Pengembangan Etika Aristoteles melalui Konsep Agape
SILVIA MAUDY R, Sri Yulita Pramulia P., S.Fil., M.Phil; Dr. Misnal Munir
2023 | Skripsi | S1 FILSAFATPenelitian ini mencoba memecahkan problematika filosofis dalam etika kebajikan Aristoteles yang dianggap tidak cukup memberikan penjelasan tentang prinsip apa yang harus dipatuhi agen kebajikan untuk menentukan tindakan yang benar secara moral. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep etika Aristoteles, menjelaskan konsep agape, dan menganalisis pengembangan etika Aristoteles melalui konsep agape. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif berbasis kepustakaan. Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian deskriptif dari pemikiran tokoh. Sumber datanya berasal dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah di internet. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan unsur-unsur metodis yakni deskripsi, interpretasi, deduksi dan induksi, serta kesinambungan historis. Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu: (1) Aristoteles mendasarkan konsep etikanya pada kapasitas esensial manusia yakni “jiwa rasionalâ€; (2) konsep agape dalam diskusi ini independen dari orientasi metafisik dan teologi. Konsep agape dalam penelitian ini tidak mengacu pada Tuhan, melainkan diarahkan pada ranah kebajikan. Nilai moral tertinggi yang dijadikan dasar untuk agape adalah rasionalitas; dan (3) Agape dilandasi oleh kehendak untuk mempromosikan kebaikan kepada semua orang, namun berdasarkan jenis keadaan relasional. Tindakan yang benar dan penuh kasih adalah tindakan yang didasari oleh kebajikan yang dibentuk oleh tujuan cinta dan dilakukan dengan bijaksana dalam konteks relasional yang melibatkan aspek phronesis yakni pertimbangan situasional dan konsekuensi dengan menggunakan akal budi praktis. Adapun peran agape yang esensial dalam kebajikan konstituen dengan well-being. Senada dengan gagasan klasik Aristoteles bahwa pada dasarnya kebajikan berkontribusi dalam eudaimonia. Apapun yang seseorang bawa untuk kehidupan berkontribusi untuk kehidupannya sendiri. Agape membentuk pengalaman emosional yang paling penting untuk perkembangan kehidupan manusia.
This research attempts to solve philosophical problems in Aristotle’s virtue ethics which are considered insufficient to provide an explanation of what principles benevolent agents must adhere to in order to determine morally correct actions. This study was conducted to explain Aristotle's virtue ethics, explain the concept of agape, and the development of Aristotle's ethics through the concept of agape. This research design was qualitative with literature-based. The research model applied was a descriptive research model of the expert's thoughts. The data were collected through various literature such as books, journals, and scientific articles on the internet. The data obtained were analyzed by applying methodical elements namely description, interpretation, deduction and induction, as well as historical continuity. The results of this research obtained are: (1) Aristotle based his ethical concept on the essential capacity possessed by humans, namely "the rational soul"; (2) the concept of agape in this discussion was independent of metaphysical and theological orientations. The concept of agape in this reasearch did not refer to God, but is directed to the realm of virtue. The highest moral value that is used as the basis for agape was rationality; and (3) Righteous and compassionate actions are actions that are based on virtue shaped by the purpose of love and done wisely in a relational context involving situational and consequence considerations by using practical reason. Agape's essential role in virtue is also constituent of well-being. In line with what Aristotle said that virtue basically contributes to eudaimonia. What one brings to life becomes one's own life. Agape builds the most important emotional experience for the development of human life.
Kata Kunci : etika Aristoteles, agape, well-being