Laporkan Masalah

Analisis Konten: Penggunaan Internet Sebagai Public Sphere Pada Percakapan Kekerasan Seksual Kampus di Twitter

USAMAH, Prof. Dr. Muhadjir M. Darwin, MPA.

2022 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Twitter sebagai ruang publik virtual dapat menjadi wadah bagi penggunanya untuk menyampaikan opininya, mensupport penyintas kekerasan seksual, dan juga membuat pengungkapan secara daring terkait pengalaman pelecehan seksual yang dialami, khususnya pada percakapan kekerasan seksual di lingkungan kampus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan sebelas kata kunci tweet dari tahun 2011 sampai dengan enam bulan pertama tahun 2021 secara otomatis dengan bantuan alat analisis python. Penelitian ini menggunakan konsep support theory untuk membahas bagaimana masyarakat memberikan dukungan bagi penyintas kekerasan seksual, public sphere dimana twitter menjadi wadah bag penggunanya untuk berbagi opini, dan konsep e-policy cycle untuk memahami bagaimana reaksi pemangku kebijakan dalam merespon isu kekerasan seksual pada fenomena Gilang Bungkus salah satu kasus pelecehan seksual yang pelakunya menggunakan dalih penelitian tugas akhir. Hasilnya menunjukkan bahwa topik mengenai pelecehan seksual di kampus sudah sejak lama jadi pembahasan di media sosial. Media sosial, khususnya twitter, tidak hanya berperan dalam memahami penyintas kekerasan atau pelecehan seksual, tetapi juga berperan dalam menemukan cara untuk membantu para penyintas sembuh. Twitter turut digunakan untuk tempat mengungkapkan pengalaman yang pernah dialami penyintas. Twitter menjadi wadah bagi akun MF selaku penyintas dari Gilang dengan membuat pengungkapan secara daring. Pengungkapan secara daring yang dibuat oleh akun MF menyebar begitu cepat dan menjadi topik hangat selama beberapa waktu di platform twitter. Ramainya pembicaraan mengenai Gilang bungkus turut diberitakan oleh berbagai media, fenomena tersebut pun sampai didengar oleh pihak kepolisian dan juga kampus. Pihak kepolisian dan kampus langsung merespon kasus tersebut. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai media komunikasi dua arah yang memberikan informasi yang akurat mengenai tanggapan masyarakat sebagai data relevan untuk penyusunan agenda kebijakan. Lebih lanjut lagi, data dari media sosial cenderung bersifat time-based yang akurat dan mudah dikumpulkan oleh pemangku kebijakan. Penelitian juga mengemukakan bagaimana seharusnya pemegang kebijakan menyikapi kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus dengan memberikan contoh pembahasan respon dari kasus Gilang bungkus sebagai contoh penanganan yang baik dalam menanggapi kasus kekerasan seksual di wilayah kampus.Dari hasil temuan pada penelitian, maka terdapat beberapa saran untuk proses penelitian di masa depan, diantaranya adalah untuk mendapatkan kata kunci lain yang lebih banyak persebaran jumlah tweetnya. Penelitian di masa depan juga bisa memperkaya data dengan menggunakan data-data dari platform lain selain twitter, seperti instagram dan facebook.

Twitter as a virtual public space can be a place for users to express their opinions, support survivors of sexual violence, and also make online disclosures regarding their experiences of sexual harassment, especially in conversations about sexual violence on campus in Indonesia. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. Data collection is done by automatically collecting eleven keyword tweets from 2011 to the first six months of 2021 with the help of a python analysis tool. This study uses the concept of support theory to discuss how the community provides support for survivors of sexual violence, the public sphere where Twitter is a forum for users to share opinions, and the concept of the e-policy cycle to understand how the reaction of policy makers in responding to the issue of sexual violence in the phenomenon of Gilang Wrap one of the cases of sexual harassment in which the perpetrator used the pretext of a final project research. The results of the study show that the topic of sexual harassment on campus has long been a discussion on social media. Social media, especially twitter, not only plays a role in understanding survivors of sexual violence or abuse, but also plays a role in finding ways to help survivors heal. Twitter is also used as a place to share experiences that have been experienced by survivors. Twitter has become a platform for MF accounts as survivors of Gilang by making online disclosures. The online disclosure made by the MF account spread so quickly and became a hot topic for some time on the twitter platform. A lot of talk about "Gilang Wrap" was also reported by various media, this phenomenon was even heard by the police and also the campus. The police and campus immediately responded to the case. The results of the study reveal that social media can be used as a two-way communication medium that provides accurate information about public responses as relevant data for policy agenda setting. Furthermore, data from social media tends to be time-based which is accurate and easy to collect by policy makers. The study also suggests how policy holders should respond to cases of sexual violence in the campus environment by providing examples of the discussion of responses from the "Gilangpack" case as an example of good handling in responding to cases of sexual violence in the campus area. From the findings of the study, there are several suggestions for The research process in the future, among others, is to get other keywords that have more spread of the number of tweets. Future research can also enrich the data by using data from platforms other than Twitter, such as Instagram and Facebook.

Kata Kunci : Ruang Publik Virtual, Pelecehan Seksual Kampus, Pengungkapan Daring / Public Sphere Virtual, Online Disclosure, Campus Sexual Harassment

  1. S2-2022-449213-abstract.pdf  
  2. S2-2022-449213-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-449213-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-449213-title.pdf