Prevalensi Bruxism pada Anak Usia 12-15 Tahun di Masa Pandemi COVID-19 (Kajian pada Anak SMP Negeri di Kota Yogyakarta dengan Pendekatan Kuesioner)
HEVY NURWINDASARI, Dr. drg. Idra Bramanti, M.Sc., Sp.KGA(K) ; drg. Ignatius Sulistyo Jatmiko, M.Kes., Sp.KGA
2023 | Skripsi | S1 HIGIENE GIGIBruxism merupakan aktivitas otot pengunyahan yang ditandai dengan mengatupkan, menggertakkan, atau menguatkan gigi pada siang atau malam hari. Bruxism dapat terjadi pada remaja, yang kemungkinan besar diakibatkan oleh stress. Di masa pandemi COVID-19 ini, remaja diharuskan untuk melakukan pembelajaran melalui sistem daring. Hal tersebut menyebabkan timbulnya stress berlebih akibat tugas berlebih, penyampaian materi kurang maksimal, dan tidak dapat bertemu dengan teman sebayanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bruxism pada anak usia 12-15 tahun di masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan di SMPN 12 Yogyakarta, SMPN 14 Yogyakarta, SMPN 11 Yogyakarta, SMPN 7 Yogyakarta, yang melibatkan 1492 subjek remaja. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada anak remaja usia 12-15 tahun. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pertanyaan. Data kemudian di tabulasi dan dianalisis deskriptif untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi bruxism pada anak usia 12-15 tahun di masa pandemi COVID-19 sebesar 4,96% pada anak SMPN di Kota Yogyakarta. Prevalensi bruxism pada siswa perempuan lebih tinggi yaitu 73% (54 siswa), sedangkan pada siswa laki-laki sebesar 1,34% (20 siswa). Kesimpulan penelitian ini adalah prevalensi bruxism pada anak usia 12-15 tahun di masa Pandemi COVID-19 adalah 4,96%.
Bruxism is a masticatory muscle activity that is characterized by clenching, grinding, or bracing of the teeth during the day or night. Bruxism can occur in adolescents, which is most likely caused by stress. During the COVID-19 pandemic, teenagers must learn through the online system. That causes excess stress due to excessive assignments, less than optimal delivery of material, and unable to meet with peers. This study aimed to determine the prevalence of bruxism in children aged 12-15 years during the COVID-19 pandemic. The research was conducted at SMPN 12 Yogyakarta, SMPN 14 Yogyakarta, SMPN 11 Yogyakarta, and SMPN 7 Yogyakarta, involving 1492 samples. This type of research is descriptive research. The study was conducted on adolescents aged 12-15 years. The study was conducted using a questionnaire consisting of 13 questions. The data were then tabulated and analyzed descriptively to determine the prevalence and relationship between variables. The results showed that the prevalence rate of bruxism in children aged 12-15 years during the COVID-19 pandemic was 4,96% among junior high school students in the city of Yogyakarta. The prevalence of bruxism in female students was higher, namely 73% (54 students), while in male students it was 1,34% (20 students). This study concludes that the prevalence of bruxism in children aged 12-15 years during the COVID-19 pandemic was 4,96%.
Kata Kunci : Bruxism, COVID-19 pandemic, teenager