Laporkan Masalah

Deradikalisasi Returnee Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) Perempuan dan Pengembangannya Pada Masa Mendatang di Indonesia

ITMAAMUL WAFAA S, Sri Wiyanti Eddyono, S.H., LL.M.(HR)., Ph.D.

2022 | Tesis | MAGISTER ILMU HUKUM

Pasca tumbangnya ISIS, perempuan dengan status kembali mencapai 21 orang yang kemudian diterapkan program deradikalisasi oleh BNPT bekerja sama dengan Sentra Handayani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hambatan yang dihadapi BNPT dalam melakukan deradikalisasi terhadap returnee ISIS perempuan, dan memberikan masukan pada masa mendatang pada program deradikalisasi memiliki dimensi gender pada masa mendatang bagi returnee ISIS di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif empiris dengan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek dengan alat pencarian data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari data sekunder berupa naskah dinas, buku, hasil penelitian berupa laporan, dan seterusnya yang mendukung data primer. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa deradikalisasi dalam upaya membalikkan radikalisme teroris yang terjadi bukanlah pekerjaan yang mudah dan masih memiliki hambatan dalam implementasinya yaitu lemahnya pemahaman dimensi gender terlihat pada analisis ESTOM yang belum mendeteksi pada peranan perempuan dalam jaringan terorisme dan justru berpotensi adanya diskriminasi gender. perbedaan pemahaman tentang deradikalisasi dan refungsionaliasi yang mengakibatkan pada indikator-indikator yang belum mencapai pada level psikologis, lemahnya koordinasi antar lembaga dan OMS. Oleh Sebab itu, dimasa mendatang BNPT dalam melaksanakan program deradikalisasi lebih memperhatikan dimensi gender bahwa adanya jalur radikalisasi, faktor penarik dan pendorong, pemberdayaan perempuan, dan pembentukan peraturan BNPT dalam penanganan returnee ISIS perempuan dengan melakukan singkronisasi infrastruktur kebijakan yang sensitif gender.

After the fall of ISIS, women with return status reached 21 people who were then implemented by the BNPT deradicalization program in collaboration with Sentra Handayani. This study aims to analyze the obstacles faced by BNPT in deradicalizing female ISIS returnees, and provide future input on deradicalization programs that have a gender dimension in the future for ISIS returnees in Indonesia. This study uses an empirical normative legal approach with primary data, namely data obtained directly from the subject with direct data search tools on the subject as information sought by secondary data in the form of official documents, books, research results in the form of reports, and so on that supports primary data. This research concludes that deradicalization in an effort to reverse terrorist radicalism is not an easy job and still has obstacles in its implementation, namely the weak understanding of the gender dimension seen in the ESTOM analysis which has not detected the role of women in terrorist networks and instead has the potential for gender discrimination. differences in understanding of deradicalization and re-functionalization resulting in indicators that have not yet reached the psychological level, weak coordination between agencies and CSOs. Therefore, in the future the BNPT in implementing the deradicalization program will pay more attention to the gender dimension, that is, there are radicalization pathways, pull and push factors, women's empowerment, and the formation of BNPT regulations in handling female ISIS returnees by synchronizing gender-sensitive policy infrastructure.

Kata Kunci : Deradikalisasi, Analisis ESTOM, Dimensi Gender, Returnee ISIS Perempuan

  1. S2-2022-465699-abstract.pdf  
  2. S2-2022-465699-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-465699-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-465699-title.pdf