Menjadi Perempuan di Zaman Baru : Mobilisasi dan Adaptasi Perempuan Indonesia pada Masa Fasisme Jepang
KEKE PAHLEVI D, Dr. Mutiah Amini, M.Hum.
2023 | Tesis | MAGISTER SEJARAHIdeologi fasis yang mendasari tabiat Jepang dalam mengatur wilayah taklukan telah mengantarkan Indonesia pada sebuah era penjajahan oleh penguasa asing yang terkenal sangat menekan. Jepang yang sedang berperang memandang warga negara sebagai objek tenaga kerja yang harus dikerahkan dan dibentuk semata-mata hanya untuk melayani kepentingan penguasa. Koreksi aktivitas tidaklah dibenarkan sehingga penghancuran tanpa ampun merupakan satu-satunya penyelesaian bagi si penentang. Oleh karena peng-objekan warga negara inilah kajian mengenai perempuan Indonesia dalam masa penjajahan Jepang banyak menghasilkan narasi mengenai perempuan sebagai budak seks tentara Jepang (Jugun Ianfu), atau perempuan dalam organisasi resmi bentukan Jepang (Fujinkai). Tulisan ini menyoroti daya tarik perempuan Indonesia yang menimbulkan keinginan Jepang untuk memaksimalkan pengerahan tenaganya, serta bentuk adaptasi yang dilakukan oleh perempuan Indonesia dalam menghadapi iklim penjajahan Pemerintah militer Jepang. Dalam rancangan mobilisasi total, perempuan adalah makhluk domestik yang menjaga garis belakang perang. Mereka diberi tanggung jawab menyediakan pelayanan informal keseharian untuk mendukung kebijakan penjajahan. Dengan pembacaan secara kronologis terhadap bahan-bahan propaganda pers serta dokumen pemerintah, tulisan ini menemukan bahwa terdapat manipulasi terhadap beberapa aspek kebijakan gender bagi perempuan yang semakin dipengaruhi oleh kondisi peperangan. Jepang menuntut kepatuhan mutlak terhadap konstruksi pasti mengenai bagaimana seharusnya perempuan bertindak sebagai warga negaranya. Mengenai hal ini, perempuan Indonesia baik yang memilih jalur kolaborasi maupun non kolaborasi ternyata cukup lihai beradaptasi dan mengatur ulang strategi agar perjuangan sebisa mungkin tetap dilanjutkan. Adanya peran yang telah dijatahkan oleh Jepang dengan sangat menarik justru digunakan perempuan untuk memperkuat posisinya dalam masyarakat Indonesia yang sedang menyongsong kemerdekaan.
The fascist ideology that underlies the Japanese character in managing conquered territories has ushered Indonesia into an era of colonialism by foreign rulers who were known to be very oppressive. Japan, which was at war, saw citizens as objects of labour that had to be mobilized and shaped solely to serve the interests of those in power. Correction of activity is not justified such merciless destruction is the only solution for the opposer. It is because of this objectification of citizens that studies on Indonesian women during the Japanese kolonial period produced many narratives about women as sex slaves for Japanese soldiers (Jugun Ianfu), or women in official organizations formed by the Japanese (Fujinkai). This paper highlights the attractiveness of Indonesian women for the Japanese to maximize their power in the war effort, and also the form of adaptation made by Indonesian women in facing the colonial climate of Japanese military rule. In the total mobilization design, women are domestic creatures guarding the backline of war. They were given the responsibility of providing daily informal services to support kolonial policies. By reading the press propaganda materials and government documents chronologically, this paper finds that there is the manipulation of several aspects of gender policy for women which are increasingly influenced by war conditions. Japan demands adherence to certain constructions about how women should act as citizens. In this regard, Indonesian women, both those who chose collaboration and non-collaboration paths, turned out to be quite adept at adapting and rearranging strategies so that the struggle continued as much as possible. The existence of a role allotted by Japan in a very interesting way was actually used by women to strengthen their position in Indonesian society which was preparing independence.
Kata Kunci : Women, Fascist, Japan, war