Sa Pe Anak Pependek, Sa Pe Anak Stunting: Praktik Pemberian Makanan Pada Keluarga Balita Stunting Di Desa Labotan Kandi, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah
Eka Yuniati, Dr. Atik Triratnawati, M.A.
2022 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGIStunting menjadi masalah kesehatan yang serius dan harus segera dicari jalan keluarnya. Intervensi gizi melalui asupan makanan menjadi bagian penting yang tidak bisa diabaikan peranannya yang berdampak pertumbuhan dan perkembangan balita. Dalam memahami permasalahan tersebut, penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi tentang bentuk-bentuk praktik pemberian makanan, persiapan makan, pengolahan makan, dan penyajian makanan khususnya pada balita stunting. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Lokasi penelitian ini berada di Desa Labotan Kandi, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Wawancara mendalam dengan ibu atau keluarga yang memiliki balita dengan pertumbuhan stunting berjumlah 18 orang. Untuk mendukung data temuan, penulis juga melakukan wawancara dengan KPM stunting, petugas kesehatan, perangkat desa, dukun bayi, dan masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan selama Juli-Agustus 2022. Pemberian makan adalah salah satu saluran terpenting bagi pertumbuhan bayi dan anak-anak. Meminjam pemikiran dari Margaret Mead, terdapat tiga bentuk kebiasaan makan yang muncul pada praktik pemberian makanan yang dilakukan oleh ibu balita stunting di Desa Labotan Kandi. Ketiga bentuk praktik tersebut diantaranya yaitu, pola 1 berupa pemberian pisang dan bubur S yang dini pada balita. Selanjutnya, pola 2 berkaitan dengan pemberian makanan yang monoton oleh ibu kepada balita berupa bete dan kela saja. Terakhir, pola 3 yaitu masih bergantungnya ibu balita terhadap bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberikan selama kegiatan posyandu. Kemudian, peran terhadap persiapan makan, pengolahan makan, waktu pemberian makan, dan penyajian makan sangat erat dengan peran ibu di dalam rumah tangga. Implementasi pemberian makanan yang monoton dipengaruhi oleh keterbatasan akses yang dihadapi oleh ibu balita terhadap sumber makanan. Kearifan lokal masyarakat tentang konsep makan yang hanya mengandalkan pada apa yang ada di sekitar menyebabkan mereka sering tidak menyadari bahwa anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda sebelum dan sesudah masa penyapihan, masa anak-anak dan pertumbuhannya. Hal ini sering diabaikan dan menjadi tantangan bagi ibu balita untuk mengupayakan peningkatan kreatifitas dalam membuat inovasi berbagai makanan untuk balita dengan gizi seimbang. Secara keseluruhan, penelitian ini berusaha untuk ikut berkontribusi pada upaya penanganan stunting dengan melibatkan pada hubungan antara asupan makanan dengan balita stunting.
Stunting is a serious health problem and a solution must be found immediately. Nutritional interventions through food intake are an important part that cannot be ignored. Its role affects the growth and development of toddlers. In understanding these problems, this research explores the forms of feeding practices, meal preparation, food processing, and food serving, especially for stunted toddlers. This study uses a qualitative method with an ethnographic approach. The location of this research is in Labotan Kandi Village, Banggai Islands Regency, Central Sulawesi. Data collection was carried out through participatory observation, in-depth interviews, and documentation. 18 in-depth interviews with mothers or families who have toddlers with stunting growth. To support the data findings, the authors also conducted interviews with stunting beneficiaries, health workers, village officials, traditional birth attendants, and the local community. This research was conducted in July-August 2022. Feeding is one of the most important channels for the growth of infants and children. Borrowing thoughts from Margaret Mead, there are three forms of eating habits that emerge in the feeding practices of stunted toddler mothers in Labotan Kandi Village. These three forms of practice include pattern 1 in the form of giving bananas and S porridge early to toddlers. Furthermore, pattern 2 is related to monotonous feeding only bete and kela by mothers to toddlers. Finally, in pattern 3, the mother under five still depends on supplementary feeding (or PMT) provided during Posyandu (Integrated Healthcare Center) activities. Then, the role of meal preparation, food processing, feeding time, and food serving is very closely related to the role of the mother in the household. The implementation of monotonous feeding is influenced by the limited access faced by mothers under five to food sources. The local wisdom of the community regarding the concept of eating which only relies on what is around causes them to often not realize that children have different nutritional needs before and after weaning, childhood and growth. This is often overlooked and becomes a challenge for mothers of toddlers to strive for increased creativity in innovating various foods for toddlers with balanced nutrition. Overall, this study seeks to contribute to efforts to treat stunting by involving the relationship between food intake and stunting toddlers.
Kata Kunci : Balita, Desa Labotan Kandi, Praktik Pemberian Makanan, Stunting