Laporkan Masalah

STRATEGI PEMBANGUNAN DESA MENGGUNAN PENDEKATAN KAPABILITAS PADA ERA IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (STUDI DI DESA KARANGTALUN DAN PAKISAJI KECAMATAN KALIDAWIR KABUPATEN TULUNGAGUNG)

ELINDA TRIA WATI, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc; Dr. Andri Kurniawan, S.Si.,M.Si

2022 | Tesis | MAGISTER GEOGRAFI

Semangat otonomi desa yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang selanjutnya disebut UU Desa memberikan keleluasaan kepada desa dalam melakukan optimalisasi pembangunan desa berdasarkan kapabilitas yang dimiliki. Besarnya kewenangan desa diimbangi dengan potensi pendanaan yang memadai sehingga amanat UU Desa, yaitu kemandirian desa dapat terwujud. Namun demikian, pengelolaan desa melalui pemberian kewenangan dan pendanaan yang besar belum mampu menjadikan desa-desa mencapai kemandirian secara serempak. Terdapat desa yang dapat mencapai kemandirian dalam waktu yang singkat namun di sisi lain terdapat desa yang mengalami stagnasi perkembangan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu 1) mengeksplorasi faktor-faktor yang membentuk kapabilitas Desa Karangtalun sebagai desa mandiri dan Pakisaji sebagai desa berkembang, 2) menganalisis implementasi UU Desa dalam mencapai tujuan pembangunan di Desa Karangtalun dan Pakisaji, serta 3) merumuskan alternatif strategi pembangunan desa menggunakan pendekatan kapabilitas di Desa Karangtalun dan Pakisaji. Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil wawancara mendalam dengan informan kunci untuk menyusun strategi pembangunan desa menggunakan pendekatan kapabilitas dan hasil kuesioner. Data sekunder terdiri dari Indeks Desa Membangun (IDM) dan dokumen perencanaan desa yang diperoleh melalui instansi terkait. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk tujuan pertama dan deskriptif kualitatif untuk tujuan kedua dan ketiga. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, analisis kualitatif, dan analisis SWOT. Data disajikan dalam bentuk diagram radar kapabilitas, tabel, deskripsi, dan matriks SWOT model kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Karangtalun memiliki kapabilitas yang baik untuk semua dimensi, yaitu modal sosial, infrastruktur, sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan, dan sumber daya fisik. Desa Pakisaji memiliki kapabilitas yang baik untuk dimensi sumber daya kelembagaan dan sumber daya fisik namun infrastruktur, modal sosial, dan sumber daya manusia masih belum memadai. Kapabilitas yang berbeda antara Desa Karangtalun sebagai desa mandiri dengan Desa Pakisaji sebagai desa berkembang adalah pada dimensi modal sosial, sumber daya manusia, dan infrastruktur. APBDesa Karangtalun lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan sedangkan Desa Pakisaji lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan pembangunan desa berupa pembangunan infrastruktur. Strategi pembangunan Desa Karangtalun dapat dilakukan dengan optimalisasi kapabilitas yang dimiliki, yaitu memaksimalkan peran BUMDes untuk memasarkan hasil pertanian, memperkuat branding desa, inovasi di bidang media promosi desa, meningkatkan daya saing desa, serta menyelenggarakan pemberdayaan untuk meningkatkan sumber daya manusia lokal dan peningkatan kapasitas sumber daya kelembagaan. Strategi pembangunan Desa Pakisaji dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki yaitu sumber daya kelembagaan yang baik untuk mencapai kemandirian desa, alokasi anggaran prioritas untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan pemberdayaan yang melibatkan masyarakat untuk menguatkan modal sosial, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan.

The spirit of village autonomy contained Law Number 6 of 2014 concerning Village, after this referred to as the UU Desa, provides flexibility to villages in optimizing village development based on their capabilities. The magnitude of the village authority is balanced with the potential for adequate funding so that the mandate of the UU Desa, namely village reliance, can be realized. However, village management through the granting of large amounts of authority and funding has not been able to make villages achieve self-reliance simultaneously. Some villages can achieve self-reliance in a short time but on the other hand there are villages that experience stagnation in development. The objectives of this study are 1) to explore the factors that shape the capability of Karangtalun Village as an independent village and Pakisaji as a developing village, 2) to analyze the implementation of the UU Desa in achieving development goals in Karangtalun and Pakisaji villages, and 3) to strategize village development using capability approach in Karangtalun and Pakisaji villages. This study uses two types of data, namely primary and secondary data. Primary data in the form of in-depth interviews with key informants to develop village development strategies using a capability approach and questionnaire results. Secondary data includes the Developing Village Index (IDM) and village planning documents. The method in this research is descriptive quantitative for the first objective and qualitative descriptive for the second and third objectives. The analysis used is quantitative descriptive analysis, qualitative analysis, and SWOT analysis. The data is presented in the form of radar capability diagrams, tables, descriptions, and a qualitative model SWOT matrix. The results showed that Karangtalun Village has good capabilities for all dimensions: social capital, infrastructure, human resources, institutional resources, and physical resources. Pakisaji Village has good capabilities for the dimensions of institutional and physical resources, but infrastructure, social capital, and human resources still need to be improved. The different capabilities between Karangtalun Village as an independent village and Pakisaji Village as a developing village are in the dimensions of social capital, human resources, and infrastructure. The APBDesa of Karangtalun is mainly allocated for government administration activities, while the village of Pakisaji is allocated more for village development activities in the form of infrastructure development. The Karangtalun Village development strategy can be done by optimizing its capabilities, namely maximizing the role of BUMDes to market agricultural products, strengthening village branding, innovation in the field of village promotion media, increasing village competitiveness, and organizing empowerment to improve local human resources and increase human resource capacity and institutional capacity. The Pakisaji Village development strategy can be carried out by maximizing its strengths, namely good institutional resources to achieve village independence, priority budget allocations for infrastructure development, empowerment activities that involve the community to strengthen social capital, and improve the quality of human resources through education, training, and construction.

Kata Kunci : strategi pembangunan desa, UU Desa, pendekatan kapabilitas

  1. S2-2022-465548-abstract.pdf  
  2. S2-2022-465548-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-465548-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-465548-title.pdf