Laporkan Masalah

Politik untuk Pengakuan Identitas Aliran Kepercayaan Malim (Kajian Fenomenologi Sebuah Aliran Kepercayaan di Sumatera Utara)

SILVIA ANNISA, Hakimul Ikhwan, P.hD

2022 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

Agama Malim merupakan sebuah aliran kepercayaan yang turun temurun dari keturunan pertama darah Batak dan para penganut aliran kepercayaan ini menyebut dirinya sebagai Parmalim. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah politik perjuangan agama Malim dalam eksistensinya, makna agama bagi penghayat agama Malim, serta kaitan politik perjuangan dengan kewarganegaraan. Aliran kepercayaan di Indonesia telah mendapatkan rekognisi secara status pada tahun 2017. Namun, perjuangan identitas dan kewarganegaraan masih berlangsung hingga kini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam, observasi langsung, serta observasi partisipan. Penelitian ini terdiri dari enam informan yang menjawab dinamika Politik Rekognisi Agama Malim serta latar belakang konflik yang menghiasai perjalanan Agama Malim hingga saat ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Politik pengakuan dari Axel Honeth yang membagi tiga tahapan dalam rekognisi yakni cinta, hukum, dan solidaritas dan menggunakan konsep kewarganegaraan. Penelitian ini menemukan bahwa kedamaian dan kebenaran dari hati merupakan makna konkret yang diyakini secara turun-temurun. Namun, terdapat berbagai hambatan dan diskriminasi dalam memenuhi hak kewargaan terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Adanya pengakuan sebagai Aliran Kepercayaan di Indonesia tak lepas dari perjuangan rekognisi eksternal yang dianggap peduli dengan eksistensi minoritas di Indonesia.

The Malim religion is a belief system passed down from generation to generation from the first descendants of Batak blood and adherents of this belief system call themselves Parmalim. The focus of study in this research is the politics of the struggle for the Malim religion in its existence, the meaning of religion for adherents of the Malim religion, and the relation of the politics of struggle with citizenship. Beliefs in Indonesia have received status recognition in 2017. However, the struggle for identity and citizenship is still ongoing today. This study used a qualitative research method with a phenomenological approach through in-depth interviews, direct observation, and participant observation. This study consisted of six informants who answered the dynamics of the Politics of Recognition of the Malim Religion and the background to the conflict that has shaped the course of the Malim Religion to date.In this study, researchers used the Political Theory of recognition from Axel Honeth which divides three stages in recognition namely love, law, and solidarity and uses the concept of citizenship. This research found that peace and truth from the heart are concrete meanings that are believed to be passed down from generation to generation. However, there are various obstacles and discrimination in fulfilling citizenship rights, especially in education and employment. The existence of recognition as a belief system in Indonesia cannot be separated from the struggle for external recognition which is considered concerned with the existence of minorities in Indonesia.

Kata Kunci : Agama Malim, Politik Rekognisi, kewarganegaraan

  1. S2-2022-466988-abstract.pdf  
  2. S2-2022-466988-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-466988-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-466988-title.pdf