Pengaruh Difusi Internet terhadap Ketimpangan Pendapatan di Indonesia

JANUAR IVERSON F, Akhmad Akbar Susamto, S.E, M.Phil., Ph.D.; Dr. Evi Noor Afifah, S.E., M.S.E.

2022 | Tesis | Magister Ekonomika Pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh difusi internet terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia. Persentase penduduk yang mengakses internet dipilih sebagai proksi dari difusi internet untuk dianalisis pengaruhnya terhadap dua jenis ketimpangan pendapatan. Pertama, pada level individu diproksi dengan Indeks Gini. Kedua, pada level wilayah diproksi dengan Indeks Williamson. Adapun penelitian ini menyajikan hasil analisis pada level provinsi menggunakan data sekunder selama periode 2013-2019. Penelitian menggunakan model instrumental variable-two stage least square (IV-2SLS) dengan perbaikan errors standar Driscoll-Kraay untuk mengatasi masalah endogenitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan ketergantungan cross-sectional yang teridentifikasi dalam model dasar. Hasil studi membuktikan bahwa akses internet hanya berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan antarwilayah. Secara rata-rata, 1 persen peningkatan proporsi masyarakat yang mengakses internet akan memperlebar jarak ketimpangan pendapatan antarkabupaten dalam setiap provinsi sebesar 0,0015 poin Indeks Williamson. Beberapa kondisi dapat dijadikan dasar argumen dari hasil studi ini. Pertama, hasil uji efek nonlinier dan heterogenitas provinsi membuktikan bahwa pengaruh internet pada ketimpangan di level individu cenderung nonlinier dan lebih bergantung pada interaksi dari heterogenitas provinsi. Hal ini terlihat dari hasil uji yang menunjukan pengaruh negatif dan signifikan dari variabel kuadratik internet, interaksi dengan variabel pendidikan, pendapatan per kapita, dan investasi asing terhadap ketimpangan pendapatan individu. Pada ketimpangan level wilayah, efek internet tidak tebukti nonlinier dan hanya interaksi dengan variabel penduduk usia > 65 tahun dan investasi asing yang terbukti berpengaruh signifikan. Kedua, efek internet di Indonesia selama periode studi hanya dapat memberikan manfaat pada tingkat akses yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dari hasil uji efek internet pada tingkat akses di atas 30 persen yang negatif signifikan pada ketimpangan level individu. Pada ketimpangan level wilayah, efek tersebut positif signifikan, namun lebih kecil dibandingkan efek keseluruhan. Hasil ini juga menjelaskan bahwa tingkat akses internet saat ini belum masif dan merata (adanya digital divide) yang memengaruhi internet tidak berpengaruh signifikan pada ketimpangan level individu dan berpengaruh positif signifikan pada ketimpangan level wilayah.

This study aims to estimate the effect of internet diffusion on income inequality in Indonesia. The percentage of the population accessing the internet was chosen as a proxy for internet diffusion to analyze its effect on two types of income inequality. First, at the individual level, it is proxied by the Gini Index. Second, at the regional level, it is proxied by the Williamson Index. This study presents the results of the analysis at the provincial level using secondary data for the period 2013-2019. This study uses the instrumental variable-two stage least square (IV-2SLS) model with the improvement of the Driscoll-Kraay standard errors to overcome the problems of endogeneity, heteroscedasticity, autocorrelation, and cross-sectional dependence identified in the basic model. The results of the study prove that internet access only has a significant effect on income inequality between regions. On average, 1 percent increase in the proportion of people accessing the internet will widen the income gap between districts within each province by 0.0015 Williamson Index points. Several conditions can be used as the basis for argumentation from the results of this study. First, the results of the nonlinear and provincial heterogeneity effect test prove that the effect on income inequality at the individual level tends to be nonlinear and depends on the interaction with provincial heterogeneity. This can be seen from the test results which show the negative and significant influence of the internet quadratic variable, the interaction with the education variable, per capita income, and foreign investment on individual income inequality. At the regional level, the internet effect is not proven to be nonlinear and the interaction with population variables aged > 65 years and foreign investment has been shown to have a significant effect. Second, the effect of the internet in Indonesia during the study period can only benefit with higher levels of access. This is evident from the results of the internet effect test on access levels above 30 percent which is significantly negative at the individual level. The effect is positive and significant at the regional level, but smaller than the overall effect. These results also explain that the current level of internet access is not yet massive and equal (there is a digital divide) which affect the internet not having a significant effect on income inequality at the individual level and a significant positive effect on income inequality at the regional level.

Kata Kunci : difusi internet, ketimpangan pendapatan, akses internet, indeks Gini, indeks Williamson, kesenjangan digital