Feminism in Islam: A Study on Amina Wadud Thoughts on Gender Equality
DAHLIA KARTIKA A, Achmad Munjid, M.A., Ph.D.
2022 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN AMERIKAKetimpangan gender adalah salah satu isu penting yang terjadi di Amerika dari berbagai macam aspek, salah satunya adalah aspek agama. Islam menjadi agama dengan perkembangan yang cepat di Amerika dan menjadi salah satu agama yang memiliki isu ketimpangan gender yang nyata. Para wanita Muslim di Amerika tidak hanya menerima perbedaan perlakuan masyarakat dikarenakan latar belakang agama, tetapi juga dapat disebabkan oleh latar belakang ras. Munculnya Amina Wadud, seorang imam perempuan dengan latar belakang sebagai seorang African-American, membawa sebuah pemikiran baru tentang status wanita dalam Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran dan pendapat Amina Wadud yang mendorong aksinya untuk menjadi seorang imam perempuan di Amerika dan tantangan yang dihadapi oleh beliau disaat memperjuangkan keadilan untuk wanita Islam. Penelitian ini adalah pendekatan pos-nasinalis Amerika dengan teori feminisme liberal oleh Rosemarie Tong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber data primer dari buku Quran and Women: Re-reading the Sacred Text from a Woman Perspective by Amina Wadud dan sumber data sekunder dari buku, tesis, artikel dan sumber online. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, latar belakang Amina Wadud sebagai wanita African-American yang dianggap rendah mempengaruhi pola pikir beliau untuk memperjuangkan hak-hak wanita dalam Islam yang menurut beliau belum sesuai dengan yang tertulis dalam Al Quran. Amina Wadud berpendapat bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama tanpa memadang gender. Amina Wadud mengkaji ulang tafsir Quran dan menyetarakan derajat wanita dan pria dalam tafsirannya dengan metode hermeneutika. Kedua, Amina Wadud mengalami penolakan keras dari komunitas Muslim di Amerika saat beliau menjadi seorang imam dalam ibadah dengan jemaat campuran. Hal ini tidak menyurutkan tekad beliau untuk tetap memperjuangkan kesetaraan dalam Islam.
Gender inequality is one of the important issues that occur in America in various aspects, one of them being the religious aspect. Islam is a fast-growing religion in America and one of the religions that have real gender inequality issues. Muslim women in America not only accept different treatment in society due to religious background but also to racial background. The emergence of Amina Wadud, a lady imam with an African-American background, brought a new thought about the status of women in Islam. This study aims to reveal the thoughts and opinions of Amina Wadud that prompted her action to become a lady imam in America and the challenges faced by her when she fought for justice for Muslim women. This research is an American post-nationalist approach with liberal feminism theory by Rosemarie Tong. The method used in this study is a qualitative method with primary data sources from the book Qur'an and Women: Re-reading the Sacred Text from a Woman's Perspective by Amina Wadud and secondary data sources from books, theses, articles, and online sources. First, the results of this study are Amina Wadud's background as an African-American woman who is considered a second class in society affects her mindset to fight for women's rights in Islam which is not consistent with the Qur'an. Amina Wadud argues that every human being has the same rights regardless of gender. Amina Wadud re-interpreted the Qur'an and gave the equality of women and men in her interpretations with the hermeneutic method. Second, Amina Wadud experienced strong rejection from the Muslim community in America when she became an imam in a mixed congregation Friday prayer. This rejection did not restrain her determination to keep fighting for equality in Islam.
Kata Kunci : Gender Equality, Islam, Amina Wadud, Lady Imam