Laporkan Masalah

Strategi kelangsungan hidup eks pengungsi :: Kasus eks pengungsi Poso di Kota Palu

JAYA, Kasman, Prof.Drs. Kasto, MA

2003 | Tesis | S2 Kependudukan

Diperlukan pemahaman secara holistik (menyeluruh) mengenai kondisi eks pengungsi, dalam hal ini menyangkut karakteristik dan strategi yang dilakukan dalam upaya bertahan terhadap kondisi sosial ekonomi yang rentan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap eks pengungsi Poso di Kota Palu, khususnya pasca deklarasi Malino. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui variasi dan perbedaan strategi kelangsungan hidup eks pengungsi berdasarkan ciri-ciri sosial dan demografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif dan kualitatif dengan unit analisis rumah tangga. Responden dipilih secara purposive, sebanyak 150. Teknik analisis yang dipergunakan adalah tabel frekuensi dan tabel silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Bentuk-bentuk strategi kelangsungan hidup yang dilakukan eks pengungsi Poso dikelompokkan menjadi 4 strategi kelangsungan hidup utama yaitu; melakukan penghematan, melakukan pekerjaan sampingan, mengembangkan jaringan sosial dan pemanfaatan anggota rumah tangga. Bentuk strategi ini dilakukan ditengahtengah keprihatinan dan ketidakpastian, hal ini terbukti 98 % dari mereka tergolong miskin, berdasarkan perbandingan pengeluaran makanan dan pengeluaran total perkapita. Rata-rata umur mereka adalah 39 tahun serta ratarata jumlah anggota rumah tangga 4 orang, kebanyakan anggota rumah tangga lainnya adalah anak-anak atau berumur kurang dari 15 tahun. Terdapat perbedaan strategi kelangsungan hidup menurut ciri demografi dalam hal ini jenis kelamin kepala rumah tangga eks pengungsi. Rumah tangga eks pengungsi dikepalai perempuan lebih memilih cara penghematan, sedangkan rumah tangga dikepalai laki-laki dengan memanfaatkan anggota rumah tangga. Demikian dengan ciri demografi lainnya, yaitu jumlah anggota rumah tangga, Jumlah anggota keluarga 1-2 orang menggunakan strategi jaringan sosial sementara 3-4 orang mengunakan strategi pemanfaatan anggota rumah tangga. Sedangkan strategi kelangsungan hidup menurut ciri sosial dalam hal ini pendidikan kepala rumah tangga pengungsi, menunjukkan perbedaan strategi kelangsungan hidup menurut pendidikan eks pengungsi. Pengungsi yang termasuk kelompok pendidikan dasar lebih memilih cara penghematan, pengungsi kelompok pendidikan lanjutan pertama memanfaatkan anggota rumah tangga. Sedangkan berpendidikan lanjutan atas dan tidak tamat perguruan tinggi mengembangkan jaringan sosial.

The history of conflict, including the Poso’s one, has a strong connection with trauma within community experiencing it. The existence of Poso refugees in Palu is the consequence of the conflict. Traumatic and economic problem are crucial indicators that must be found out initially. It means efforts for understanding condition of Poso refugee in Palu holistically are important matters, since comprehending characteristic of refugee could be a start for solving the whole problem on refugees. Any strategy to survive against susceptible condition in socio-economics is also a potency needed to be considered. As a matter of fact, it’s necessary to do a research on Poso refugee in Palu especially the time after Declaration on Malino. The objectives of the research are to find out the socio-economic condition of Poso refugee in Palu and to discover the difference and variation in living strategy based on social characteristics and demography. This research uses quantitative and qualitative approach with household analysis unit. Data are gathered purposively, with 150 respondent. Frequency distribution and cross tabulation technique used as analysis method. The results of the research show: Strategy of living among Poso refugee is grouped into 4, they are: do economizing, have side jobs, develop social net, and utilize family member. These kind of strategies are done with in concern and uncertainty, it is proven that 98% among the refugees live under poverty, based on the difference in food expenditure and total expenditure percapita, with the average age 39. Moreover, the average number of household member is 4, mostly children or people under the age of 15. However, although they live properly, they don’t have their own houses. They live in rent houses or boarding houses or relatives or friends’ houses. In accordance to demography characteristics, there is a difference in living strategy, in this case, of head of the family refugee gender. Household headed by a woman tends to be economical, meanwhile man heading a household tends to make use of household member. However, it also happens other demography characteristics, the family with 1-2 member uses sosial networking strategy, while the family with 3-4 people members uses household member strategy. Living strategy according to social characteristic, in this case education of head of refugee household, indicates a difference in living strategy. The refugees having basic education choose to be more economical, the refugee having secondary education make use of household member, while those having higher education and those with no degree develop social network.

Kata Kunci : Kependudukan,Eks Pengungsi,Strategi Hidup, Poso, Refugees, Survival Strategy


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.