Kerja Sama Pariwisata Regional Antar Daerah Penyangga Destinasi Pariwisata Super Prioritas Borobudur (Kasus Kabupaten Magelang Dan Kulon Progo)
Faqih Ashri, Dr. Eng. Ir. Muhammad Sani Roychansyah, ST., M.Eng. IAP.
2022 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTABeberapa tahun terakhir terjadi peningkatan dalam pembangunan kepariwisataan di wilayah Kabupaten Magelang dan Kulon Progo, dipicu oleh penentuan Borobudur sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Posisinya sebagai daerah penyangga utama DPSP Borobudur, menjadikan kedua wilayah itu mendapat prioritas pembangunan nasional. Selain itu, program dari pemerintah pusat untuk mengimplementasikan destinasi berbasis kawasan cerdas menjadi peluang bagi Magelang dan Kulon Progo yang notabene telah menginisiasi implementasi smart regency sejak tahun 2018. Oleh karena itu, kerja sama antara kedua daerah tersebut menarik untuk diteliti, untuk memetakan fenomena-fenomena unik yang terjadi terkait perkembangan dan faktor-faktor berpengaruh selama kerja sama keduanya terjalin. Penelitian ini menggunakan pendekatan abduktif-kualitatif dengan metode studi kasus eksploratori. Desain kasus berupa holistic multiple-case. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara mendalam dengan stakeholders di kedua daerah dan studi dokumen yang terkait. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan 4 model analisa, yaitu time series, pattern matching, explanation building, dan cross-case synthesis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perkembangan kerja sama pariwisata antara Magelang dan Kulon Progo dapat digolongkan ke dalam 4 tahapan, yaitu tahap inisiasi, interprestasi, organisasi, dan aplikasi. Faktor-faktor temuan di lapangan yang mempengaruhi perkembangan kerja sama pariwisata antara Magelang dan Kulon Progo terdiri dari 6 faktor internal pemerintah dan 6 faktor ekternal pemerintah. Perkembangan dan faktor-faktor yang terjadi pada kerja sama keduanya dapat dipetakan ke dalam 3 fase smart city readiness, yaitu enabler, driver, dan mediator. Format kerja sama Magelang dan Kulon Progo perlu ditingkatkan dari sekedar Joint Agreement menjadi Jointly-Formed Authorities, sehingga lebih efektif dalam pengelolaan kegiatan bersama.
In the last few years, there has been an increase in tourism development in the Magelang and Kulon Progo districts, triggered by the determination of Borobudur as a Super Priority Tourism Destination (DPSP). Its position as the main buffer zone of the DPSP Borobudur has made the two regions a priority for national development. In addition, the program from the central government to implement smart region-based destinations is an opportunity for Magelang and Kulon Progo which incidentally have initiated the implementation of smart regions since 2018. Therefore, the collaboration between the two regions is interesting to study, to map the unique phenomena that occurred related to developments and influencing factors during the cooperation between the two. This research uses an abductive-qualitative approach with an exploratory case study method. The case design is holistic multiple cases. The data collection technique uses in-depth interviews with stakeholders in both regions and the study of related documents. The collected data were analyzed using 4 analytical models, namely time series, explanation building, pattern matching, and cross-case synthesis. The results showed that the development of tourism cooperation between Magelang and Kulon Progo can be classified into 4 stages: initiation, interpretation, organization, and application. The factors found in the field that affect the development of tourism cooperation between Magelang and Kulon Progo consist of 6 internal government factors and 6 government external factors. The developments and factors that occur in the cooperation between the two can be mapped into 3 phases of smart city readiness, namely enablers, drivers, and mediators. The format of cooperation between Magelang and Kulon Progo needs to be improved from just a Joint Agreement to Jointly-Formed Authorities so that it is more effective in managing joint activities.
Kata Kunci : regional cooperation, tourism, super priority tourism destinations, borobudur, smart regency readiness