Indonesia dalam Kontestasi Politik Global Sino-Soviet, 1959-1965
VITA MURNI, Prof. Dr. Bambang Purwanto
2023 | Skripsi | S1 SEJARAHSebagai penelitian sejarah penelitian ini membahas mengenai Indonesia dalam kontestasi politik global Sino-Soviet, 1959-1965. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah menggunakan studi pustaka dan sumber primer laporan Central Intelligence Agency (CIA). Kemunculan konflik dan persaingan Sino-Soviet di tengah konflik Perang Dingin setelah 1956 menambah ramai dinamika persaingan global di Indonesia selama periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Soviet dan China saling berkontestasi untuk memperebutkan pengaruhnya di Indonesia melalui upaya-upaya diplomasi, baik konvensional maupun non-konvensional, yaitu melalui diplomasi politik, kebudayaan, ekonomi, militer dan persenjataan, nuklir dan teknologi, serta medis. Dalam aspek kebudayaan, pada tingkatan tertentu, upaya diplomasi Sino-Soviet mempengaruhi orientasi penulisan sastra di Indonesia. Sementara, pada aspek yang lebih politis, upaya-upaya diplomasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Sukarno untuk kepentingan politik domestik dan agenda internasionalnya, yang terlihat pada proyek pembebasan Irian Barat dan konfrontasi Malaysia, serta rencana penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika Kedua. Menurunnya minat Uni Soviet terhadap Indonesia setelah penyelesaian masalah Irian Barat pada 1962, membuat Indonesia untuk mendekat sepenuhnya ke China sejak upaya-upaya dukungan China terhadap proyek konfrontasi Malaysia pada 1963. Agenda politik China yang radikal dianggap dapat menjadi kendaraan bagi ambisi politik Sukarno dan PKI. Sejak 1964 hingga 1965, China secara aktif memberikan pelatihan untuk pengembangan senjata nuklir Indonesia, bersama dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kecondongan politik Demokrasi Terpimpin ke Beijing, juga mempengaruhi pertimbangan medis Sukarno untuk mempercayakan masalah kesehatannya pada tim dokter China. Meskipun demikian, pada masa-masa terakhir PKI, Aidit berusaha menjalin hubungan yang baik kembali dengan Uni Soviet. Ini berarti bahwa setidaknya beberapa dari kepemimpinan PKI tertarik pada hubungan baik dengan seluruh dunia sosialis, bukan hanya dengan Beijing.
As historical research, this study discusses Indonesia in the Sino-Soviet global political contestation, 1959-1965. This research was conducted using the historical method using literature studies and primary sources of Central Intelligence Agency (CIA) reports. The emergence of Sino-Soviet conflict and competition in the midst of the Cold War conflict after 1956 added to the dynamics of global competition in Indonesia during the Guided Democracy period (1959-1965). The Soviets and Chinese contested each other for influence in Indonesia through diplomatic efforts, both conventional and unconventional, namely through political, cultural, economic, military and armaments, nuclear and technological, and medical diplomacy. In the cultural aspect, to a certain extent, Sino-Soviet diplomatic efforts influenced the orientation of literary writing in Indonesia. Meanwhile, on a more political level, these diplomatic efforts were well utilized by Sukarno for his domestic political interests and international agenda, as seen in the West Irian liberation project and the Malaysian confrontation, as well as the plan to organize the Second Asia-Africa Conference. The Soviet Union's declining interest in Indonesia after the settlement of the West Irian issue in 1962, led Indonesia to move closer to China since China's support efforts for the Malaysian confrontation project in 1963. China's radical political agenda was considered to be a vehicle for the political ambitions of Sukarno and the PKI. From 1964 to 1965, China actively provided training for Indonesia's nuclear weapons development, along with the United States and the Soviet Union. Guided Democracy's political leanings towards Beijing also influenced Sukarno's medical considerations to entrust his health problems to the team of Chinese doctors. Nevertheless, in the last days of the PKI, Aidit tried to re-establish good relations with the Soviet Union. This meant that at least some of the PKI leadership was interested in good relations with the rest of the socialist world, not just Beijing.
Kata Kunci : Sino-Soviet, Kontestasi