ANALISIS GERAKAN ADVOKASI MEDIA SOSIAL #StopPaksaVaksin SEBAGAI RESPONS KEBIJAKAN VAKSINASI COVID-19

MARZANDHA AFRA GHINA, Dr. Ratminto, M.Pol. Admin.

2023 | Skripsi | S1 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Kemunculan #StopPaksaVaksin di Twitter merupakan aksi advokasi media sosial sebagai wujud penolakan terhadap kebijakan vaksinasi Covid-19. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis perkembangan dari gerakan advokasi media sosial, beserta aktor-aktor yang terlibat dan alasan mereka melakukan gerakan tersebut melalui #StopPaksaVaksin. Data diambil pada bulan September hingga Desember 2021 dari cuitan yang terkelola dalam tagar tersebut dengan metode kuantitatif, yaitu SNA (Social Network Analysis) untuk melihat jejaring sosial dari aktor yang terlibat dan metode kualitatif untuk melihat makna dan peran para aktor dari cuitan yang disebarluaskan oleh para aktor dari hasil pemetaan jejaring sosial. Hasil peneltian ini menyatakan bahwa gerakan advokasi media sosial pada #StopPaksaVaksin merupakan aksi yang dikelola oleh individu yang berperan sebagai hate-holders, hukan dari organisasi aktivis. Gerakan tersebut berkembang dari reaching out, keeping up, action yang berakhir pada advokasi secara offline (turun ke jalan) karena aksi di media sosial belum cukup mampu menjangkau pembuat kebijakan memenuhi tuntutan atas penolakan mereka terhadap kebijakan vaksinasi Covid-19 yang dianggap memaksa.

The emergence of #StopPaksaVaksin on Twitter is a social media advocacy act as a form of rejection of the Covid-19 vaccination policy. This research seeks to analyze the development of the social media advocacy movement, along with the actors involved and their reasons for carrying out this movement through #StopPaksaVaksin. Data was taken from September to December 2021 from managed tweets in these hashtags using a quantitative method, namely SNA (Social Network Analysis) to look at the social networks of the actors involved and a qualitative method to see the meaning and role of the actors from the tweets shared by the members. Actors from the results of social network mapping. The results of this study state that the social media advocacy movement on #StopPaksaVaksin is an action managed by individuals who act as hate-holders, not from activist organizations. The movement developed from reaching out, keeping up, action which ended in advocacy offline (taking to the streets) because action on social media has not been sufficiently able to reach policy makers to meet their demands for the Covid-19 vaccination policy which is considered coercive.

Kata Kunci : Advokasi media sosial, jejaring sosial, hate-holders, #StopPaksaVaksin, kebijakan vaksinasi Covid-19.