Dakwah Islam di Semarang akhir abad XIX :: Telaah historis terhadap Rijal Al-Dakwah
ANASOM, Prof.Dr. Djoko Suryo
2003 | Tesis | S2 SejarahPenelitian ini bertujuan untuk, (1) mengungkap segi-segi perkembangan agama Islam di kota Semarang, khususnya dari perspektif dakwah Islam (2) mengetahui para tokoh (Rijal Al-Dakwah) Dakwah di Semarang akhir abad 19 (3) mengetahui berbagai upaya yang dilakukan para Da'i dalam penyebaran agama Islam. Penelitian ini merupakan penelitian sajarah, dan dibuat atas dasar metode sejarah. Sumber yang digunakan antara lain sumber kolonial, lokal dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis dakwah, dengan mengedepankan lima unsur penting dalam dakwah yakni Subyek Dakwah (Rijal-Al-Dakwah), Obyek Dakwah (Mad’u), metode dakwah, materi dan sarana Dakwah. Hasil penelitian menununjukkan bahwa Dakwah Islam di Semarang telah berjalan seiring dengan pertumbuhan kota Semarang. Selama abad 18- 19 kota Semarang tumbuh menjadi sebuah kota dagang, yang didahului dengan berbagai pembangunan fasilitas transportasi baik sungai, darat, maupun laut. Ternyata pertumbuhan sarana transportasi tersebut memunculkan kampung-kampung berpenduduk muslim. Tiga jalur utama yang dalam penelitian ini di sebut Segitiga Emas, muncul sebagai pusatpusat Islam yang cukup berpengaruh pada abad 19. Dari wilayah Segitiga Emas tersebut lahir banyak kiai dan pesantren yang jejak-jejaknya masih terlihat hingga kini. Kalau abad sebelumnnya Islam di Semarang berpusat di daerah Kauman, Sekayu, dan Terboyo, pada abad 19 terjadi perluasan wilayah, daerah Segitiga Emas muncul sebagai center of Islam di Semarang, bahkan Jawa. Dari wilayah tersebut, tiga kiai yang mewakili hubungan guru-murid pada pusat-pusat tersebut adalah KH. Aboe Darda gurunya KH. Saleh Darat gurunya KH. Abdullah Sajad, mereka membina pesantren dan mengembangkan dakwah Islam di Semarang. Para santri yang menimba ilmu pada tiga kiai ini berasal baik dari dalam kota maupun luar kota. Dakwah Islam juga dilaksanakan oleh kelompok-kelompok “organisasiâ€. Tarekat dan Penghulu merupakan kelompok penting bagi dakwah di Semarang. Tarekat muncul sebagai jaringan penting antar muslim dan para kiai. Sedangkan penghulu pada masa kolonial mempunyai tugas, salah satunya adalah mengurus masjid dengan berbagai urusannya yang berhubungan dengan umat Islam. Ada indikasi kuat bahwa dakwah Islam di Semarang abad 19 telah dilakukan dengan strategi yang baik. Dari segi materi, media, dan metode dakwah, penelitian ini menemukan suatu inovasi-inovasi dalam pelaksanaan dakwah Islam di Semarang seperti: keberanian penerjemahan kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa. Penerjemahan kitab apalagi al-Qur’an dikalangan Suni pada masa ini belum banyak dilakukan, karena dianggap tabu dan terlalu berani, sehingga seorang Kartini mengeluh karena masalah sulitnya belajar agama Islam. Inovasi lainnya adalah pemanfaatn media massa. Koran Slompret Melajoe, merupakan media massa yang banyak memuat masalah-masalah agama Islam. Beragam tulisan tersebut antara lain muncul sebagai artikel, puisi, hikayat, tanya jawab dan lainnya.
This research had the purposes to know : (1) any aspects of Islam development in Semarang municipality, especially, on the perspective of Islamic propagation, (2) The characters of islamic propagator (Rijal al-Dakwah) in Semarang in the last quarter of nineteenth century, and (3) any effort done by the Da’I (Islamic propagator) in propagating Islam. It was an historical research and composed on the basis of historical method. Sources applied were both the colonial and local sources as well as interview. Data analyses used in this research was dakwah analyses forwarding five important aspects in dakwah: Dakwah Subject (rijal al-Dakwah), Dakwah Object, Dakwah Method, Dakwah Matterial and Dakwah Instuments. The research results showed that Islamic propagation in Semarang had gone on with the growth of Semarang municipality. Along the 18th – 19th century Semarang grew as a commercial municipality beginning with the river, land and sea transportation facilities development. In fact that transportation facilities growing had influenced the muslim villages founding. Three main tracks Mangkang, Kampong Darat, and Sendangguwo), came out as the central of Islam of influencial in the 19th century. From the Golden Triangle area born many kiai (designation for Islamic propagator) and pesantren (Islamic boarding school) being still existed until now. If ini the centuries before Islam in Semarang was centered in Kauman, Sekayu and Terboyo area, in 19th century it was seemed the area broadening, even it could be clained that the Golden Triangle came out as the new center of Islam, not only in Semarang but also in Java. From that area, it had been born three Kiai’s representing teacher-student relation at that center. They were KH. Aboe Darda’, the teacher of KH. Saleh Darat, the teacher of KH. Abdullah Sajad. Who had been developing Islamic boarding school students studying Islam to the three kiai’s came from Semarang as well as out of Semarang. Besides done individually, Islamic propagation done too by many organizations. Tarekat (sufistic organization) and penghulu constituted the organization that coulden’t be out as an important neworking between moslim and kiai, meanwhile penghulu on colonial time had the tasks, one of them, to manage all the matters related to mosque and Moslem. It was strongly indicated that Islamic propagation in Semarang an 19th century had been managed well. Related to the material, media, and dakwah method, it was shown the innovation in executing Islamic propagation in Semarang. It could be sard that the courage to translate many rabic literatures into Javanes was an innovation. Any literature translation, especially Al-Qur’an, amang Sunni at that time hadn’t been much done. It was seen as tabo or too courage effort. For that reason, Kartini complained of the difficulty in studying Islam. Another innovation was the make use of mass-media. Slompret Melajoe was the media publishing many Islamic matters in forms of articles, poetry and tale consultation.
Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Dakwah Islam,Semarang Abad IX,Rijal Al Dakwah, Dakwah, Dakwah Subject (rijal al-Dakwah), Dakwah Object, Dakwah Method, Dakwah Matterial and Dakwah Instuments