Kajian Partisipasi Politik Masyarakat Adat pada Pilkada Kalimantan Barat (Studi Kasus: Perspektif Masyarakat Adat di Geruguk pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2020)
DHAWI HILMIDIA, Dr. R.B. Abdul Gaffar Karim, S.I.P., M.A.
2022 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHANKajian ini berangkat dari ketegangan dua paham aliran besar dalam demokrasi global yaitu demokrasi liberal vs demokrasi komunitarian dan di implementasikan berdasarkan pada kasus yang terjadi disaat pelaksanaan Pilkada langsung. Penting untuk diketahui bahwa dalam praktiknya Pilkada langsung yang berprinsip liberal dengan doktrin One Man, One Vote, One Values mungkin saja tidak sejalan dengan sistem nilai kolektifitas yang dianut sebagian besar masyarakat di Indonesia. Sistem kepemiluan cendrung dibuat simetris dapat menjadi sebuah problem terutama jika dilangsungkan terhadap masyarakat yang berkarakter komunal signifikan dan berdemokrasi komunitarian. Terlebih selama ini Pilkada langsung rakyat tanpa terlebih dahulu ditanya apakah mereka menginginkan sistem pemilihan seperti ini untuk diterapkan. Oleh sebab itulah kajian ini menarik, karena fokus penelitian ini ingin melihat bagaimana perspektif Masyarakat Adat terhadap momen pelaksanaan Pilkada langsung yang kuat akan prinsip liberal di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2020, dengan mengambil lokus penelitian pada komunitas Masyarakat Adat di Geruguk notabene secara keseluruhan mereka merupakan komunitas Adat Dayak Iban Ketemenggungan Empanang serta masih kuat dan erat dalam menjalankan sistem nilai, tradisi, keadatan yang komunal dan berdemokrasi komunitarian termasuk dalam memilih seorang pemimpin di tingkat institusi adat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data: wawancara, observasi lapangan, dokumen-dokumen penting penelitian serta pelaksanaan Focus Group Discussion. Hasil penelitian ini menyimpulkan, Pilkada langsung yang kuat pada prinsip liberal serta cendrung menyamaratakan namun tidak memberi afirmasi terhadap praktik demokrasi lokal yang komunitarian dan nyatanya menimbulkan rasa kegelisahan masyarakat diakar rumput, dimana semangat individual dalam memilih seorang pemimpin tersebut dianggap dapat mengesampingkan kepentingan kolektif Adat. Terlebih sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa Pilkada langsung selama ini telah gagal melahirkan sesosok figur pemimpin yang ideal berdasarkan perspektif Adat. Oleh sebab itulah kajian ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam proses demokrasi elektoral sehingga kegelisahan dan kebutuhan masyarakat diakar rumput dapat terakomodir dengan baik.
This study departs from the tension of two major currents in global democracy, namely liberal democracy vs communitarian democracy and is carried out based on cases that occurred during the implementation of direct elections at the local level. It should be noted that in practice, direct elections with liberal principles with the doctrine of One Man, One Vote, One Values may not be in line with the shared values system adopted by most people in Indonesia. An election system that is made symmetrical can be a problem, especially if it is applied to a society with a communal character and significant communitarian democracy. Moreover, so far the community has conducted direct elections without being asked whether they want an election system like this to be implemented. That's why this study is interesting, because the focus of this research is to see, how the perspective of the Indigenous Peoples towards the moment of implementing direct elections that are strong on liberal principles in Kapuas Hulu Regency in 2020 by taking the research of Indigenous Peoples in Geruguk which incidentally as a whole is the Dayak Iban Ketemanggungan Iban Empanang community and are still strong and close in carrying out the system of values, traditions, customs and communitarian democracy, including in choosing leaders at the level of customary institutions. This study uses a qualitative descriptive method with data collection techniques: interviews, field observations, documents and the implementation of Focus Group Discussions. The results of this study conclude that direct elections are strong on liberal principles and tend to generalize but do not provide affirmation on the practice of communitarian democracy and in fact cause anxiety in grassroots communities, where individual decisions in choosing leaders are considered to override traditional collective interests. Most of them think that direct elections so far have failed to produce an ideal leader figure based on the traditional perspective. Therefore, this study can be a lesson for all parties involved in the electoral democratic process so that the anxiety and needs of the people on accommodated properly.
Kata Kunci : Perspektif Iban di Geruguk, Praktik Komunitarian Iban, Pilkada langsung