Kajian Kerawanan Lingkungan terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah
ARMAN NUR IKHSAN, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc; Dr. Prima Widayani, S.Si., M.Sc
2022 | Tesis | MAGISTER ILMU LINGKUNGANKebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang rutin terjadi, terutama ketika musim kemarau dan akan semakin parah apabila terjadi bertepatan dengan fenomena El-Nino. Hal ini merupakan isu penting, baik tingkat nasional maupun internasional, karena memberikan dampak destruktif pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Termasuk di Kabupaten Kotawaringin Barat, kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian pemerintah daerah yang juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat, penghentian kegiatan masyarakat di luar ruangan serta mengganggu kegiatan perekonomian. Hotspot atau titik panas merupakan indikator yang digunakan menggambarkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial dan temporal kebakaran hutan dan lahan, memetakan kerawanan lingkungan terhadap kebakaran hutan dan lahan serta strategi pencegahannya. Metode yang digunakan untuk mengetahui sebaran spasio-temporal kebakaran hutan adalah dengan melakukan overlay hotspot dengan faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Information Value yang digunakan untuk memetakan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Hasil spasio-temporal dan pemetaan rawan kebakaran akan dikombinasikan dengan hasil kuesioner untuk membuat strategi pengelolaan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hotspot paling banyak terdeteksi di Kecamatan Kumai. Puncak terjadinya kebakaran hutan dan lahan dalam waktu 2011-2020 terjadi pada bulan Agustus-Oktober dan tahun 2015 merupakan puncak tahunan. Berdasarkan pemodelan dengan menggunakan Information Value didapatkan bahwa 72,59% kawasan Kabupaten Kotawaringin Barat sangat rawan terbakar, dengan perincian kelas tinggi 447.450,29 hektar dan kelas sangat tinggi 246.166,11 hektar. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa semua strategi dapat digunakan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Strategi restorasi lahan gambut dengan menanam kawasan terbuka dengan tanaman yang sesuai fungsinya merupakan strategi yang dapat diterapkan pada semua kelas rawan kebakaran hutan dan lahan meliputi rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
The forest fire was a routinely annual disaster, especially during dry season and it was more severe when coincided with El-Nino. This is an important issue either national and international levels, because it has destructive effects on environment, social and economic. Including in West Kotawaringin, forest fires became the main concern issue during dry season. It affected to people's health problems, restricted outside activities and disrupted the economy. Hotspot is widely used as an indicator that could describe forest fire. This research objectives are to analyze spatiotemporal of forest fire, modeling of the susceptibility level and find out the management strategy. The method used to reveal the spatio-temporal pattern was overlayed the hotspot to the determinant factors of forest fires. The information Value Method was used to model the susceptibility level. Moreover, the result from spatio-temporal patterns and susceptibility levels were combined with the result of the questionnaire to create the management strategic of forest fire in West Kotawaringin. The result showed that Kumai District has the most hotspot. interannual variability has shown that the peak of forest fire occurred in 2015 and the peak for intra-annual variability occurred during August, September and November. Furthermore, the modeling showed that 72,59% area in Kotawaringin Barat is susceptive to fire with 447.450,29 hectares in very high level and 246.166,11 hectares in high level. The result of the questionnaire showed that all the strategies can be applied in the prevention effort. In addition, peatland restoration in the degraded area was the strategy that can be implemented at all levels of forest fire risk low, intermediate, high and very high.
Kata Kunci : kebakaran hutan dan lahan, hotspot, information value, strategi pencegahan