Fenomena Pembangunan Kota Banda Aceh Pasca Tsunami 2004
RAJA AL-FATH, Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D
2022 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAKota Banda Aceh merupakan ibu kota Provinsi Aceh yang dilanda bencana tsunami Desember 2004 silam. Tentunya tsunami membawa dampak yang besar bagi dinamika perkembangan Kota Banda Aceh. Setelah tsunami program pemulihan diprakarsai oleh BRR mulai tahun 2005 hingga tahun 2008. Sedangkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Banda Aceh disusun oleh Pemerintah Kota Banda Aceh bersama BRR dengan periode perencanaan 2009-2029. Adapun tujuan penelitian ini adalah menggambarkan transformasi spasial Kota Banda Aceh pasca bencana tsunami dari tahun 2005-2011, 2011-2015, dan 2015-2020 serta menjelaskan fenomena pembangunan kota yang mengabaikan bencana tsunami di Kota Banda Aceh. Pendekatan penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara instansi pemerintah kota terkait dan masyarakat, sedangkan pengumpulan data sekunder telaah dokumen, berita, dan peta terkait. Metode analisis data menggunakan bantuan GIS yaitu teknik overlay untuk mengetahui arah dan perkembangan fisik Kota Banda Aceh. Sedangkan menjelaskan fenomena pembangunan Kota Banda Aceh dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yang mengolah data hasil wawancara dan telaah dokumen terkait. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perkembangan area terbangun Kota Banda Aceh pasca tsunami yang dilihat melalui periode 2005-2011, 2011-2015, dan 2015-2020 dapat dikelompokkan menjadi dua arah yaitu bagian utara dan bagian selatan kota. Namun, pertumbuhan fisik signifikan mengarah pada bagian utara yang merupakan zona rawan tsunami. Delapan belas tahun berjalan sejak terjadinya tsunami, fenomena pembangunan Kota Banda Aceh yang terjadi telah mengabaikan bencana tsunami. Hal ini dibuktikan dengan lahan terbangun direncanakan di atas zona genangan tsunami tahun 2004 silam yang tentunya sangat rentan. Hal-hal lainnya yang mendukung seperti pertumbuhan area terbangun yang signifikan mengarah pada kawasan rawan bencana tsunami, rencana pengembangan zona baru perumahan yang juga diarahkan pada bagian utara kota, infrastruktur kebencanaan yang belum optimal seperti kurangnya rambu evakuasi, jalur evakuasi yang terencana dengan baik, dan tembok laut yang sudah mengalami penurunan. Selain itu, masyarakat yang memilih bertempat tinggal di daerah rawan tsunami dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan seperti place attachment atau lama tinggal di area tersebut, berada di lokasi strategis seperti dekat dengan pusat kota, dan ketergantungan akan tempat tinggal karena pekerjaan.
Banda Aceh is the capital city of Aceh Province which hit by the tsunami disaster in December 2004. Of course, the tsunami had massive impact on the dynamics of the development of Banda Aceh City. After the tsunami, the recovery program was initiated by BRR from 2005 to 2008. Meanwhile, the Banda Aceh City spatial plan document was prepared by the Banda Aceh City Government with BRR for the 2009-2029 planning period. The purpose of this research is to describe the spatial transformation of Banda Aceh City after the tsunami disaster from 2005-2011, 2011-2015, and 2015-2020 and explains the phenomenon of urban development that ignores the tsunami disaster in Banda Aceh city. The research approach used a qualitative deductive method. Primary data collection was carried out by interviewing relevant municipal government agencies and the public, while secondary data collection was conducted by examining documents, news, and maps. The data analysis method used GIS assistance with overlays to determine the direction and physical development of Banda Aceh City. Meanwhile, explains the phenomenon of the development of the Banda Aceh City was carried out through a qualitative descriptive analysis that processed data from interviews and reviewed related documents. The results of the study showed that the development of the built area of Banda Aceh City after the tsunami based on the period 2005-2011, 2011-2015, and 2015-2020 can be classified into two directions, the northern and southern part of the city. However, the growth of the built-up area was significant towards the northern part of the city which is a tsunami-prone zone. Eighteen years since the tsunami occurred, the phenomenon of development of the city of Banda Aceh that occurred has ignored the tsunami disaster. The evidenced by the built-up land planned in the 2004 tsunami inundation zone, which is very vulnerable in the future. Other things that can support evidence such as the significant growth of built-up areas leading to tsunami-prone areas, plans for the development of new housing zones which are also directed at the northern part of the city, disaster infrastructure that was not yet optimal such as lack of evacuation signs, planned evacuation routes properly, and the seawall that has been in decline. In addition, people who choose to live in tsunami-prone areas are influenced by several considerations such as place attachment or length of stay in the area, being in a strategic location such as close to the city center, and dependence on their place of residence due to work.
Kata Kunci : Pembangunan Kota, Bencana Tsunami, Perencanaan Guna Lahan, Banda Aceh