PANGERAN NATAKUSUMA DALAM GEJOLAK POLITIK YOGYAKARTA: KAJIAN HISTORIOGRAFI TERHADAP BABAD PAKUALAMAN (KBG 245)
NORMAN FADHILAH A, Dr. Sri Margana, M.Phil
2023 | Skripsi | S1 SEJARAHAwal abad ke-19 dalam sejarah Indonesia, terutama di Jawa, merupakan periode yang banyak terjadinya perubahan secara cepat dan berdarah dalam bidang politik. Salah satu perubahan yang terjadi di Yogyakarta adalah terbentuknya Kadipaten Pakualaman. Berdirinya Kadipaten Pakualaman pada 17 Maret 1813 merupakan salah satu rangkaian peristiwa di Yogyakarta yang dikenal sebagai peristiwa Geger Sepoy. Pangeran pertama Pakualaman, Paku Alam I atau yang sebelumnya dikenal sebagai Pangeran Natakusuma, merupakan salah satu putra Hamengkubuwana I yang merupakan raja pertama Kesultanan Yogyakarta. Adanya hubungan darah dengan Yogyakarta membuat berdirinya Kadipaten Pakualaman tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi di dalam Yogyakarta sendiri. Dalam pandangan-pandangan tradisional Yogyakarta, seperti pandangan dari Tan Jin Sing, Pangeran Natakusuma dipandang sebagai seorang pangeran yang ambisius dan seorang pangeran yang mengklaim tahta Yogyakarta adalah haknya. Pangeran Natakusuma juga dipandang sebagai biang keladi dari perpecahan di dalam Keraton karena direbutnya posisi Danureja II oleh putra Pangeran Natakusuma. Sebaliknya dalam pandangan naskah KBG 245, Pangeran Natakusuma memang menjadi putra favorit dari Hamengkubuwana I tetapi telah disumpah untuk setia kepada kakaknya, Hamengkubuwana II sebelum sang ayah meninggal dunia. Naskah tersebut juga menampik rumor mengenai ambisi Pangeran Natakusuma yang ingin naik tahta dengan menyebutkan bahwa berdirinya Kadipaten Pakualaman merupakan hadiah dari Inggris atas kerja sama Pangeran Natakusuma dalam peristiwa Geger Sepoy. Kajian penelitian ini adalah sebuah kajian historiografi mengenai Pangeran Natakusuma dalam pandangan Pakualaman. Pembahasan tentang kajian tersebut dimulai dari seperti apa naskah KBG 245 memandang Pangeran Natakusuma, topik-topik yang dibahas di dalam naskah tersebut, hingga pandangan-pandangan mengenai tokoh-tokoh lain yang juga memiliki peran dalam gejolak politik di Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada naskah KBG 245 dan buku-buku lain yang membahas mengenai Pakualaman atau Geger Sepoy.
The beginning of the 19th century in Indonesian history, especially in Java, was a period of rapid and bloody changes in the political sphere. One of the changes that occurred in Yogyakarta was the formation of the Duchy of Pakualaman. The establishment of the Duchy of Pakualaman on March 17, 1813 was one of a series of events in Yogyakarta known as the Geger Sepoy event. The first prince of Pakualaman, Paku Alam I or previously known as Prince Natakusuma, was one of the sons of Hamengkubuwana I who was the first king of the Yogyakarta Sultanate. The existence of a blood relationship with Yogyakarta makes the establishment of the Duchy of Pakualaman inseparable from what happened within Yogyakarta itself. In traditional Yogyakarta views, such as Tan Jin Sing's view, Prince Natakusuma is seen as an ambitious prince and a prince who claims the throne of Yogyakarta is his right. Prince Natakusuma was also seen as the culprit of the split within the Palace due to the usurpation of Danureja II's position by Prince Natakusuma's son. On the contrary in view of the KBG 245 script, Prince Natakusuma was indeed the favorite son of Hamengkubuwana I but had been sworn to be loyal to his brother, Hamengkubuwana II before the father passed away. The text also dismisses rumors about the ambitions of Prince Natakusuma who wants to ascend the throne by saying that the establishment of the Duchy of Pakualaman was a gift from the British for Prince Natakusuma's cooperation in the Geger Sepoy incident. This research study is a historiographical study of Prince Natakusuma in Pakualaman's view. The discussion about the study starts from what the KBG 245 manuscript looks like looking at Prince Natakusuma, the topics discussed in the manuscript, to views on other figures who also have a role in political turmoil in Yogyakarta. This research focuses on the KBG 245 manuscript and other books that discuss Pakualaman or Geger Sepoy.
Kata Kunci : Kadipaten Pakualaman, Kesultanan Yogyakarta, Pangeran Natakusuma