POLA RELASI ANTAR INSTITUSI DALAM KONTEKS PERUBAHAN IKLIM RESPONSIF GENDER (Studi Kasus Pola Relasi Antara SP Kinasih Dengan Institusi Pemerintah, Lembaga Donor, dan Masyarakat Dalam Konteks Perubahan Iklim Responsif Gender di Kota Yogyakarta)
DWIARTI SIMANJUNTAK, Prof. Dr. Haryanto, M.A.
2022 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHANPenelitian ini mengkaji pola relasi antara SP Kinasih, DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana), Purpose Climate Lab (PCL), dan juga Kelompok Tani Lansia Produktif Ledhok Timoho dalam konteks perubahan iklim responsif gender. Dalam membaca tipologi relasi dilihat melalui konsepsi Helmke dan Levitsky tentang pola relasi untuk melihat apakah terdapat diantaranya empat pola relasi yaitu complementary, substitutive, accommodating, dan competing. Penelitian ini kemudian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode studi kasus sebagai alat analisis. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan serangkaian wawancara dan observasi, termasuk studi literatur atas naskah dan dokumen-dokumen yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam relasi institusi dalam perubahan iklim dengan pendekatan responsif gender telah membangun struktur kuasa yang dilandasi transfer sumberdaya dengan menerapkan nilai-nilai kesetaraan dan tidak mendominasi antar institusi formal dan informal. Yakni aktor informal yaitu SP Kinasih, PCL, dan Kelompok Tani Ledhok Timoho memiliki sumber daya berupa dana, serta sumber daya manusia untuk menjalankan kegiatan berupa pendampingan kelompok tani. Sementara aktor formal yaitu DP3AP2KB (Pemerintah Kota Yogyakarta) memiliki sumber daya berupa otoritas untuk membuat kebijakan dan kapasitas untuk merangkul elemen-elemen pemerintahan lainnya untuk turut mewujudkan upaya perubahan iklim responsif gender. Sehingga pola relasi yang tercipta dalam konteks perubahan iklim responsif gender yang dilakukan oleh SP Kinasih, DP3AP2KB, PCL, dan Kelompok Tani di Ledhok Timoho ini adalah tipologi complementary, accommodating, dan substitutive, namun dengan saling menghargai dan tidak terbangun pola competing yang saling menguasai. Pola relasi seperti ini dapat tercipta dikarenakan adanya nilai-nilai feminisme yaitu kesetaraan, tidak dikotomis, dan tidak dominasi yang dibawa dan diterapkan oleh SP Kinasih kepada institusi atau aktor lainnya.
This study examines the pattern of relationships between SP Kinasih, DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana), the Purpose Climate Lab (PCL), and the Kelompok Tani Lansia Produktif Ledhok Timoho in the context of gender-responsive climate change. In reading the typology of relations, it is seen through Helmke and Levitsky's conception of relational patterns to see whether there are four relational patterns, namely complementary, substitutive, accommodating, and competing. This research then uses a qualitative research method with a case study method as an analytical tool. The data collection technique was carried out a series of interviews and observations, including a literature study of existing manuscripts and documents. The results of the study show that in institutional relations in climate change with a gender-responsive approach, they have built a power structure based on resource transfer by applying the values of equality and not dominating formal and informal institutions. The informal actors, namely SP Kinasih, PCL, and the Kelompok Tani Ledhok Timoho, have resources in the form of funds and human resources to carry out activities in the form of mentoring farmers groups. Meanwhile, the formal actor, namely DP3AP2KB (Yogyakarta City Government) has the resources in the form of authority to make policies and the capacity to embrace other elements of government to participate in realizing gender-responsive climate change efforts. Thus, the relationship pattern created in gender-responsive climate change conducted by SP Kinasih, DP3AP2KB, PCL, and the Kelompok Tani Ledhok Timoho is complementary, accommodating, and substitutive typology, with respects each other and does not build a competing pattern that dominates each other. This pattern of relations can be created because of the values of feminism, namely equality, not a dichotomy, and not domination that SP Kinasih has brought and applied to other institutions or actors.
Kata Kunci : Pola Relasi, Perubahan Iklim Responsif Gender, Feminisme/Relationship Pattern, Gender-Responsive Climate Change, Feminism