Laporkan Masalah

Kajian Etnobotani, Fitokimia, Farmakologi, dan Toksikologi Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.

CHOIRIYA AZZAHRA, Dr. Djoko Santosa, M.Si.; Dr.rer.nat. Nanang Fakhrudin, M.Si., Apt

2022 | Skripsi | S1 FARMASI

Daun sembung (Blumea balsamifera) merupakan aset nasional potensial yang perlu terus dikembangkan. Daun sembung dianggap sebagai gulma pengganggu sehingga budidayanya di Indonesia relatif sedikit, padahal daun sembung memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, bahkan setiap etnis di Indonesia memiliki cara beragam dalam memanfaatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif potensi daun sembung dari segi etnobotani, fitokimia, farmakologi, dan toksikologi. Metode penelitian adalah literature review. Literatur dicari dari database Scopus, PubMed dan Google Scholar. Seleksi literatur mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi. Selanjutnya, data artikel yang relevan diekstrak, dikompilasi, dikritisi dengan metode triangulasi dan disintesis untuk ditulis dalam narrative review. Daun sembung dimanfaatkan oleh 48 etnis dari berbagai kabupaten di Indonesia. Daun sembung mengandung senyawa golongan fenolik, terpenoid, dan alkaloid dengan senyawa utama yaitu l-borneol, caryophyllene, xanthoxylin, dll. Uji aktivitas ekstrak secara in vitro dan in vivo menunjukkan potensi daun sembung sebagai agen antioksidan, antiinflamasi, perbaikan luka, antidiabetes, antimikroba, antimalaria, antiinfluenza, antidiare, dan antipiretik. Penggunaan daun sembung tidak menimbulkan efek toksik baik akut maupun sub akut, serta aman digunakan dalam jangka pendek pada aplikasi eksternal. Daun sembung berpotensi sebagai agen pengobatan berbagai penyakit walaupun masih memerlukan uji aktivitas, klinis dan toksisitas lebih lanjut.

Sembung leaf (Blumea balsamifera) is a potential national asset that needs to be continuously developed. Sembung leaf is considered a nuisance weed so its cultivation in Indonesia is relatively small, even though sembung leaf has many health benefits, even every ethnic group in Indonesia has various ways of using it. This study aimed to present a comprehensive review on the potency of sembung leaves from the perspective of ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. The research method is a literature study. Literature searched from Scopus, PubMed and Google Scholar databases. Literature selection refers to the inclusion and exclusion criteria. Furthermore, the relevant article data was extracted, compiled, criticized by the triangulation method, and synthesized to be written in a narrative review. Sembung leaves are used by 46 ethnic groups from various districts or cities in Indonesia. Sembung leaves contains phenolics, terpenoids, and alkaloids compounds with the main compounds are l-borneol, caryophyllene, xanthoxylin, etc. The in vitro and in vivo tests of extract showed the potential of sembung leaf as an antioxidant, anti-inflammatory, wound healing, antidiabetic, antimicrobial, antimalarial, antiinfluenza, antidiarrheal, and antipyretic agent. The use of sembung leaves did not show any significant acute or sub-acute toxic effects and it's safe for short-term use in external applications. Sembung leaves may be used as an agent for the treatment of various diseases although it still requires further investigation on its activity, clinical and toxicity profile.

Kata Kunci : Blumea balsamifera, daun sembung, etnobotani, fitokimia