultural perspective, smoking is still considered taboo in Indonesia, especially in religious areas. Most people think that smoking is normal for men, while for women it is an inappropriate behavior to do. Purpose: This study aims to analyze the dynamics of smoking behavior by young women in Sampang District, Madura. Research method: this study uses multimethod, there are two studies conducted, namely quantitative and qualitative research. Data collection used questionnaires and in-depth interviews to explore the dynamics of smoking behavior among students, especially female students. This study involved 955 students in the quantitative study and 11 female students who had smoking behavior in the qualitative study. Results: This study shows that there is a relationship between attitude variables and smoking behavior which is indicated by a p-value of 0.000 (P <0.05). The relationship between subjective norm variables and smoking behavior shows a p value of 0.000 (P <0.05) which means there is a relationship between subjective norms and smoking behavior. The relationship between PBC variables and smoking behavior shows a p value of 0.000 (P<0.005) which means there is a relationship between PBC variables and smoking behavior variables. The relationship between smoking intention and behavior showed a p value of 0.002 (P<0.005) which indicated that there was a relationship between the intention variable and the smoking behavior variable. Adolescents who have a weak intention to smoke are twice as likely to engage in smoking behavior as adolescents who have a weak intention to smoke after controlling for attitude variables, PBC, and subjective norms (95% CI, OR=0.065; 2.231). Adolescents with subjective norms supporting smoking behavior are four times more likely to engage in smoking behavior after being controlled by the variables of intention, attitude, and PC (95% CI, OR1.674; 10.459). In the qualitative analysis of this study it was reported that young women see smoking as their closest friend, freeing them from the heavy burden of their thoughts and worries. Curiosity, peer pressure, parents' smoking status, family problems, and love problems are some of the triggers. Smoking is a behavioral practice that adolescent girls feel independently based on their own perceptions. The existence of a negative stigma in society towards female smokers helps shape the meaning for young female smokers. Women have higher health risks than men, therefore smoking prevention programs need to address adolescents' perspectives on smoking behavior in relation to health and social problems. This approach can increase the effectiveness of programs aimed at young girls. Conclusion: The results of this study indicate that young girls perceive smoking as 'their best friend', freeing them from stress, worry and pressure. Most young girls perceive smoking as a behavior that is not often carried out by women, and is still considered bad by the surrounding community (negative stigma). Curiosity and peer pressure are the most contributing factors to the formation of adolescent girls' intention to smoke. The researcher recommends that medical personnel who are interested in developing smoking prevention programs consider the perspective of adolescents on smoking habits in relation to health, social and religious issues, because this can increase the effectiveness of programs aimed at young women in the future.
Kata Kunci : pelajar perempuan, perilaku merokok, remaja, theory of plan behavior, madura