Penataan Kawasan Kampung Sayur Bausasran dengan Konsep Urban Farming
Wahyu Bawono Arum Aji, Ir. Deva Fosterharoldas S, ST., M.Sc., PH.D. ; Ir. Didik Kristiadi, MLA., MAUD.
2023 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAKampung Sayur Bausasran kampung di Kota Yogyakarta yang aktif menggerakan kampanye ketahanan pangan kota. Kampung Sayur Bausasran awal mulanya lahir pada tahun 2005 melalui program Kampung Proklim dan sekarang telah memiliki 6 kelompok tani di dalamnya. 6 Poktan ini merintis terbangunnya kebun dan lorong sayur. Gerakan ini lah yang membawa kampung ini hingga pernah memenangkan berbagai kejuaraan di tingkat kota hingga provinsi serta memperoleh peringkat 10 untuk taman atau peringkat 6 untuk RTHP di Yogyakarta yang paling sering dikunjungi dan diulas di Google. Namun, pada prosesnya, Kampung Sayur Bausasran sempat beberapa kali mengalami penurunan produktivitas termasuk penurunan jumlah anggota aktif diakibatkan oleh masih minimnya keasadaran warga dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal tersebut juga diperburuk dengan masih rendahnya kualitas fasilitas lingkungan di beberapa bagian kampung, seperti kurang terawatnya sarana dan prasarana pendukung pertanian kota. Selain itu Kampung Sayur Bausasran juga belum memiliki integrasi kegiatan pertanian dengan potensi kawasan yang ada. Kondisi tersebut jika dibiarkan akan semakin menurunkan nilai kawasan terutama produktivitas kegiatan pertanian kotanya. Maka dari itu Kampung Sayur Bausasran memerlukan penataan kawasan sebagai upaya meningkatkan potensi pertanian kota yang ada dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Konsep Urban Farming dipilih menjadi konsep utama perencanaan sebagai upaya untuk melihat permasalahan dan potensi kawasan. Konsep ini dipaparkan dalam 8 aspek, yaitu analisis dan perencanaan zonasi, penataan bangunan, aksesibilitas, alur produksi, distribusi, dan konsumsi, lingkungan dan sumber daya, ekonomi kawasan, kegiatan penunjang pertanian kota, serta kelembagaan. Sedangkan nalisis dan penentuan rencana dalam perencanaan ini menggunakan metode Soft System Methodology (SSM) dan SCAMPER yang memberikan keluaran berupa master plan, rencana detail kawasan, serta rencana kegiatan untuk masyarakat maupun kelompok tani.
Kampung Sayur Bausasran is a village in the city of Yogyakarta which is actively mobilizing the city's food resilience campaign. Kampung Sayur Bausasran was born in 2005 through the Kampung Proklims program and now has 6 farmer groups. This 6 farmer groups pioneered the construction of vegetable gardens and aisles. This movement is what brought this village to have won various championships at the city to provincial level as well as being ranked 10th for parks or ranked 6th for Public Green Park in Yogyakarta most visited and reviewed on Google. However, in the process, Kampung Sayur Bausasran experienced a decline in productivity several times, including a decrease in the number of active members due to the lack of awareness of the residents in preserving the environment. This is also exacerbated by the low quality of environmental facilities in some parts of the village, such as the lack of maintenance of facilities and infrastructure supporting urban farming. In addition, Kampung Sayur Bausasran does not yet have the integration of agricultural activities with the potential of the existing area. This condition, will further reduce the value of the area, especially the productivity of urban agricultural activities. Therefore, Kampung Sayur Bausasran requires a planning as an effort to increase the existing agricultural potential of the city while still paying attention to environmental sustainability. The concept of Urban Farming was chosen to be the main concept of planning as an effort to see the problems and potential of the area. This concept is described in 8 aspects, namely zoning analysis and planning, building arrangement, accessibility, production, distribution and consumption flows, environment and resources, regional economy, urban agricultural support activities, and institutions. Meanwhile, the analysis and determination of plans uses the Soft System Methodology (SSM) and SCAMPER methods which provide outputs in the form of a master plan, detailed area plan, and activity plans for the community and farmer groups.
Kata Kunci : Pertanian Kota, Ketahanan Pangan, Kampung, Urban Farming, Food Resilience