Efektivitas Insektisida Nabati Serai Wangi (Cymbopogon nardus) dalam Pengendalian Hama Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens Stal.)

DIAN WAHYUNING TYAS, Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc.

2022 | Skripsi | S1 PROTEKSI TANAMAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif insektisida nabati serai wangi untuk mengendalikan wereng batang cokelat dan cara kerja insektisida nabati serai wangi dalam mengendalikan wereng batang cokelat. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot). Petak utama (main plot) tersusun atas 5 taraf yaitu: A1 (Kontrol), A2 (Serai Wangi 1 cc/L), A3 (Serai Wangi 3 cc/L), A4 (Serai Wangi 5 cc/L), A5 (Insektisida berbahan aktif BPMC). Anak petak (subplot) tersusun atas 2 taraf yaitu: B1 (Infestasi sebelum penyemprotan), B2 (Infestasi setelah penyemprotan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu infestasi wereng mempengaruhi mortalitas wereng uji, dimana persentase mortalitas pada infestasi sebelum penyemprotan lebih besar dibandingkan dengan infestasi setelah penyemprotan. Penelitian juga menunjukkan bahwa serai wangi konsentrasi 1 cc/L sudah memiliki kemampuan membunuh wereng sebanyak 18% pada hari pertama dan 35% pada hari ke empat. Konsentrasi serai wangi 3 cc/L memiliki kemampuan membunuh wereng sebanyak 41% pada hari pertama dan 83% pada hari ke empat. Konsentrasi serai wangi 5 cc/L memiliki kemampuan membunuh wereng sebanyak 76% pada hari pertama dan 96% pada hari ke empat. Sebagai pembanding, persentase mortalitas wereng pada perlakuan insektisida berbahan aktif BPMC sebesar 100% pada hari pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri serai wangi dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati untuk mengendalikan hama wereng batang cokelat karena memiliki sifat racun kontak dan penolak. Konsentrasi efektif penggunaan serai wangi adalah sekitar 4-5 cc/L.

This study aims to determine the effective concentration of lemongrass-based insecticide needed to control brown planthoppers and the workings of lemongrass-based insecticides to control brown planthoppers. The experiment was carried out using Split Plot Design. The main plot was composed of 5 levels: A1 (Control), A2 (Lemongrass 1 cc/L), A3 (Lemongrass 3 cc/L), A4 (Lemongrass 5 cc/L), A5 (BPMC insecticide). Subplot was composed of 2 levels: B1 (infestation before spraying), B2 (infestation after spraying). The results showed that infestation time affected the mortality of the tested planthoppers, where the mortality percentage in the infestation before spraying was bigger than the infestation after spraying. The study also showed that at the concentration of 1 cc/L, lemongrass-based insecticide had the ability to kill planthoppers up to 18% on the first day and 35% on the fourth day. At the concentration of 3 cc/L, lemongrass-based insecticide had the ability to kill planthoppers up to 41% on the first day and 83% on the fourth day. At the concentration of 5 cc/L, lemongrass-based insecticide had the ability to kill planthoppers up to 76% on the first day and 96% on the fourth day. As a comparison, the mortality of brown planthoppers using BPMC insecticide was 100% on the first day. This study shows that lemongrass essential oil can be used as an alternative insecticide to control brown planthoppers because it has the properties of contact insecticide and as a repellent. The most effective concentration when using lemongrass-based insecticide is 4-5 cc/L.

Kata Kunci : wereng batang cokelat, serai wangi, distilasi uap, mortalitas hama, racun kontak.