Laporkan Masalah

Premanisme sebagai Sumber Wacana Alternatif Mendulang Kekuasaan : Menelisik Pengaruh Kelompok Preman sebagai Means of Power terhadap Isu Sosial-Politik di Wonosobo, Jawa Tengah

AGAM BAYU WICAKSONO, Bayu Dardias Kurniadi, S.I.P., M.A., M.Pub.Pol, Ph.D

2022 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Penelitian ini membahas tentang bekerjanya kelompok premanisme sebagai sarana pendulang kekuasaan dengan cara memobilisasi dukungan suara yang dibutuhkan oleh sedikit banyak Bacaleg dan pemimpin informal yang terdapat di Wonosobo. Kekuasaan yang dibentuk oleh kelompok informal seperti preman muncul sebagai bentuk resistensi akibat lemahnya kemampuan seseorang atau kelompok dalam menunjang kebutuhan hidupnya. Tidak jarang bagi mereka yang gagal membekali dengan peningkatan kualitas SDM akhirnya menghalalkan segala cara semata-mata demi memperoleh kapasitas untuk menguasai sektor ekonomi yang tersedia. Pusaran yang tak berujung pangkal kemudian mendasari studi penelitian ini yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana pengaruh yang dimiliki kelompok preman yang awal mulanya bergerak dalam orientasi ekonomi kemudian dengan kapasitasnya mereka mampu menjamah segala bidang termasuk politik praktis. Analisis mengenai kelompok preman sebagai sarana alternatif dalam memobilisasi dukungan tersebut menggunakan 3 konsepsi teoritis antara lain tentang transformasi perilaku memilih, patronase, dan premanisme sebagai acuan dalam menggambarkan arah resistensi premanisme terbuka (crime) hingga resistensi terselubung yang menciptakan negosiasi simbiotik dengan kemasan kolusi-nepotisme. Dengan analisis deskriptif yang menggunakan metode kualitatif berupa wawancara observasi yang dibarengi dengan pendekatan sosio-kultural terhadap studi kasus, peneliti mendapatkan sebuah temuan bahwa terjadi perubahan fokus pergerakan kelompok preman di Wonosobo yang sebelumnya terpusat pada penguasaan sektor ekonomi publik kemudian bergeser ke ranah politik praktis dan praktik bisnis proses politik lainnya dengan tetap mengikuti alur pasar. Hal tersebut mereka tempuh setelah mencapai titik kestabilan ekonomi, dengan memanfaatkan besaran pengaruh dan kepiawaian yang mereka miliki dalam memobilisasi dukungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa pendekatan premanisme masih menjadi cara yang efektif untuk memobilisasi dukungan masyarakat. Keterlibatan pada dinamika politik lokal-formal oleh kelompok preman justru dinilai menjadi salah satu terapi perbaikan tingkah laku. Sorotan yang diberikan publik kemudian menuntut mereka untuk berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Lambat laun, terjadi perubahan penilaian terhadap kelompok preman. Pandangan premanisme tergantung pada terminologi yang dipakai oleh masing-masing aktor terkait. Termasuk bagi organisasi politik atau sebagian bakal caleg yang menganggap bahwa kolaborasi simbiotik dengan kelompok preman / jagoan / ndawak / bandit adalah sebuah kewajiban. Agar diterima dan didengar oleh masyarakat, aktor politik akan bernegosiasi terlebih dahulu dengan para simpul pergerakan (preman) pada kawasan tertentu agar mengkondisikan jalannya pendekatan ke masyarakat. Kedudukan kelompok preman yang berurat berakar dengan segala aktivitas masyarakat menjadikan mereka sebagai salah satu aktor yang sangat berpengaruh baik pada lokus sosial, ekonomi, hingga politik lokal-nasional.

This study discusses the work of thuggery groups as a means of gaining power by mobilizing the voice support needed by more or less Bacaleg and informal leaders in Wonosobo, the power formed by informal groups such as thugs appears as a form of resistance due to the weak ability of a person or group to support necessities of life. Sometimes many people who fail to equip themselves with improving the quality of human resources, eventually justifying any means solely to gain the capacity to dominate the available economic sector in this city, and then this problem underlies this research study which seeks to explain how the influence of the free-man group, which initially moved in an economic orientation, then with their capacity they were able to touch all fields including practical politics. The analysis of the free-man group as an alternative means of mobilizing support uses 3 theoretical conceptions, including transformation, premanism, and patronase as a reference in describing the direction of open thuggery resistance (crime) to covert resistance that creates symbiotic negotiations with collusion-nepotism packages. With a descriptive analysis using qualitative methods in the form of observational interviews coupled with a socio-cultural approach to case studies, the researchers found that there was a change in the focus of the movement of thugs in Wonosobo, which previously focused on mastering the public economic sector and then shifted to the realm of practical politics and practice. other political process business while following the market flow. They do this after reaching a point of economic stability, by taking advantage of the amount of influence and expertise they have in mobilizing community support. Based on the results of the study found that the thuggery approach is still an effective way to mobilize community support. Involvement in local-formal political dynamics by gangs of thugs is actually considered to be one of the behavioral improvement therapies. The spotlight given by the public then demands them to behave in accordance with applicable norms. Gradually, there was a change in the assessment of the group of thugs. The view of thuggery depends on the terminology used by each of the actors involved. This includes political organizations or some prospective legislative candidates who think that collaborating with thugs / ndawak / bandits is an obligation. In order to be accepted and heard by the community, political actors will first negotiate with the movement nodes (thugs) in certain areas in order to condition the approach to the community. The position of the thugs group that is entrenched with all community activities makes them one of the actors who are very influential both at some locus like a economic,social, and politic local to national.

Kata Kunci : Premanisme, Transformasi, Kuasa, Simbiotik

  1. S1-2022-424710-abstract.pdf  
  2. S1-2022-424710-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-424710-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-424710-title.pdf