Potensi Geowisata di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provonsi Jawa Tengah
JOSEA ADITH P.S, Dr. Eng. Ir. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng., IPM. ; Dr. Eng. Ir. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si., IPM.
2022 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGIKecamatan Borobudur merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas 54,55 km2 yang juga mendapat perhatian oleh pemerintah dengan adanya pembangunan dalam upaya mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Candi Borobudur untuk mendorong pariwisata domestik maupun internasional. Keragaman geologi yang ada pada Kecamatan Borobudur memberikan nilai yang baik untuk potensi geosite. Potensi geosite ini sangat baik untuk mendukung konservasi sumber daya geologi dan pengembangan pariwisata berbasis geologi. Konservasi dan pengembangan pariwisata berbasis geologi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan inventarisasi geodiversity (keragaman geologi) yaitu melakukan pemetaan geologi terkait geomorfologi, litologi, struktur geologi dan melakukan penilaian geosite dengan parameter yang ditetapkan Badan Geologi tahun 2017 untuk mengetahui tingkat kelayakan geosite. Berdasarkan hasil penelitian geomorfologi lokasi penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan yaitu, satuan punggungan aliran lahar, satuan perbukitan intrusi dan satuan dataran aluvial. Litologi daerah penelitian terbagi menjadi empat yaitu satuan lanau pasiran, satuan pasir tufan, satuan breksi andesit dan satuan andesit dengan adanya indikasi struktur berupa kekar ekstensi berarah relatif timur laut � barat daya dan sesar mendatar yang berada di dusun Kaliduren. Hasil identifikasi geosite pada 5 (lima) lokasi geosite yaitu Curug Watu Ploso, Air Terjun Kerug Munggang dan Geosite Sesar Mendatar dan Mata Air Asin Kaliduren yang menunjukkan tingkat kelayakan yang baik dan Candi Borobudur serta Bekas Rawa Sabrangrowo yang menunjukkan tingkat kelayakan sangat baik.Skor penilaian tertinggi terletak pada Candi Borobudur dan skor penilaian terendah pada Curug Watu Ploso.
Borobudur is a sub-district in Magelang Regency, Central Java Province, which has an administrative area of 54.55 km2. The development of Borobudur Temple as National Tourism Strategic Area (Kawasaan Strategis Pariwisata Nasional) has been The Government's concern to escalate the engagement of domestic and international tourism.. The geological diversity in Borobudur sub-district has a remarkable value for geosite potencies of the area that would support the conservation of geological resources and the establishment of geology-based tourism. The conservation and development of geology-based tourism can be performed by conducting an inventory of geodiversity, namely conducting geological mapping related to geomorphology, lithology, geological structures and conducting geosite with parameters set by the Badan Geologi in 2017 to determine the eligibility of geosite. The result of the geomorphological overview shows that the study area has three geomorphological units, which are the lava flow ridge unit, the intrusive hill unit, and the alluvial plain unit. The lithology of the research area is divided into four units, namely sandy silt units, tuffaceous sand units, andesite breccia units and andesite units with structural indications in the form of joint extensions trending relatively northeast-southwest and horizontal faults in Kaliduren. The results of geosite identification at 5 geosite namely Curug Watu Ploso, Kerug Munggang Waterfall and Kaliduren Salt Spring which showed a good level of eligibility and as for Borobudur Temple Geosite Area and the Former Swamp of Sabrangrowo, showed a very good level of eligibility. The overall assessment shows that Borobudur Temple Geosite Area has the highest evaluation score whilst the lowest evaluation score is at Curug Watu Ploso.
Kata Kunci : Borobudur, geosite, geowisata, tingkat kelayakan