Laporkan Masalah

Kelayakan Finansial Budidaya Lebah Madu Apis Mellifera di PT. Madu Pramuka Kabupaten Batang, Jawa Tengah

IDA NURLATIFAH, Agus Affianto, S.Hut., M.Si

2022 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi eksploitasi kayu hutan yang semakin meningkat adalah dengan peningkatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HHBK berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor, atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Lebah madu merupakan salah satu pemanfaatan kehutanan di bidang HHBK yang potensinya cukup besar dan dapat bermanfaat dalam proses pelestarian sumber daya hutan. PT. Madu Pramuka merupakan perusahaan peternakan lebah madu modern pertama yang memberikan binaan kepada masyarakat Kabupaten Batang sebagai sentra perkembangbiakan lebah madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan nominal usaha lebah madu di PT. Madu Pramuka Kabupaten Batang. Serta mengukur tingkat kelayakan finansial pengusahaan lebah madu PT. Madu Pramuka dengan menggunakan 3 kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha lebah madu memberikan keuntungan nominal sebesar Rp 2.081.772.357,75/5 tahun sehingga dikatakan menguntungkan. Besarnya manfaat sekarang neto (NPV) pada tingkat diskonto 7,16% sebesar Rp 674.192.489,69. Besarnya nisbah manfaat terhadap biaya (BCR) yaitu 1,033 pada tingkat diskonto 7,16 persen. Tingkat bunga maksimum atau internal rate of return (IRR) yang dapat dibayarkan dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera sebesar 29 persen. Pengusahaan lebah madu PT. Madu Pramuka layak diusahakan karena nilai sekarang dari arus uang pada masa yang akan datang dengan tingkat diskonto 7,16% bernilai positif, rasio manfaat terhadap biaya (BCR) lebih besar dari satu, dan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar di atas bunga bank.

One of the efforts to resolve the increasing exploitation of forest timber is to increase the utilization of non-timber forest products (NTFPs). NTFPs are parts of trees or plants that have special characteristics and can be used as goods by the community, sold as export commodities, or used as raw materials for an industry. Honey bees are one of NTFPs which has quite a large potential and can be useful in the process of conserving forest resources. PT. Madu Pramuka is the first modern beekeeping company to educate the people of Batang Regency as a honey bee breeding center. This study aims to determine the profit of beekeeping business in PT. Madu Pramuka, Batang Regency. As well as measuring the level of the financial feasibility in PT. Madu Pramuka using three investment criteria, which are the Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Return (IRR). The results of this study showed that the honey bee business made a profit of Rp 2,651,299,902.75/5 year. The net present value (NPV) at 7,16 percent discount level was Rp 674.192.489,69. The benefit cost ratio (BCR) was 1,033 at the level of 7,16 percent. The maximum internal rate of return (IRR) that can be paid by Apis mellifera L. honey bee business was 29 percent. These results suggested that PT. Madu Pramuka honey bee business was feasible as the net present value at 7,16 percent discount level was positive, the BCR was greater than one, and the maximum interest level that can be paid was higher than the bank interest.

Kata Kunci : Analisis kelayakan finansial, Apis mellifera, Budidaya lebah madu, Hasil Hutan Bukan Kayu.;Apis mellifera, Beekeeping, Financial feasibility, NTFPs

  1. S1-2022-427424-Abstract.pdf  
  2. S1-2022-427424-Bibliography.pdf  
  3. S1-2022-427424-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-427424-Title.pdf