Laporkan Masalah

Perwujudan Nilai-Nilai Keistimewaan Dalam Morfologi Kota Pusaka Yogyakarta

DANANG YULISAKSONO, Ir. Ikaputra, M.Eng, Ph.D.; Dr.Eng. Ir. Laretna Trisnantari Adishakti, M.Arch.

2023 | Disertasi | DOKTOR ARSITEKTUR

Pemerintah Republik Indonesia memberikan pengakuan terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai sebuah Daerah yang memiliki otonomi secara khusus melalui Undang-undang Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Salah satu kewenangan yang diberikan dalam keistimewaan ini adalah pengaturan tata ruang. Tata ruang kota Yogyakarta bersifat unik, merupakan kekayaan sejarah dan kebudayaan yang tinggi antara lain berupa morfologinya. Sebagai kota pusaka, Yogyakarta tergolong kota yang memiliki pusat-pusat bersejarah yang melingkupi kawasan yang sama dengan kawasan masa purbakala atau masa saat pendiriannya, namun sekarang tertutup dengan kota modern. Di lain pihak, pembangunan ekonomi di wilayah DIY memberikan dampak kemajuan kepada masyarakat secara cukup signifikan. Akibatnya integritas kota pusaka Yogyakarta mendapatkan sebuah tantangan besar untuk menjaga kelestariannya. Meskipun dalam skala makro upaya ini sudah dilakukan namun konsep keistimewaan masih belum diterjemahkan dalam rupa fisik pada kawasan sesuai delineasinya, karena masih belum terdapat konsep kawasan yang jelas pada skala messo yang merupakan basis dari rancangan kawasan tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan bagaimana nilai-nilai keistimewaan DIY dapat ditemukenali, dipahami serta bagaimana bentuk perwujudannya dalam morfologi kota pusaka Yogyakarta pada masa kontemporer. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan kasus yang diambil adalah Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kraton dengan unit-unit analisis yang melekat (embedded). Data-data yang didapat pada kawasan-kawasan unit amatan, yaitu Kawasan Jeron Benteng, Kawasan Malioboro, Kawasan Mangkubumi, Kawasan Mantrijeron dan Kawasan Jetis menunjukkan bahwa tata ruang keistimewaan dinamis, tidak hanya merujuk kepada prinsip yang terkandung dalam prinsip awal tata ruang keraton dan kota, namun juga seiring waktu berjalan banyak pengembangan yang dilakukan dan memberikan nilai tambah kepada nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta. Nilai-nilai keistimewaan itu terlihat dalam keunggulan-keunggulan: nilai filosofis budaya; nilai sosial kemasyarakatan; nilai perjuangan; nilai ekologi; nilai pendidikan; dan nilai budaya kontemporer. Terdapat pula nilai-nilai keunggulan pada masing-masing kawasan maupun pada masing-masing periodisasi waktu.

The Government of the Republic of Indonesia gives recognition to the Special Region of Yogyakarta (DIY) as a region that has special autonomy through Law No. 13 of 2012 concerning the Specialties of (Keistimewaan) for DIY. One of the authorities granted according to the regulation is spatial planning. The layout of the city of Yogyakarta is unique, showing a wealth of history and culture that is high especially in the form of the city's morphology. As a heritage city, Yogyakarta is a city that has historic centers that cover the same area as ancient times or the time of its founding, but is now covered by modern cities. On the other hand, economic development in the DIY region has a significant impact on community progress. As a result, the integrity of the Yogyakarta heritage city has a big challenge to preserve it. Although on a macro scale these efforts have been carried out but the concept of Keistimewaan still has not been translated into physical appearance in the area according to its delineation because there is still no clear specific area concept on the messo scale which is the basis of the design of the area. This research is intended to find out how the special values of DIY can be identified, understood and how they manifest in the morphology of the Yogyakarta heritage city in post enactment of keistimewaan law times. The research method using case studies with the case taken is the Cultural Heritage Area of Kraton with embedded analysis units. Datas which has been collected, compiled and analysed for research areas as analysis unitswhich comprises of Jeron Benteng, Malioboro, Mangkubumi, Mantrijeron, and Jetis showed that spatial plan of keistimewaan is dynamic, not only refferring to initial principle of kraton and city spatial plan. As time gone, there were many development which carried out by both Kraton, Dutch East Indies Government, Government of Republic of Indonesia and the society that give many added values to keistimewaan values itself. The values which represent value of keistimewaan are: Yogyakarta cultural philosophy, socio-culture, independence-fighting spirit, education, contemporary culture, and ecology. There are also outstanding value that represent each areas and each time periodization

Kata Kunci : Kota Pusaka, Keistimewaan, Tata Ruang, Morfologi, Studi Kasus/Heritage City, Keistimewaan, Spatial Planning, Morphology, Case Study

  1. S3-2023-420436-abstract.pdf  
  2. S3-2023-420436-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-420436-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-420436-title.pdf