Laporkan Masalah

SENI KERAJINAN KERAMIK KASONGAN YOGYAKARTA DI ERA GLOBALISASI: PERJALANAN DARI DUSUN GERABAH MENJADI SENTRA SENI KERAJINAN KERAMIK YANG MENDUNIA

Raharjo, Timbul , Prof. Dr. R. M. Soedarsono; Prof. Dr. T. Ibrahim Alfian, M.A.; Prof. Drs. SP. Gustami, S.U.

2008 | Disertasi | S3 Ilmu Budaya

Desa Kasongan adalah wilayah yang mayoritas penduduknya membuat seni kerajinan keramik. Pada era globalisasi distribusi pemasarannya sampai ke mancanegara. Tentu, banyak faktor telah berpengaruh pada keberlangsungan serta perubahan, baik dalam pembuatan seni kerajinan keramik maupun sisi sosio-kultur yang melingkupinya. Peran serta perajin dalam menanggapi era globalisasi serta langkah-langkah yang ditempuh oleh sanggar-sanggar seni kerajinan keramik Kasongan dalam menghasilkan produk yang berkualitas ekspor, telah mampu memberi spirit kemajuan Desa Kasongan. Kreativitas para perajin dan pihak terkait lainnya adalah upaya menjawab berbagai dinamika perubahan pada era globalisasi. Pokok permasalahan kajian dalam disertasi ini dapat dikupas melalui pendekatan multidisiplin dengan menekankan pada aspek budaya, perubahan, globalisasi, dan pariwisata. Pendekatan tersebut dapat memanfaatkan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya menggunakan metode penelitian sejarah dan etnografi. Teknik peran-serta (participant observation) diterapkan untuk menangkap segala bentuk kehidupan masyarakat Desa Kasongan yang hidup dalam lingkungan spesifik dan alamiah. Oleh sebab itu, peneliti berusaha menangkap sepenuhnya fenomena tersebut berdasarkan perspektif perajin yang diteliti. Di samping perajin yang diteliti, pada aspek kesejarahan Desa Kasongan ternyata terdapat latar belakang artefak krèwèng dari situs Gunung Wingko serta adanya nilai-nilai perjuangan prajurit Pangeran Diponegoro yaitu Kyai Song yang menjadi cikal-bakal penduduk Kasongan. Di wilayah Desa Kasongan pula, ada juga beberapa tokoh kreatif sebagai pemicu yang memiliki andil besar dalam perubahan. Pada awalnya, hasil produk yang dikenal adalah gerabah sebagai kebutuhan rumah tangga yang sederhana, yakni berupa perlengkapan dapur. Perlahan-lahan produk tersebut mengalami perubahan. Acuannya tetap pada produk masa lampau yang mengalami interpretasi dan inovasi baru sesuai kebutuhan estetis maupun pasar. Khusus produk cenderamata untuk wisatawan kemudian berkembang menjadi bisnis seni kerajinan berskala regional, nasional, dan internasional. Pembuatan seni kerajinan keramik pun selalu mengikuti trend design yang berkembang di pasar yang dituju. Keterbukaan masyarakat Desa Kasongan dapat menyesuaikan dengan pola-pola pelayanan dan aturan perdagangan internasional di era globalisasi. Penelitian ini dapat memberikan gambaran perkembangan seni kerajinan keramik Kasongan, baik dari sisi latar belakang maupun pola pembuatan dan pola pemasarannya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak-pihak terkait, baik swasta maupun pemerintah, terutama sebagai contoh pola pengembangan sentra industri seni kerajinan keramik di wilayah lain. Setidaknya, sebagai contoh salah satu produk budaya dan kegiatan ekonomi kerakyatan yang produktif.

Kasongan is a village where most of the people earn their living by making pottery. In this era of globalization, this village successfully reaches world market. Needless to say, various factors have contributed to the sustainability, as well as modification, of the process of ceramic-making and the socio-cultural environment surrounding it. Also essential are the roles of potters in facing the globalization era and the steps taken by ceramic workshops. By producing and exporting its product, Kasongan has grown the spirit of development in itself. Creativity shown by potters and other stakeholders is one effort to cope with the ever-dynamic globalized world. In this study, the subject matter is analyzed using multidisciplinary approaches with particular emphasis on such aspects as culture, change, globalization, and tourism. Data are collected from historical study and ethnography. Participant observation technique is used to capture every component in the life of Kasongan villagers, who live in a specifically natural environment. Accordingly, the researcher did the utmost to thoroughly capture the phenomena in the village based on the perspective of potters, who are the subject of this study. From historical point of view, Kasongan preserves the legacy such as artifacts of broken roof tiles in Gunung Wingko site and the account of one of the soldiers of Pangeran Diponegoro, Kyai Song, reportedly the founding father of Kasongan. Also, not until some creative figures contribute great, gradual changes that Kasongan village becomes as it is today. In early days, the village’s product known to outside world is rough pottery with simple functionalities used as household equipment—kitchen utensils, more specifically. Gradually, the product underwent changes. It is an old thing redefined with new interpretations and innovations in keeping with esthetical and commercial demands. In particular, the sale of souvenirs, widely a favorite among tourists, subsequently becomes regional, national, and international scale handicraft business. The business puts much interest to always keep up with the design trend in the destination market. Kasongan villagers’ openness enables them to be in line with service patterns and international rules of the trade in globalization era. The study provides an illustration of the development of Kasongan pottery craftsmanship, including its background and production and marketing patterns. The result of the study can be a reference for relevant parties, both private and government. It will particularly serve as an example of the developmental pattern of similar pottery home industry centers in other areas. At the very least, it exemplifies one of cultural products and activities of productive people-based economy.

Kata Kunci : Desa Kasongan, seni kerajinan keramik, artefak kreweng,situs Gunung Wingko


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.