Analisis Model Demokrasi Online pada Pilkada Klaten 2020 di Tengah Pandemi Covid-19

VINCENCIUS ALVIAN P, Dr. rer. pol. Mada Sukmajati, S.I.P., M.P.P.

2022 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Pada penghujung bulan April 2020, percakapan twitter tentang Pilkada Klaten 2020 khususnya isu politisasi bansos Covid-19 di Klaten menyita perhatian publik. Dengan dibungkus tagar #BupatiKlatenMemalukan, topik tersebut meningkat popularitasnya dan sempat menduduki posisi trending topic di twitter. Latar belakang munculnya percakapan tersebut disebabkan adanya kejadian politisasi bansos Covid-19 berupa penempelan stiker foto Bupati Klaten pada botol hand sanitizer dari Kemensos. Lalu, fokus penelitian ini adalah untuk melihat praktik demokrasi online pada Pilkada Klaten 2020 di tengah pandemi, khususnya tentang percakapan politisasi bansos di Pilkada Klaten 2020 di media sosial twitter. Kemudian penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif untuk melihat makna dibalik kumpulan tweet yang ada pada percakapan mengenai topik tersebut. Berikutnya, penelitian ini menggunakan teori model demokrasi online oleh Deen Freelon (2010) dan Lidia Valera-Ordaz (2019). Teori ini menggolongkan model demokrasi online ke dalam tiga jenis, yaitu liberal individualis, komunitarian, dan deliberatif. Adapun lokasi penelitian ini yaitu di daerah Klaten, Jawa Tengah. Lalu, teknik analisis data menggunakan analisis isi Krippendorff dan analisis data kualitatif Creswell. Adapun sumber data yang digunakan adalah dari hasil crawling dataset tweet Twitter dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model demokrasi online yang ada di Pilkada Klaten tahun 2020 yaitu model hybrid antara liberal individualis dan deliberatif. Adanya dua model tersebut menegaskan bahwa diskusi warganet pada topik tersebut menekankan pada kepentingan individu warganet dan juga ada praktik pembahasan diskursif secara rasional dari warganet tentang isu publik yang berlangsung. Model liberal individualis dalam percakapan twitter tersebut dicirikan dengan adanya 3 indikator, antara lain information seeking, personal showcase, dan flaming. Sedangkan, model deliberatif dicirikan dengan 2 indikator yaitu public issue focus dan rational-critical discussion. Penelitian ini menghasilkan beberapa refleksi teoritis. Pertama, keberadaan twitter menjadi saluran alternatif bagi pengembangan demokrasi deliberatif di Indonesia. Twitter menyediakan wadah pertemuan virtual bagi pemimpin politik dan warganya terbebas dari intervensi politik. Kedua, diskusi isu di twitter tidak selalu berbentuk singkat dan bersifat merendahkan. Refleksi ini menyanggah teori lain yang mengatakan bahwa diskusi di twitter tidak demokratis karena ada limitasi tweet dan cenderung bersifat merendahkan pengguna twitter lainnya. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya fitur thread dan keberadaan regulasi UU ITE yang membuat pengguna berhati-hati dalam membuat tweet.

In late April 2020, a conversation took place on Twitter about Klaten Local Election 2020 especially on the politicization of Covid-19 social aid in Klaten, which caught the public's attention. By using the hashtag #BupatiKlatenMemalukan, the popularity of this topic rose quickly and became a trending topic on Twitter. This online conversation was caused by politicization of Covid-19 social aid in Klaten in the form of Klaten Regent's picture on a hand sanitizer bottle from Kemensos. This study focuses on examining the practice of online democratic model in Klaten Local Election 2020 in Covid-19 Pandemic Era, especially online conversation about Covid-19 social aid politicization on Twitter. This study uses qualitative content analysis method in order to reveal the meanings behind tweets about Klaten Local Election 2020 issue. This study uses online democratic model theory by Deen Freelon (2010) and Lidia Valera-Ordaz (2019). This theory categorizes models of online democracy into three types, which are liberal-individualism, communitarian, and deliberative. Meanwhile, this study took place in Klaten, Central Java. The methods of data analysis in this study are content analysis by Krippendorf and qualitative data analysis by Creswell. The source of this study data comes from the crawling method of tweet dataset on Twitter. The result of this study indicates that the model of online democracy in Klaten Local Election 2020 is a hybrid model which consists of liberal individualist and deliberative. The existence of these two models confirms that netizen discussions on this topic emphasize the interests of individuals and the practice of rational discursive discussion among netizens on Twitter. The liberal individualist model in Twitter conversation is characterized by the presence of 3 indicators, which are information seeking, personal showcases, and flaming. Meanwhile, the deliberative model is characterized by 2 indicators, which are public issue focus and rational critical discussion. This study resulted in several theoretical reflections. First, the existence of Twitter is an alternative channel for the development of deliberative democracy in Indonesia. Twitter provides a virtual meeting place for political leaders and their citizens free from political institutions interference. Second, discussion on Twitter is not always short and condescending. This reflection refutes other theories which say that discussions on Twitter are not democratic because there are limitations to tweets and they tend to insult other Twitter users. The findings of this study indicate that these obstacles can be overcome with the thread feature and the existence of ITE Law regulations that make users become more careful when tweeting.

Kata Kunci : demokrasi online, politisasi bansos, twitter, liberal individualis, deliberatif